Sore... Aku dan kedua anak ku membuat makan malam, sebelum itu anak-anak aku suruh mandi terlebih dahulu, pukul lima tiga puluh... mengoreng ikan yang ku simpan dilemari pendingin, tak lupa juga aku bikin ayam kecap kesukaan anak pertama ku, dia sangat suka ayam kecap, setiap hari minggu ibunya selalu memasak ayam kecap untuknya, aku masih ingat betapa lahapnya anak pertama ku, kami berdua hanya bisa tersenyum bahagia melihat anak kami makan dengan lahap, ini seperti bahwa aku bekerja mencari nafkah tak menjadi sia-sia.
Waktu kami baru memiliki satu anak, dia Violet masih belum terbiasa mengimbangi dirinya yang sudah menjadi istri sekaligus ibu dikeluargannya, kadang ada kala tingkah pecicilannya membuat aku hanya bisa mengeleng-gelengkan kepala, milhat dia yang membawa anak kami entah kemana membuat aku sangat khawatir, kadang tak khayal aku menghukumnya, berjongkok disudut tembok rumah selama beberapa jam.
Akibat ibunya yang aktif, anak-anak pun juga ikut aktif, itu seperti semangka dibelah tiga sama rata, ya... gen ibunya begitu melekat didalam diri anak ku.
Dia bukanlah orang yang suka makan, lebih tepatnya dia itu suka jalan-jalan, dari kami masih istilahnya berteman sampai kami akhirnya berpacaran, kami sering berpergian kemana pun yang kami sukai, awalnya aku hanya bermaksud menemaninya saja, namun pada kenyataannya itu menyenangkan untuk dijalani, melihat tempat berbeda dari biasanya membuat mata dan otak menjadi sedikit ringan.
Aku bercerita bahwa, aku dan dia sebenarnya bisa dibilang teman masa kecil, dari TK sampai SMA kami selalu bareng dan ditempat yang sama, tak ada ketertarikan pada awalnya, baik aku atau pun dia tak menaruh rasa suka sama sekali, aku juga tak tau dari mana asal rasa suka setelah itu?
Oh aku ingat!!!
Itu terjadi karena satu hal, ya! itu karena sebuah game, Yakni siapa yang jatuh cinta dia yang kalah, cukup konyol.
Aku tak bisa berbicara banyak tentang ini, sebab pada akhirnya hanya berjalan tiga bulan, baik aku dan dia mengaku kalah.
Aku berakhir berlutut dihadapannya dan menyatakan cinta dihadapan semua orang di sekolah, ya... dilapangan yang cukup luas untuk menampung seribu orang itu.
Selama kisah cinta kami berjalan tak banyak hal yang bisa membuatku khawatir apakah cinta ini bisa berjalan sampai ke tujuannya?
Sebab semakin waktu itu berjalan aku semakin terjatuh kedalam dirinya yang lembut, tak pernah bosan melihat, mendengar atau pun mengenggam tangan halus itu, tak terhitung berapa kali aku mengatakan aku suka kepadanya, mungkin kalau ini dibuat lurus bisa saja sampai ke bulan.
Waktu kuliah, kami memilih tempat yang berbeda, aku memilih kuliah diluar kota, dan dia masih di dalam kota kecil kami, disana aku menemukan banyak orang yang pada akhirnya mengantarkan ku kepada kesuksesan materi, alih-alih ingin jadi pengusaha, aku malah banting stir ke hal yang meyakinkan, yakni mengabdi ke negera, mengikuti beberapa kali tes, dan pada akhirnya aku lulus, disaat kami merasa hubungan ini harus ke arah serius, kami berdua mulai menabung, membicarakan kepada orang tua, meminta persetujuan mereka, berdiskusi tentang apa yang harus kami lakukan setelah bekeluarga, dan pada akhirnya aku dan orang tua ku datang melamar kerumahnya, aku mengatakan maksudku, mempersunting violet kekasih ku ini