Setelah itu anak kedua kami lahir, dia berjenis kelamin sama dengan kakaknya, dulu aku pikir bahwa anak-anak tak akan mengikuti sifat ibunya, rupanya sifat itu bisa berupa sesuai keadaan lingkungannya, anak pertama begitu aktif, dia kadang mengajak adiknya entah kemana, saat aku menemukannya dia sudah berada dirumah tetangga.
"Tolonglah jangan tiru ibu kalian" Ujarku membawa mereka pulang, "Kok jadi aku yang kena." ucapnya membalas perkataanku barusan, aku cuma nyengir sembari mengendong sang adik yang sudah tertidur.
Pernikahan yang bahagia membuat aku lupa tentang sesuatu yang akan datang, baik itu baik atau pun buruk.
Badai datang dari arahnya, di pagi hari yang cerah aku mendapati dia yang sudah terbaring dikamar mandi, dengan suara pelan dia meminta tolong.
Dengan kecepatan hampir limit aku memacu mobilku di jalan, berdoa agar ini tak buruk, dengan cepat aku mengantar ke UGD yang biasanya tepat berada di bagian paling depan rumah sakit, setelah dari pemeriksaan cukup lama, dokter berkata bahwa istriku mengalami stroke, "Bukankah itu hanya di alami oleh lanjut usia?"
"Stroke tak mengenal umur, itu disebabkan pola hidup, bahkan banyak orang-orang di usia muda kena stroke." aku terduduk lemas dikursi tunggu rumah sakit, anak-anak yang tak mengerti apa-apa melihat ayahnya yang sedang termenung memikirkan hal yang jauh.
Di awal-awal dia stroke dia benar-benar mengalami kelumpuhan, berangsur-angsur mulai membaik, dia mulai bisa berbicara kepadaku, di situlah dia pernah berkata hal yang bahkan tak pernah terpikirkan olehku sebelumnya "Aku sudah seperti ini, aku tak seperti dulu... (Dia berhenti sejenak, seperti ada yang ingin pikirkan.) Kalau kamu ingin meninggalkanku aku akan menerimanya, jika kamu ingin terus bersama ku, aku juga dengan senang hati menerimanya."
"Apa yang kamu katakan? Bukankah aku pernah berkata bahwa sebanyak apa pun kekurangan di dirimu aku tak akan pernah berpaling dari mu, (Aku sentuh wajahnya, matanya sayu menatap suaminya yang sedang mengelus wajah dirinya yang munggil nan lembut itu.) Jika kesempurnaan yang aku cari dari seorang wanita, aku tak akan pernah memilihmu, bahkan sebaliknya aku mencari kekuranganmu, kelemahanmu dan ketidak tahuanmu, sebab aku ingin jadi orang yang bisa menuntunmu, melindungimu, dan juga... memberi kasih kepadamu, jangan lagi mengatakan itu, apa lagi di depan dua anak kita yang tak mengerti apa pun dari perkataan orang tuanya, dan tolong berusahalah untuk sembuh, percuma saja jika aku memberi obat kepadamu jika kamu tak punya niat untuk sembuh."
Setelah percakapan itu, beberapa waktu setelahnya dia mulai ceria lagi, aku berpikir dia mungkin akan sembuh di waktu yang akan datang, mudah-mudahan sembuh total.
Hari-hari berganti, selagi aku kerja ibu mertua menjaga dan mengurus anggota keluargaku, aku sangat senang mempunyai mertua yang baik, aku pun setiap bulan memberikan sebagian kecil gajiku kepada mertua, sedangkan orang tua ku sama sekali tak membutuhkannya sebab mereka berdua adalah pengsiunan, mereka memiliki uang pensiun setiap bulannya.
Dia selama masa stroke tak bekerja, oh ya pekerjaannya adalah pembuat webkomik, yakni komik online berbasis aplikasi, dia harus hiatus selama masa strokenya.
Aku pikir dia akan sembuh, namun apalah daya Tuhan berkata lain, dia pun berpulang di pangkuanku setelah berusaha sembuh dari strokenya.
"Dengan ini, aku memgumumkan, bahwa author ini, telah berpulang kesisi Tuhan, maka dari itu komik ini tak akan dilanjutkan, dan akan di tarik dari webkomik, terimakasih telah membaca komik ini, sebagai suami dari mendiang author komik ini, saya mengucapkan banyak-banyak terimakasih."