Chrip! Chrip! Chrip!
"Ya~ Makan sebanyak kalian suka~" ujar pemuda cantik yang meletakkan piring ke dua di ambang jendela.
Chrip!
Suara kicauan burung terdengar semarak, mereka bergembira terbang di ambang jendela untuk memakan ulat pada piring kaca.
Tuk! Tuk! Tuk!
Bau unggas dan ketukan nyaring terdengar berirama, menganggu seorang wanita yang berbaring di kasur. Ia bergerak ke kiri dan ke kanan, menutupi kepalanya dengan bantal.
"Xiao Bao, keluar" Gerutu wanita itu dari dalam bantal.
"Fiu~ Fiu~" Omega yang dipanggil Xiao Bao bersiul santai sembari mengelus burung pipit.
Tuk! Tuk! Tuk!
Peringatan yang tak di gubris membuat wanita itu kesal. Ia bangun tiba-tiba melemparkan bantalnya dan menampar wajah kecil pemuda itu.
Bak!
"Sudah kubilang keluar!" kata wanita itu dengan keras. Ia dengan liar berdiri dan melompat dari kasur sambil membawa guling untuk memukul adik laki-lakinya.
Semalam ia begadang mengerjakan mengumpulkan ujian terakhir minggu ini. Ia hanya ingin tidur seperti babi sampai jam 10 pagi sebelum pergi mengumpulkan lembar jawaban.
Bak! Bak! Bak!
"Ah, Kakak! Kamu memukul wajahku!" protes pemuda yang melindungi wajah cantiknya.
"Aku tak peduli dengan wajah idiotmu! Kenapa kamu selalu menggangguku tidur?! Bawa burung-burung sialan itu ke kamarmu!" balas wanita itu yang kesal melampiaskan amarahnya. Berkat bocah ingusan ini, ia tak bisa tidur lagi.
"Shen Bao! Shen Bi Yu! Berhenti berkelahi, cepat turun makan"
Kedua orang itu saling bertukar pandang. Mereka sama-sama mengatur nafas karena bergulat berlebihan. Meski adiknya seorang omega laki-laki kekuatan fisiknya tak kalah kuat dari seorang beta laki-laki.
Kardigan dan rambut pemuda itu sedikit berantakan dan wanita itu merapikan piyamanya yang agak kusut.
Shen Bao memalingkan wajah sambil menjulurkan lidah. Pemuda itu tak berani tinggal lebih lama, ia melarikan diri dari amukan saudari titannya.
Menggertakkan gigi, Shen Bi Yu mengambil bantal dan guling yang jatuh ke lantai. Ia merapikan kasur dan menyisir rambutnya yang agak kusut.
Ketika akan turun untuk makan, ia menginjak sesuatu yang kecil dan keras. Ada serpihan remahan roti, biji kering dan ulat yang berserakan di area yang dekat dengan jendela.
Memutar matanya dengan kesal ia meneriakkan nama saudaranya, "Shen Bao!"
Ini salah satu hal yang Shen Bi Yu tak suka dari adiknya. Shen Bao memberi makanan hewan liar di jendela kamarnya. Setelah puas bermain dengan hewan liar, bocah sialan itu tak pernah mau membereskan kekacauan yang ia buat.
Mengambil piring makanan burung, Shen Bi Yu turun ke lantai satu dengan langkah berat seolah dunia bergetar karena kemarahannya. Shen Bao melirik saudari yang ingin memakannya hidup-hidup.
Pemuda berdiri dari kursi, ia berlari mencari perlindungan di balik kakak tertuanya, "Kakak Bai! Kakak Yu mau membunuhku!"
Shen Bi Yu menatap Shen Bao yang matanya memerah dan berair. Ia sengaja terlihat menyedihkan seperti burung puyuh kecil tapi Shen Bi Yu tidak akan tertipu, "Shen Bao.. Jika kamu masih ingin hidup, cepat bereskan kamarku!"
"Xiao Bao, Xiao Yu, jangan berbicara omong kosong" tegur wanita tua yang hampir berumur 50 tahun. Ia meletakkan mangkuk berisi sup ayam jahe.
Tak terima dihentikan Shen Bi Yu berkata, "Ma, dia yang mulai! Dia memberi makan burung-burung itu lagi di kamarku!"
"Aku akan membersihkannya nanti" kata Shen Bao yang mengaku salah, ia menarik kursi dengan mata berair yang menyedihkan. Shen Bao duduk tepat di sebelah saudara tertua demi keamanan dirinya.
"Tidak, bersihkan sekarang" Tolak Shen Bi Yu, ia tahu adiknya memiliki 1.001 alasan untuk menghindar. Jika tak diminta sekarang, Shen Bi Yu yakin Shen Bao tidak akan membersihkan kamarnya.
Pria matang yang sedari tadi diam, akhirnya mulai berbicara, "Xiao Yu, jangan memperpanjang masalah"
"Kakak-!" Shen Bi Yu menatap kesal pada saudara tertua yang selalu membela Shen Bao, "Jika aku tak menyuruhnya sekarang, dia.."
"Shen Bi Yu. Hentikan. Makanan akan segera dingin" Potong pria itu mengakhiri keluhan Shen Bi Yu yang belum tuntas.
Pundak Shen Bi Yu bergetar, ia mengepal erat tangannya. Kuku menusuk telapak tangan yang memutih, membentuk lengkungan merah.
Pria itu memandang acuh tak acuh pada saudari yang berdiri teguh di hadapannya. Ia menutup mata akan keluhan yang menjerat Shen Bi Yu, "Duduk"
Dalam kemarahan Shen Bi Yu tak ingin menuruti perintah saudara alpha tertua dalam keluarganya namun aroma tajam dari feromon es serta tatapan peringatan dari Shen Bai Hu mendorong Shen Bi Yu untuk mematuhi perintah.
Gadis itu dengan kasar menarik kursi. Duduk secara asal-asalan di samping Ibu Shen. Dengan berkumpulnya empat orang, sarapan pagipun dimulai.
Sesekali piring di meja makan berdenting, ketiga orang sangat asik makan sambil berbicara satu sama lain hingga melupakan satu orang.Â
Dalam suasana berbahagia in, Shen Bi Yu seperti orang asing yang menumpang duduk untuk makan di meja makan keluarga kecil.
Shen Bi Yu memasukkan makanan apapun yang terapit di sumpitnya. Bahkan bawang putih yang ia benci tetap ia telan.Â
Rasa makanan hari ini seharusnya terasa lezat seperti biasanya namun tak ada satupun makanan yang bisa menggugah selera dan melegakan hati Shen Bi Yu yang masam.
"Xiao Yu, makan perlahan. Mama membuat kubis telur untukmu" Kata Ibu Shen yang khawatir dengan putrinya yang murung, mengunyah makanan apapun tanpa berhenti.
"..ya" Bulu mata Shen Bi Yu berkibar cepat, ia sedikit menunduk mengambil sedikit kubis telur ke dalam mangkuknya.
Setelah selesai sarapan, Shen Bi Yu segera membantu Bibi Jiang menaruh mangkok kotor ke dalam cucian, baru ia pergi kembali ke dalam kamar. Tak lupa Shen Bi Yu ke ruang laundry mengambil penyedot debu untuk membersihkan kamarnya.
Ngungggg~
Shen Bi Yu mencetak jawaban ujian sembari bersih-bersih kamar. Lima belas menit kemudian, kamar yang awalnya berbau unggas memiliki wangi lavender.
"Wah~" Shen Bao memasuki kamar Shen Bi Yu lagi, ia menoleh ke kiri dan ke kanan seolah melihat pameran seni yang memukau, "Ternyata kamarnya sudah rapi"
Shen Bi Yu memutar matanya saat Shen Bao mulai drama baru. Ia menutupi wajah dengan lengan kirinya, mencoba untuk tidur kembali.
Merasa tak dipedulikan Shen Bao cemberut, ia mencari sesuatu untuk menarik perhatian saudari titannya.
Shen Bao berniat merapikan kertas jawaban Shen Bi Yu di printer namun ancaman saudarinya mengurungkan niat baik Shen Bao.
Ngung~! Ngung~!
"Jika kamu menyentuh barangku, segala jenis debu dan kotoran akan pindah ke wajahmu" ucap datar Shen Bi Yu yang sudah duduk di kasur sembari memainkan alat penyedot debu.
"..Haha, Kakak Yu, aku ingin membantumu~"
Ngung~! Ngung~!
"Baiklah, baiklah, aku akan pergi"
Shen Bao menutup pintu dengan bibir mengerucut, ia menggunakan tampang menyedihkan untuk meluluhkan hati orang lain. Namun bagi Shen Bi Yu yang sering berkonflik dengan Shen Bao, hanya ingin menendang pantat bocah itu daripada menepuk manis kepalanya.
Shen Bi Yu menghela kasar, ia memindahkan tumpukan kertas jawaban ke dalam amplop cokelat.
Karena rencana pertama dihancurkan oleh adiknya, Shen Bi Yu mengumpulkan jawaban ujian lebih awal. Berniat tidur dari sore sampai pagi untuk menyegarkan otak yang jenuh.
Shen Bi Yu selesai mengikat sepatu, ia mencari jaket yang baru ia kenakan kemarin. Shen Bi Yu ingat telah menggantungkannya dalam lemari jaket dan sepatu.
"Ma, apa kamu tahu dimana jaketku??" tanya Shen Bi Yu yang celingukan mencari Ibu Shen.
"Ah.." Ibu Shen yang duduk di ruang tamu mendatangi Shen Bi Yu. Ia menepuk pundak putrinya sambil berkata dengan hati-hati. Khawatir menyinggung perasaan Shen Bi Yu, "Xiao Bao meminjam jaketmu hari ini. Dia bilang bosan mengenakan sweater"
"Ma! Itu jaketku, kenapa kamu membiarkan Shen Bao mengambilnya?!"
"Xiao Yu, kamu tahu adikmu terlalu malas untuk mengambil jaket baru.. Mama ambilkan jaket baru untukmu" jawab Ibu Shen mengusap tangannya yang hampa. Ia hendak melangkah ke ruang laundry untuk mengambil jaket baru Shen Bi Yu.
Shen Bi Yu mendengus dengan kesal menjauhkan tangan Ibu Shen dari pundaknya.
"Tidak perlu. Aku juga malas menunggu" celetuk Shen Bi Yu dengan kasar mengenakan sweater milik Shen Bao dan pergi tanpa menoleh ke belakang.
"Xiao Yu-"
Klik-!
Pintu terbanting keras, meninggalkan Ibu Shen yang tertegun dengan sikap dingin Shen Bi Yu. Ia menghela nafas, keriput di wajahnya yang halus semakin bertambah. Ia tak tahu harus bagaimana untuk menghibur putrinya yang marah.