Volume 1 Chapter 4 : Dewi Dan Perasaan
Kembali ke Lima puluh Ribu tahun yang lalu, mungkin tepat pada Zaman kekosongan, zaman dimana bumi tidak di isi oleh manusia seperti sekarang. Kala itu, Bumi hanya seperti planet biasa, planet yang dimana mungkin mahkluk hidup bisa ada. Namun, Seorang misterius muncul dengan portal, tidak, di belakang portal itu nampak Miliaran hingga Triliunan pasukan siap berperang.
Orang itu adalah,
" Balarafa "
....
....
....
Kenapa dia di sini? dan, kenapa dia membawa banyak sekali pasukan di belakang portal di belakangnya? sudah jelas, bukan? dia, akan membumihanguskan bumi.
Perlahan portal di belakang " Balarafa " melebar dan meluas, beberapa pasukan di kerahkan untuk turun tanpa melakukan apapun sebelum " Balarafa " memerintah. Mahkluk hidup seperti apa yang tidak akan takut jika sesuatu misterius yang muncul dari langit langit Bumi tiba tiba turun dan menapakkan kaki mereka ke tanah? Memang kala itu tidak ada mahkluk hidup, namun, makhluk hidup yang saya maksud hanyalah [" Manusia "].
...
...
...
Waktu berlalu, sudah jutaan pasukan " Balarafa " telah turun dan menapakkan kaki mereka ke tanah, Bumi. Mereka telah ada di seluruh belahan Bumi, siap membumihanguskan jika ada perintah.
" Balarafa " yang kala itu dalam kondisi melayang di langit langit bumi, mulai memberikan perintah untuk membumihanguskan Bumi tanpa sisa, Jutaan hewan, tidak, jutaan mahkluk Pribumi berlari kesana kemari mencari tempat perlindungan, namun sayang, pasukan " Balarafa " tidak segan segan membunuh mereka dengan senjata mereka sendiri. Proses kehancuran itu tidak memkaan waktu yang lama.
...
...
...
Bumi telah hancur.
...
...
...
Mahkluk hidup mati dan mayat mayatnya hangus berserak di mana mana.
...
...
...
Jika kalian berpikir bahwa kejahatan mereka hanya cukup sampai di situ, itu salah. Sebuah meriam merobek ruang di langit langit, nampak siap menembak jika di perintah. Dalam sekejap setelah kemunculan meriam itu, seluruh pasukan " Balarafa " di seluruh muka bumi telah di teleportasikan oleh " Balarafa " kedalam sebuah celah dimensi yang tidak bisa di temukan oleh siapapun terkecuali " Balarafa " itu sendiri.
..
Meriam itu sangat besar, bahkan melebihi tata surya itu sendiri.
..
..
[" Tembak "]Perintah " Balarafa " .
Dan dengan waktu kurang dari 1 detik, sebuah laser menembus tata surya dan menghancurkan tata surya itu tanpa sisa, Menyisakan ruang angkasa yang kosong, gelap gulita.
...
...
...
Bumi hancur,
..
Tata Surya Hancur,
..
Kehidupan sudah tidak bisa di selamatkan,
..
..
Putus harapan,
..
Tidak, Masih ada, kesempatan.
Sebuah cahaya muncul di antara kegelapan luar angkasa, menyilaukan. Kapal meriam milik " Balarafa " yang hendak pergi menyusuri Multisemesta lainnya mengurungkan niatnya, Mereka yang ada di dalam kapal itu mulai heran, siapakah entitas yang muncul itu?
[" **** "]
?
[" **** ************* "]
Apa yang dia ucapkan? Mereka tidak mengerti sama sekali.
[" ***** ****** ***** !!!!!! "]
[" **** !!!!!! "]
Aku tidak mengerti. Tapi, dalam sekejap setelah Entitas misterius itu berteriak, seluruh pasukan, bahkan " Balarafa " itu sendiri telah menghilang tanpa sisa.
Hm?
Tunggu, Entitas itu nampaknya sedang melakukan sesuatu..
Sial, Aku tidak bisa mendeskripsikan fisik Entitas itu kepada kalian, jika kalian bisa melihatnya secara langsung bersama ku, nampaknya kalian juga akan merasakan hal yang sama. Fisik Entitas itu sepertinya tidak ada, melainkan Alam Semesta itu sendiri adalah perwujudan dari Entitas itu, mungkin. Tapi, jika benar, apakah " Balarafa " dan seluruh pasukan nya telah di lahap oleh Entitas itu? yah aku bilang begitu karena aku melontarkan argumen ku tadi tentang fisik Entitas itu " apakah Alam semesta itu sendiri? "
[" Argh!! Sial, Cahaya apa ini!! Sangat menyilaukan! "]
..
..
..
Tu-tunggu,....
TATA SURYA KITA TELAH KEMBALI!!!
Wahh!!! , Bumi kita juga, telah kembali!. Tunggu, Apa apaan itu? , Kenapa Entitas itu nampak seperti melihatku, Ah! Sepertinya sekarang aku bisa mendeskripsikan fisik Entitas itu!, Baiklah baiklah, Wujudnya itu seperti,,, Lah? Manusia? eh tidak tidak.
[" Apa yang kamu pikirkan? "]
[ " ... " ]
[ " ... " ]
[" Hah? "]
[" Kamu berbicara padaku? "]
Entitas itu terheran mendengar jawaban dari ****.
Entitas Misterius itu mulai tertawa. [" Apa yang kamu katakan itu? Pftt, Tentu saja aku bertanya padamu, lagian, hanya ada kamu dan aku saja di sini. "]
Yah, Aku memang lelaki bodoh. Bisa bisanya bertanya seperti itu.
[" Ah, Ya, Hahaha. Maaf, aku tidak tahu. Sebelum itu, siapa kamu? Apakah kamu yang menciptakan ulang Tata Surya ini setelah hancur tadi? "] Aku bertanya kepada Entitas Misterius itu.
[" Aku? , Hmmm... Aku adalah Dewa!, Ya, Dewa!. Dan siapa Kamu? bagaimana kamu bisa ada di sini? terlebih lagi, Aku sama sekali tidak bisa mengidentifikasi informasi dasar dirimu. Nampaknya kamu bukan dari Dunia ini "]
Aku sama sekali tidak tahu perasaan apa itu, tapi aku bisa yakin bahwa sepertinya aku akan mati jika salah ngomong, Tunggu, Dewa katanya? Sial, berpikir ini adalah Fantasi begitu?, Hu-.
*Blizt
*Suara tebasan katana
[" Ku peringati sekali lagi, siapa dirimu? "]
Dengan ketakutan, **** Menjawab pertanyaan Dewa itu [" A-A-ku *-*-*** , Seorang Manusia. "]
Dewa itu tambah curiga.
sebuah katana yang muncul ntah dari mana tiba tiba tepat hampir memenggal kepalaku .
[" Manusia, katamu? Apa itu? "]
Aku terdiam setelah mendengar pertanyaan itu. Bisa bisanya dia bertanya seperti itu padaku, huuu..
[" Hhehe... Anu,, Bisakah kamu turunkan, Turunkan katanamu terlebih dahulu? "] Jawab **** dengan menyentuh ujung katana dengan jari telunjuk. Namun sesuatu terjadi,
Apa ini?... Aku merasakan sesuatu di dalam katana ini.
[" Apa yang sedang kamu lakukan? Kenapa kamu terdiam?! "] Dewa itu mengangkat kembali katana itu sedikit ke atas di leher ****
**** Hanya bisa terdiam setelah merasakan sesuatu di ujung katana milik Dewa itu.
Melihat kondisi terdesak itu, dan mengira akan mati jika tidak menjawab pertanyaan itu dengan cepat, **** mulai menjelaskan apa itu Manusia, darimana asalnya, dan bagaimana bisa dia ada di disini.
Penjelasan demi penjelasan, Dewa itu nampak mulai mengerti.
..
..
..
[" Begitulah, Apakah anda sudah paham, Dewa? "]
Dewa itu hanya terdiam, namun bukan berarti dewa itu tidak paham, sedari penjelasan dari ****, Dewa itu hanya fokus untuk mendengarkan apa yang **** ucapkan dari mulutnya.
Dewa itu mulai mengangguk'kan kepalanya, Dewa itu menghembuskan nafasnya.
[" Baiklah, Aku mulai memahami mu."] Ujar Dewa itu.
Namun tak berlangsung lama, Ia mulai mengancam **** lagi. Dewa itu dengan sekejap menciptakan ratusan katana yang melayang dan siap menembus tubuh **** jika di perintahkan. **** yang kebingungan di tambah panik dengan apa yang salah dari penjelasan yang ia jelaskan tadi mulai bertanya kepada Dewa itu.
[ Eh eh eh, Ken-kenapa?? , Bukannya sudah ku jelaskan tadi ? ] Tanya **** dengan tersenyum ketakutan. Tubuhnya mulai Bergemetar dan keringat muncul di kepalanya.
Melihat tubuh **** yang gemetar, Dewa itu tertawa.
[" Apakah kamu ketakutan? Pft. Lucu sekali, "] Ujar Dewa itu mengejek, Di susul dengan hilang nya ratusan pedang melayang yang mengitari ****.
Dewa itu mulai memperkenalkan dirinya kepada ****.
[ Baiklah, Kamu pasti bingung siapa Namaku kan? Namaku Cizyu, Dewi Cizyu. ]
Dewi tu tersenyum setelah memperkenalkan namanya, Ia juga mengulurkan tangan nya, berkenan mengajak **** berkenalan.
**** Hanya bisa terdiam membeku. Bagaimana tidak, sedari awal dia mengira bahwa Dewi Cizyu adalah seorang Dewa, bukan Dewi. Kalian tidak bingung, Kan?
Dewa di sini mengacu pada orang Laki Laki, dan Dewi Untuk Perempuan. Untuk simpelnya seperti itu, namun jika belum jelas, Akan saya jelaskan kembali.
Dewa adalah entitas Supranatural yang menguasai seluruh Multi Alam semesta, namun dengan kelamin Pria, berbeda dengan Dewi, Dewi adalah Entitas yang sama seperti Dewa namun berkelamin Wanita.
Begitulah kira kira.
Dewi itu mulai bingung, Dan memilih untuk bertanya kepada ****
[" Kenapa kamu diam membeku seperti itu? "] Tanya Dewi itu.
**** Mulai tersadar, Ia pun menjawab pertanyaan itu.
[" Ah, Maaf maaff, Hanya saja aku kaget bahwasanya kamu adalah Dewi, kukira kamu adalah Dewa. "]
Mendengar Jawaban itu, Dewi Cizyu tersenyum. Ia mulai menampakan wujud dari tubuhnya, Perlahan tubuh Dewi Cizyu muncul di sertai dengan pakaian simpel wanita. Rambutnya berwarna hitam seperti wanita pada umumnya, rambutnya panjang. Matanya berbeda, Itu berwarna biru!, itu terlihat seperti Wanita Wanita yang ada di dunia Fantasi.
Terlebih lagi...
Sial. Mataku tak kuat melihatnya, tubuhnya,,, Sexy! .
**** Terdiam membeku melihat kecantikan Dewi Cizyu.
Dewi Cizyu mulai berkata kepada ****.
[" Aku tahu, dari tatapan mu sepertinya kamu kaget yah? Hehe. Walau begitu, tubuh ini hanyalah tubuh sementaraku, aku tidak bisa menggunakan tubuh ini terus menerus, karena tubuh ini bisa hancur karena tidak bisa menampung seluruh kekuatan yang kumiliki sekarang. "] Dewi Cizyu menjelaskan.
Dewi Cizyu pun mengajak Reii untuk turun ke Bumi, melihat pemandangan yang ada di dalamnya. **** yang sedang gabut tidak tahu mau melakukan apa, hanya meng " iya " kan ajakan Dewi Cizyu.
Dewi itu menggengam tangan **** setelah ia mengatakan " iya ", **** yang kaget karena di genggam oleh Dewi itupun pipinya mulai memerah, Dan dalam sekejap mereka telah berpindah posisi, kini mereka telah berada di bumi. **** yang bingung apa yang telah Dewi itu lakukan tadi karena " Bagaimana bisa jarak ratusan kilometer " di lewati dalam sekejap, bukan kah itu mustahil? apakah itu teleportasi?
**** pun bertanya kepada Dewi Cizyu.
[" Apakah tadi itu Teleportasi? semacam kemampuan untuk berpindah tempat ke tempat yang lain dalam sekejap, atau semacam yang lain? "]
Dewi Cizyu pun terkejut setelah mendengar bahwa **** mengenal Teleportasi, namun sebelum menanyakan apa yang Dewi Cizyu ingin tanyakan kepada **** , Dewi Cizyu mulai menjelaskan apa yang ia lakukan tadi.
Secara mengejutkan, sebuah hologram Tata Surya muncul tepat di bawah mereka. **** Pun terkejut melihat nya.
[" Baiklah, kita mulai dari posisi pertama kita yang ada di sini. "] Dewi Cizyu menunjuk posisi mereka sebelumnya, yang dimana tepat berada di sekitaran planet Mars.
[" Aku hanya melangkahkan kaki ku, dan dalam sekejap aku bisa berjalan tanpa memperdulikan jarak sejauh apapun itu. "] Lanjut Dewi Cizyu.
**** Terkejut mendengar penjelasan tadi. Ia pun bertanya.
[" Jadi, jarak yang tidak bisa di hitung jumlah nya bisa kamu lewati begitu saja? "]
Dewi itu tersenyum.
[" Tentu saja, Aku bisa melakukannya! "]
**** Tambah kaget.
[" Ini adalah Teknik
[" Apakah kamu sudah paham? "] Dewi Cizyu bertanya.
**** yang diam karena terkejut bahwa ada Teknik yang membuat hal mustahil menjadi tidak lagi mustahil hanya bisa terdiam membeku. Bagaimana tidak, manusia biasa saja masih bermasalah untuk jarak, tapi Dewi Cizyu bisa mengatasinya, bahkan Ruang, waktu, dan hal lain bukan menjadi masalah baginya.
**** Menghembuskan nafasnya.
Melihat itu, Dewi Cizyu langsung menggandeng tangan **** , mengajaknya utnuk berkeliling bumi, menghabiskan waktu bersama sebagai tanda pertama kali bertemu.
...
Waktu berlalu.
Berlalu.
Banyak sekali hal yang telah mereka alami bersama.
Tertawa.
Senang.
Gembira.
Sedih.
Namun perasaan telah tumbuh seiring waktu berjalan.
Perasaan yang ingin di ungkapkan, terhalang oleh malu antara satu sama lain.
Bagi Dewi Cizyu, **** adalah Manusia pertama yang ia temui dan bagi **** , Dewi Cizyu adalah Dewi pertama yang ia temui.
Waktu berlalu begitu cepat, dan tepat pada malam hari.
Suasana Dingin menyengat tubuh, dan suara hewan hewan yang tertidur pun terdengar jelas di telinga. Kini, Mereka mulai saling melakukan kontak mata bersama. Saling menatap.
Perasaan Cinta mulai bergejolak, tidak bisa terhindar.
Mereka Mencium satu sama lain dan mulai mengungkapkan perasaan mereka masing masing.
Tanah, Langit, Pohon, Mahkluk hidup bumi, Alam Semesta telah menjadi saksi pengungkapan cinta mereka berdua.
Bintang bintang mulai bersinar, jauh di atas sana.
Bukan Bersinar juga, namun jauh di atas sana.
Namun bukan halangan bagi mereka untuk saling mencintai.
Perbedaan bukan menjadi alasan mereka untuk benci satu sama lain, Melainkan, perbedaan adalah sesuatu, sesuatu yang indah.
[" Aku mencintaimu, Cizyu. "]
[" Ya!, Aku Juga. Reii "]
Volume 1 Chapter 4 : Dewi Dan Perasaan, Selesai...