Chereads / I’ll Run This Ruined Empire / Chapter 4 - { EP. 3 } THE DARK FRAGMENT

Chapter 4 - { EP. 3 } THE DARK FRAGMENT

꧁ THE DARK FRAGMENT ꧂

» Horschtel Manor, Provinsi Alberg, Wilayah Kekuasaan Rowena «

» Sisi Timur Kekaisaran Emasvico «

» Tahun 1296 Kekaisaran Emasvico «

"Jangan cemas, Kaisar mungkin meminta Maximillian membereskannya lagi."

"Benar. Hanya Maximillian yang mampu mengatasinya."

"Selama di pengasingan, Putri begitu bergantung pada mereka. Apa jadinya Tuan Putri tanpa bantuan Maximillian?"

Pertanyaan itu menggantung di udara, bukan tanpa jawaban dari pelayan lain namun gadis itu yang termenung mendengarnya dan memutuskan berjalan kembali ke arah lain. Meski kaki sang putri terus melangkah tanpa arah, kepalanya terus berputar seakan tidak ada lagi kesempatan bagi Seraphine untuk berpikir lebih lama.

Maximillian.

Mereka seakan dianggap sebagai pemimpin kedua dari Kekaisaran Emasvico. Pengaruhnya begitu besar.

Dahulu kala, Maximillian adalah salah satu sosok yang menyatukan wilayah barat tepatnya wilayah dataran di cincin api samudera barat dalam pimpinannya sebelum menyatakan untuk bergabung dengan Kekaisaran Emasvico. Keluarga itu memang menyokong Seraphine sebagai suksesor kedua. Namun mengatakan bahwa dirinya tidak bisa melakukan apapun tanpa Maximillian, itu sungguh ironi dan menyinggung martabat Marionetth.

"Apa tidak ada hal lain yang bisa mereka perbincangkan?"

Bahkan bila orang-orang tahu, di banyak kesempatannya untuk bertahan hidup—Maximillian jugalah orang yang enggan membantunya bernapas selama ini.

Semua orang begitu menghormati Maximillian. Begitulah yang setidaknya diketahui oleh Seraphine. Berkat kedekatan Maximillian dengan Kuil Agung Mitterand, rasanya tak menjadi sulit bagi rakyat yang fanatik terhadap kuil dan ajaran-ajaran dewa untuk turut menghormati mereka.

Maximillian adalah keturunan para penyihir murni sama halnya seperti Marionetth. Mereka adalah pemilik menara sihir di barat yang mereka gunakan sebagai markas utama prajurit sihir dan berbagai aktivitas yang berhubungan dengan pengembangan dunia sihir.

Mereka adalah salah satu dari tiga keluarga di Emasvico yang memiliki dua jenis pemimpin.

Putra tertua akan mewarisi gelar Duke yang memimpin keluarga dengan tanggung-jawab utama sebagai pemimpin Wilayah Kekuasaan Therondian dan memiliki tugas untuk terus memperbaharui segel kuno Casterol Grimson—kastil barat yang menjadi tempat persemayaman para mantan suksesor Marionetth dan Kaisar terdahulu.

Sedangkan keturunan Maximillian paling berbakat dan potensial akan menjadi seorang Grundo atau pemimpin setara yang bertanggung jawab atas menara sihir barat yang didalam tugasnya harus memimpin pergerakan prajurit sihir Emasvico, bertanggungjawab atas guild informasi Bonaparte serta mengawasi persebaran energi di Emasvico.

Seorang Grundo Maximillian pastilah seseorang yang memiliki kemampuan hebat atau seseorang yang diyakini menerima energi fragmen surga yang telah disumpah oleh Marionetth ribuan tahun lalu.

Meski tidak seperti keturunan Marionetth yang selalu mewariskan energi fragmen pada seluruh keturunan garis utama di tiap generasi, para keluarga seperti Maximillian dan penerima energi fragmen lain hanya mampu melakukannya dalam beberapa generasi. Sebab sebagai tindakan yang lebih aman, dahulu kala Marionetth hanya membagi sebagian energi dari fragmen masing-masing. Alhasil mereka tidak mendapat keistimewaan serupa seperti halnya sang kontraktor utama batu surga.

Bagaimanapun Marionetth lah yang menyatukan seluruh wujud batuan surga yang jatuh ke dunia tengah. Tentu tidak semua keturunan Maximillian dan para keluarga yang ditunjuk sebagai kontraktor kedua memiliki keistimewaan serupa seperti yang dimiliki oleh Marionetth. Tidak pula setiap generasi menerima kesempatan melihat sebagian wujud energi fragmen yang telah diberikan Marionetth kepada mereka.

Hadirnya wujud energi fragmen di suatu generasi adalah bonus dan kemewahan bagi mereka. Satu keluarga biasanya hanya dapat melihat energi fragmen itu muncul satu abad berikutnya, pun bisa juga energi itu akan muncul ratusan tahun sekali. Seringkali tangan takdir akan menghadirkannya dalam satu waktu pada seluruh keluarga di satu generasi yang sama. Namun bagi Maximillian sendiri, di generasi saat ini setelah satu abad berlalu, tampaknya Escarlot Maximillian, berhasil mewarisinya.

"Semua orang membicarakan putri dan mempertanyakan suksesinya!"

Hanya bila mereka tahu sosok Maximillian yang senantiasa menyokongnya hanyalah calon grundo mereka. Escarlot Maximillian dan menara sihir barat Therondian yang selama ini memberikan dukungan untuk suksesor kedua.

Dan inilah yang terjadi saat ini. Ancaman penurunan suksesi Seraphine. Dia adalah suksesor kedua, dengan kata lain seharusnya ini jadi nilai lebih baginya dalam urutan takhta.

Namun siapa sangka semua ini seperti jadi petaka.

Penetapan suksesi Seraphine dilakukan tepat ketika usianya baru menginjak delapan tahun. Saat itu potensi sihir miliknya lebih dulu muncul dibandingkan Caroline. Tetua Maximillian sebagai pengawas sihir kekaisaran menyatakan potensi gadis itu akan sangat hebat bila menerima berkat dari alam.

Semua tampak baik-baik saja hingga dua tahun kemudian, seorang pertapa agung datang ke istana menyampaikan ramalan secara pribadi pada Kaisar. Semenjak obrolan singkat itu, Kaisar yang semula tidak memperdulikan kehadiran sang putri jadi semakin mengabaikan keberadaannya hingga tanpa dasar yang Seraphine ketahui.

Gadis itu dilarang memasuki tempat pelatihan suksesi dan puncaknya ia mulai diasingkan di beberapa tempat dengan intensitas sihir tinggi. Seraphine pernah berpikir bila suksesinya telah dicabut karena hal itu, namun tetua Marionetth dan tetua Maximillian mengatakan bila potensinya menjadi seorang kaisar lebih besar dibandingkan suksesor pertama dan ketiga.

Dengan itu Seraphine tidak mengatakan apapun tentang pengasingan yang menyedihkan di tempat-tempat yang membahayakan nyawanya.

Itu jelas menyakitkan.

Bagi seseorang yang belum mampu menguasai energinya sendiri, tempat-tempat berbahaya yang memiliki energi besar dari alam adalah hal yang patut dihindari. Namun mereka justru mengirimkan suksesor kedua secara khusus ke tempat-tempat itu dengan dalih agar energi alam mampu membuka sihir agungnya lebih cepat.

Mereka menentukan apa yang terbaik bagi suksesor kedua.

Tentu saja. Bagaimana bisa Seraphine lupa akan rasa tubuhnya yang dikoyak, ditusuk, dengan organnya yang terasa diaduk dalam waktu bersamaan. Bahkan bagi Seraphine, rasa kematian pun rasanya tidak akan sesakit itu. Energinya meledak-ledak dan rasanya berbenturan, meremukkan tulang dan dagingnya sendiri.

Hal yang paling menyebalkan baginya, ketika di tengah pesakitan Seraphine mulai sadar bila ia justru terbiasa berada di kondisi seperti itu.

Dua minggu selepas perayaan terbentuknya kekaisaran tepatnya musim dingin bulan depan usianya akan genap 20 tahun. Sebenarnya saja Seraphine baru kembali ke manor dua bulan ini setelah pengasingannya yang panjang di wilayah kegelapan Valleris selama lebih dari setengah tahun.

Apa yang dilakukan Seraphine disana? Di sela pelatihan sihirnya yang perlu ditekannya dengan paksa, dia justru membantu Raja Valleris mengembangkan model bercocok tanam media air sebab tanah Valleris yang tidak mampu menumbuhkan tanaman apapun selain pepohonan berbentuk aneh. Tanah yang senantiasa basah, matahari yang tidak mampu menembus dedaunan, beberapa hewan yang tercemar energi roh jahat. Kondisi di tempat itu mengerikan untuk sekedar dilihat dan Seraphine justru harus tinggal di tempat itu beberapa kali. Sungguh ironi yang konyol.

Jangan pernah tanyakan tentang debutnya di pergaulan sosial. Seraphine merasa dirinya lebih pantas dikatakan gelandangan kelas atas dibandingkan putri bungsu kekaisaran yang menjadi suksesor kedua dari tiga garis suksesi yang dipilih.

Maka Seraphine mengubur keinginan untuk muncul di istana utama tepatnya di Verendor dan memilih untuk merayakan ulang tahunnya dengan sederhana di manor pribadinya.

'Kapan lagi aku bisa merayakan hari kelahiran di rumahku sendiri?'

Seraphine merasa ia hanya perlu diam disini sampai bulan depan agar bisa menikmati istirahat dengan tenang dan tidak kembali dilempar dalam pengasingan. Itu sebenarnya rencana yang sempurna. Tapi lagi-lagi Dewa seakan menertawakan eksistensinya. Rumor sialan tak berdasar tiba-tiba muncul di Rowena.

Akibatnya jelas membuat gadis itu frustasi memikirkan apa hukuman yang akan dilayangkan bila saja Kuil Agung Mitterand mendengar semua ini.

Ditambah ramalan tidak bermoral yang tidak jelas kebenarannya. Seraphine begitu ingat saat itu batuan surga yang disegel entah kebetulan atau bagaimana—ketika menyentuh darahnya, turut berwarna pekat ketika tetua Marionetth menunjukkan bahwa potensi sihirnya tercampur sihir hitam. Itu semakin mendukung ramalan yang mereka perbincangkan tentangnya.

Namun pada intinya sang putri kembali tidak mengerti mengapa seorang Kaisar begitu mempercayai sebuah ramalan. Itu tidak logis! Terlebih ramalan itu terdengar mengada-ada dan yang paling sering terdengar dari mulut orang-orang adalah,

Tanah Para Dewa akan hancur di tangan penciptanya.

Itu pun hanya kalimat yang sering terdengar. Tidak ada yang tahu pasti apa isi ramalan itu.

Terkadang Seraphine bertanya-tanya apakah orang-orang itu sungguh yakin dirinya mampu menghancurkan kekaisaran ini.

Lagipula sang putri juga ingin tahu bagaimana caranya mendapat kekuatan sehebat itu.

'Sungguh aneh dan menyebalkan!'

Tidak ada yang mampu menjawab pertanyaan Seraphine bahkan tidak ada yang tahu dengan jelas apa isi ramalannya. Mereka berspekulasi dan menyatakan fakta atas asumsinya sendiri.

Mereka hanya tahu jika Emperor begitu menghormati pertapa agung dan mempercayai bahwa semua yang dibisikkan padanya adalah pertanda dari Dewa.

'Seorang Emperor yang memilih percaya dengan omong kosong.'

"Juga melupakan perannya sebagai ayah."

Dia berada di titik dimana wajah ayahnya sendiri hanyalah ingatan kelabu yang tidak perlu diingatnya. Jauh dalam dirinya, Seraphine merasa enggan hanya karena mendengar sebutan yang para penduduk elukan.

Ayahnya adalah orang yang kejam, otoriter, dan haus darah. Hanya dengan mengingatnya saja telah membuat emosinya bergejolak. Bagi Seraphine, pria itu tidak lebihnya seorang tiran yang mendapat kesenangan dari menyiksa orang.

Begitu sadar dari lamunan, Seraphine tidak menyadari mengapa ia jadi semarah ini.

Semakin muak mendengar pelayan yang mencurahkan rasa kasihan untuknya, Seraphine berlalu pergi dengan rasa bingung.

Semua mata tertuju pada suksesinya bahkan ketika sang putri baru saja menumbuhkan kembali kebun herbal di manor. Tidak ada jaminan sang putri bisa terus berada di manornya sendiri sampai besok pagi.

Masih siang hari tatkala Seraphine kembali ke kamarnya, para pelayan memberinya salam dengan rasa khawatir begitu tahu jika sang putri mungkin tidak dalam kondisi emosi yang stabil.

Susunan bunga poppy merah, peony ungu, lilium putih serta beberapa tambahan bunga baby breath yang biasa dipetik pelayannya dari rumah kaca telah terpasang cantik di vas bunga. Kasurnya yang tersusun rapi dan sinar mentari yang menembus lewat pintu kaca balkonnya.

Di suasana yang tenang, Seraphine justru langsung menghempaskan badan dan berbaring di ranjang tatkala rasa cemas tiba-tiba muncul.

Seraphine merasa sesak akan seluruh kejadian yang menimpanya selama ini. Dia merasa tidak adil dan sungguh tidak puas akan semuanya. Apakah hanya dirinya yang sengsara disini? Pertanyaan itu selalu terngiang di kepalanya. Seraphine pun berhak marah dan tidak terima.

Ingatannya tentang kekejaman ayahnya sendiri membuatnya memiliki amarah yang besar. Sang putri bahkan merasa hidupnya terasa dipersulit meskipun dia hanya berharap mampu bernapas dengan tenang.

'Sssssshhhheerrraaaaaaa....'

Lalu desisan panjang itu bagai menelan kesadarannya. Dunianya gelap gulita hingga tubuhnya terasa dihimpit erat-erat. Nafasnya perlahan tercekat. Dia tak lagi mampu bernapas dengan bebasnya.

꧁ ————————— ꧂