Chereads / Kalau kamu tidak ada lagi disini, apa yang harus aku lakukan? / Chapter 6 - Kembali lagi, seperti semula

Chapter 6 - Kembali lagi, seperti semula

Suhu hari ini 32 derajat, nampak tak ada yang spesial dari ini semua, ingatan masa lalu dan tempo melambat menemani keseharianku, bermain dengan kedua anak perempuanku, bisa menepis kekosongan didalam hatiku, mereka yang tak berdosa dan tak mengerti apa itu rasa pahit dari kepergian.

Nampak lucu dengan kepolosan mereka berdua, yang satunya masih berumur satu setengah tahun, dan yang satunya sudah mau masuk umur lima tahun.

Maaf nak, ayah masih rindu akan kehadiran ibu kalian, jika ayah terus menatapi wajah kalian berdua ada rasa bahagia dan sedih tertuang di raut wajah ayah, kalian sungguh mirip ibu kalian "Apakah sebegitu inginnya kalian diakui ibu?."

HA HA HA HAAA...

Aku terus saja tak bisa menyembunyikan kesedihan yang ku alami, sebenarnya ingin sekali aku menyembunyikannya tapi apalah diriku, seorang peria yang sudah terlanjur jatuh kedalam hatinya.

Besok dan hari seterusnya kamu tak ada lagi di sini, menemani keluarga kita, menyiapkan sarapan pagi kepada kami, mengurusi kami bertiga.

Hembusan nafas kesal dari mu yang melihat kami yang mengotori rumah, atau pun omelan mu kepada ku yang selalu pulang telat, aku sungguh merindukannya Violet.

Dari satu sampai tujuh, dari satu sampai tiga puluh, dari satu sampai dua belas, dan dari satu sampai tiga ratus enam puluh lima, kamu tak akan lagi kembali disini.

Kini anak-anak kita sudah tertidur lelap, biasanya kamu akan memeluk mereka, bisanya kamulah yang menidurkan mereka berdua, itu yang aku lakukan sekarang, melihat mereka tertidur pulas membuatku ingin tidur juga, semoga aku bermimpi tentangmu.

Hari berganti, pagi yang berisik, wajan dan keran air berbunyi, api biru menyala, uap air terbang.

Bisanya aku selalu melihat kesibukkan seperti ini dipagi hari, kamu yang berkata kepada anak-anak jangan nakal dan sebagainya, aku duduk dengan tenang dikursi makan, sehabis mandi.

Melihatmu, memberi senyuman kepada mu disaat kamu menoleh ke arahku, "Udah selesai mandinya sayang? nanti ya... Ibu sedang berbicara sama ayah kalian." lembut, halus dan juga indah itulah suara darimu, yang dari sanalah aku mulai jatuh cinta kepada sosok bernama Violet.

Jika saja tak ada lagi waktu, mungkin aku akan bahagia... hanya... dengan diam saja, mungkin.

Aku harus mengantar anak-anak kerumah nenek dan kakek mereka... "Dah, ayah kerja dulu ya, jangan nakal, jangan bikin nenek sama kekek letih."

"Selamat pagi Pak, saya turut bersedih atas berpulangnya istri bapak." Akhirnya aku kembali lagi bekerja, mungkin dengan bekerja aku bisa menepiskan rasa sedih atas kehilangan istriku.

Bekerja sebagai pegawai sipil di dinas pendidikan, inilah pekerjaanku, memiliki pemasukan tetap dan pekerjaan dengan jangka waktu yang lama memungkinkan aku bisa menghidupi keluarga ku, namun nyatanya ada juga yang tidak bisa hidup dengan pekerjaanku.

Semakin banyak kesibukan, semakin aku bisa membuang rasa sedih didalam hati, rekan kerja yang bisa menghibur, atau pun lingkungan masyarakat yang selalu menyapa disetiap langkah kaki ku.

Akhirnya pulang juga, setelah itu aku menjemput anak-anak, "Ayah, hari ini makan apa?" tanya anak tertua ku, "kita bikin ayam kecap, mau?" "Mau..." dengan riang dia membuka pintu setelah aku membuka kunci pintu rumah, Aaaah anak-anak sungguh bersemangat Violet, apakah kamu bisa melihatnya? aku berharaf bisa, tentu aku berharaf bisa.