Chereads / I’ll Run This Ruined Empire / Chapter 7 - { EP. 6 } WALKING ON A TIGHTROPE II

Chapter 7 - { EP. 6 } WALKING ON A TIGHTROPE II

꧁ WALKING ON A TIGHTROPE II ꧂

» Horschtel Manor, Provinsi Alberg, Wilayah Kekuasaan Rowena «

» Sisi Timur Kekaisaran Emasvico «

» Tahun 1296 Kekaisaran Emasvico «

"Tentu saja tidak mungkin itu terjadi... mereka akan diwakili oleh perdana menteri, putra mahkota atau seorang pangeran dan putri. Itu juga tergantung kepentingan dan kerjasama yang hendak dilakukan, Yang Mulia. Para penerus ataupun seorang kaisar dilarang melakukan perjalanan di luar kekaisaran dalam satu rombongan tugas."

Seraphine tidak bodoh untuk mengetahuinya. Sang putri hanya memastikan degup jantungnya yang entah terasa menggelikan. Seorang pangeran dari kekaisaran lain. Seraphine dengan jelas merasa aneh di wajahnya dan segera memalingkan muka sambil mengusapnya dengan perasaan ambigu.

Tubuhnya bahkan terasa panas hingga rasanya sedikit pusing. Seraphine berpikir itu mungkin salah satu efek dari pengaruh roh-roh yang mengusiknya tadi.

Seraphine amat teringat satu sosok. Seseorang yang dulu sempat ikut berlatih bersama para suksesor Emasvico. Satu-satunya orang dari kekaisaran lain yang berlatih langsung pada penyihir agung Maximillian dan Tetua Marionetth sebab keturunan keluarga itu baru menerima energi fragmen kembali setelah 300 tahun energi fragmennya tidak muncul.

Wajah itu terlihat samar di ingatannya bahkan Seraphine lupa bagaimana ekspresi yang seringkali ditampilkan pangeran itu. Rasanya kelabu. Ia bahkan tidak yakin bagaimana rupa sang pangeran dengan pasti. Itu bagai merasakan sosok asing yang sangat dekat dan familiar. Perasaannya selalu aneh bila mengingat sosok itu, namun Seraphine bahkan tak tahu pasti apa jenis perasaan yang ia miliki.

Rasa penasaran? Rasa kagum? Takut? Itu terlalu rumit untuk dipikirkan. Sang putri tak bisa membedakan bagaimana emosinya ini.

Hanya saja sang putri begitu mengingat rambut biru legam, hampir mendekati warna hitam yang selalu menari begitu angin menerpa wajahnya, dan mata tajamnya yang sayu begitu terasa mengintimidasi menelannya utuh.

Seorang teman, kenalan, atau entahlah perlu disebut apa. Tidak ada identifikasi pasti hubungan yang mereka jalin sebelumnya. Sosok itu terasa dekat bagai teman namun juga asing bagai hanya memandang sebuah lukisan di bangunan yang hanya sekali dikunjunginya. Seraphine hanya ingat bila pangeran terlihat cerdas dan tidak banyak bicara. Bersikap layaknya cendekiawan yang tenang dan berwibawa. Namun siapa sangka seorang pangeran dari kekaisaran lain justru memiliki kasus serupa dengannya?

Pemilik energi hitam.

Energi fragmen yang dimiliki oleh para leluhurnya adalah fragmen hitam.

Tujuh potong batuan surga yang terdiri atas 3 fragmen hitam dan 4 fragmen suci.

Marionetth memiliki dua jenis energi fragmen yang pertama kali diturunkan dan 5 sisanya tidak mungkin seluruhnya dikontrak oleh Marionetth. Jadilah ia membaginya sesuai dengan keinginan fragmen pertama, Levianthen.

Marionetth tidak mengikat satu fragmen pada satu keluarga, dia hanya mengikat separuhnya. Sebab hanya itu kapasitas maksimal yang bisa diterima oleh manusia biasa.

Artinya separuh energi dari 2 fragmen hitam dan separuh energi dari 3 fragmen suci dimiliki oleh keluarga lain yang telah ditunjuk oleh Marionetth. Energi yang diberikan pada 5 keluarga terpilih hanya separuh energi dari satu potongan batu.

Marionetth von Verandal—leluhur para Marionetth jelas tidak mengambil resiko lebih besar dengan menyerahkan seluruh energi dari masing-masing fragmen kepada tubuh manusia biasa yang lemah.

Setidaknya Seraphine sangat berpikir bila itu langkah yang baik. Setidaknya sang putri menemukan satu hal bijak yang dilakukan oleh leluhurnya.

Sang putri juga merasa sedikit tenang ketika mengetahui bila sang pangeran lah yang mewarisi fragmen hitam. Seraphine bisa menggunakan kesempatan itu untuk mencari tahu bagaimana sang pangeran mengendalikan fragmen hitamnya—tentu sebab Seraphine amat terdesak dan sangat memerlukannya.

Oleh sebab itu dengan penuh harapan Seraphine ingin menumpahkan segala pertanyaan yang mengusut dalam kepalanya bila bertemu dengan sang pangeran. Bahkan meski tanpa alasan itu, sebenarnya saja meski terasa asing Seraphine benar-benar berharap bisa kembali melihatnya. Perasaan yang aneh.

Hanya saja sang pangeran telah lama kembali ke kekaisarannya dan tidak lagi mengunjungi Kekaisaran Emasvico.

Dalam ketenangannya, Seraphine sungguh berharap sebuah pertemuan tak terencana seperti halnya novel yang terkadang ia baca di kala pengasingan. Sosok asing yang mampu membuatnya terus mencari tahu seakan sesuatu menyuruhnya untuk menyeretnya mendekat kepada sosok itu. Sungguh Seraphine bagai dikendalikan oleh sesuatu yang tidak dipahaminya.

Namun hampir tujuh tahun ini, sang pangeran tampak menjalankan tugas dengan baik untuk kekaisarannya sendiri. Dia jelas akan menjadi pemimpin yang hebat di masa depan.

Namanya terdengar bagai angin sejuk yang membawa kedamaian. Meredam pemberontakan dan perseteruan antar wilayah, membebaskan perbudakan, dan banyak sanjungan yang mengelukan namanya.

Untuk sekedar memuaskan rasa keingintahuannya yang makin terasa haus, Seraphine bahkan pernah mencuri buku biografi terbaru dari Kerajaan Valleris demi mencari wajah yang telah dilupakannya. Hanya saja wajah itu begitu terlindungi, pangeran tampak begitu sibuk bahkan tidak ada satupun pelukis yang dengan pasti menggambarkan rupa aslinya. Seraphine mulai berpikir mungkin inilah rasa penasaran yang dirasakan para bangsawan dalam mencari tahu rupa asli Escarlot Maximillian ataupun penerus dari Mitterand. Bedanya, Seraphine memiliki mata panah yang berbeda.

  'Constantine D'Villepin'

Wajahnya terasa panas hanya dengan memanggil nama itu dalam benaknya. Kekaisaran yang tidak memperkenankan siapapun menyebut nama depan anggota kekaisarannya. Sang pangeran benar-benar bekerja dengan baik hingga tidak lagi mengunjungi Emasvico untuk sekedar berlatih kemampuan sihirnya ataupun sekedar melakukan kunjungan kekaisaran.

'Archeron Constantine De Villepin.'

Bahkan menyebutkan nama itu dalam pikirannya saja langsung membuat lidahnya kelu. Seraphine memejamkan matanya erat-erat dan menarik napas panjang. Itu seperti sesuatu yang menggelitik perutnya. Kegelian yang aneh membuat jantungnya berdetak tidak menyenangkan. Wajahnya pun terus memanas tanpa sebab yang logis.

Seraphine berpikir mungkin ini efek yang ditimbulkan karena memikirkan seseorang yang memiliki sihir serupa sepertinya atau dia memang masih dipengaruhi efek sihir yang baru saja menyerangnya tiba-tiba. Mungkin ini adalah efek dari sesuatu yang sejenis. Fragmen hitam itu seakan saling menarik. Seraphine yakin demikian.

Itu mengherankan baginya. Pangeran itu terasa familiar namun juga jauh di pikirannya. Saat Seraphine mencoba mengingat, hanya beberapa kenangan yang terpotong tanpa menampilkan wajah dan isi pasti ingatannya.

Itu benar-benar berkabut.

Tujuh tahun tidak berjumpa, tentu membuatnya melupakan banyak hal yang bahkan suara pun Seraphine tidak mengingatnya.

Satu-satunya ingatan utuh yang ia miliki hanya satu hari sebelum ia yang tidak tahu-menahu akan rencana pengasingan dari Marionetth. Saat itu usia Seraphine hendak menginjak 12 tahun.

Dua malam sebelum sang putri diseret paksa dalam pengasingan, Seraphine masih berusaha melatih kemampuan sihir di tepi danau dekat manor. Seraphine masih memiliki harapan agar kaisar itu mengakui kemampuannya dan dia bisa membuktikan bahwa ucapannya keliru.

Di malam yang gelap dengan bulan yang sedang terang-terangnya, sang putri kedua masih teringat benar bagaimana rasa putus asa yang ia miliki dan perasaan tidak berguna yang orang-orang lihat dari eksistensi seorang suksesor.

Semakin Seraphine mencoba merasakan energi tubuhnya sendiri, semakin itu pula sang putri justru menarik energi alam dari segala arah. Itu benar-benar menyesakkan pernapasannya. Tubuhnya bereaksi lebih besar terhadap energi suci dari alam namun disaat bersamaan itu berbenturan dengan energi besar dalam dirinya. Energi hitam rupanya lebih dulu memenuhi tubuhnya.

Ketika saat itu Seraphine berusaha lebih tenang dan merasa telah mampu menguasai kedua energi yang sama besarnya, dia justru menyadari ada energi luar biasa yang kacau di sekitarnya. Ketika mencari tahu dimana letak kekacauan energi alam itu. Tanpa diduga sang putri justru bertemu dengan seseorang tak terduga.

Sang pangeran tengah meringkuk tak berdaya di bawah pohon.

Sang pangeran terlihat begitu kesakitan dan hampir tak sadarkan diri. Lelaki itu memegangi dadanya. Mulutnya penuh darah hingga membasahi baju dan jubah gelapnya. Kravat cerah dan bros khas kekaisaran yang dikenakannya nampak terlalu kotor untuk dikenakan kembali. Bahkan sarung tangan gelapnya terasa basah oleh darah.

Siapapun yang melihat itu pasti akan panik ketika memikirkannya.

Sang pangeran Kekaisaran Esoteris sedang berdarah-darah di perbatasan Emasvico, bukankah itu mengerikan bila tempat asalnya mendengar kabar tersebut?

Saat itu Seraphine yang baru berusia 12 tahun tidak  mengerti apa yang terjadi, dia yang panik bahkan tidak memanggil siapapun penjaga di manornya. Berkat pengetahuan meramu yang dimiliki, Seraphine mencoba mengobatinya sendiri.

Bocah 15 tahun, seorang pangeran dari Kekaisaran Esoteris sedang bergelimang darah di perbatasan Kekaisaran Emasvico. Siapapun yang melihatnya akan mempermasalahkannya besar-besaran. Itu jelas bisa menimbulkan gejolak bilateral antara Kekaisaran Emasvico dengan Kekaisaran Esoteris.

Begitu mendapati tak ada luka terbuka di tubuhnya, Seraphine mengetahui bahwa ini bukan hal biasa. Gadis itu menyadari ada sesuatu dalam tubuh lelaki itu yang jadi penyebabnya. Sebuah energi besar yang kacau dan sungguh tidak masuk akal di benaknya.

Energi yang tidak pernah Seraphine temukan sebelumnya. Itu bukanlah sesuatu yang hangat seperti milik Caroline dan Karsten, melainkan energi dingin seperti kepala yang diguyur air es di tengah malam. Keberadaan sang pangeran justru membuat tubuhnya ngilu. Itu persis seperti kondisi yang kini dialaminya.

Bila bebas berasumsi, Seraphine selalu berpikir bila pangeran itu menahan seluruh energi alam di sekitarnya agar Seraphine mampu menyeimbangkan kedua energi dalam tubuhnya dengan baik.

Andai memang benar itu hal yang terjadi. Sang pangeran dari Esoteris membantu seorang putri dari Emasvico untuk menyeimbangkan energi dalam dirinya. Itu akan jadi kisah novel yang romantis.

Ketika sadar, sang pangeran tidak mengatakan apapun tentang kondisinya. Pun tidak mengatakan alasannya berada di perbatasan Rowena.

Lelaki itu pulih dalam semalam dan kembali melintasi perbatasan dengan tubuhnya yang tidak lagi terlihat kesakitan.

Bagai telah terbiasa melakukannya dan Seraphine tidak mendapat jawaban dari perilakunya hingga sekarang.

Hanya saja kravat dan bros miliknya telah ditanggalkan beserta jubah panjangnya yang masih disimpan rapi di laci sang putri. Pun sarung tangan yang semula basah akan darah itu telah dicucinya bersih dan tidak terpikirkan hendak diambilnya lagi.

Seakan tak tahu malu akan pertanyaan yang belum terselesaikan, Seraphine sempat berkata akan mengembalikannya. Tentu sang putri berkeinginan agar mereka bisa bertemu kembali.

Pun harapannya tumbuh lebih besar ketika sang pangeran mengatakan akan mengambil hal lainnya suatu saat nanti.

Namun seperti halnya daun yang mengering dan jatuh tanpa berniat memegang ranting lebih lama. Sang pangeran tak lagi datang sejak pengasingannya tiba.

Entah pangeran yang tidak mengetahui putri itu sedang diasingkan di pelosok-pelosok hutan dan datang ke manor saat Seraphine tidak ada, atau memang pangeran itu tidak pernah datang lagi.

Semuanya kembali kelabu hingga Seraphine tidak mengingat bagaimana persisnya tiap kejadian yang berlalu ketika dia terus menunggu.

Ketika dalam pengasingan dan melatih sihir aneh miliknya, barulah Seraphine mengetahui kondisi pangeran itu jelas tidak biasa. Ketika Seraphine mendapat halusinasi pertamanya di usia 14 tahun, dia mulai menyadari bila kondisi pangeran malam itu mungkin sama sepertinya.

Asumsi konyol yang membuat wajahnya panas dan jantungnya berdebar pun bisa saja keliru. Seraphine sungguh malu telah mengharapkan sesuatu yang tak perlu.

Saat itu mungkin pangeran tengah tersesat di hutan perbatasan dan berhalusinasi sebelum memuntahkan darah dan berakhir ditemukan olehnya dalam kondisi lemah di tengah kegelapan hutan perbatasan.

Ketika Seraphine kembali ke manor selepas beberapa pengasingan, dia sering bertanya dengan penuh harapan pada Tuan Nolan. Pertanyaan ringan seperti,

'apakah ada seseorang yang mencariku ketika aku diasingkan.'

Namun pria tua itu bahkan tidak memberinya jawaban memuaskan.

Rupanya sang putri sebegitu besarnya menaruh harapan yang sia sia. Seseorang yang dianggap mungkin memahami kesakitan yang sama, rupanya tidak menganggap besar penyelamatan sang putri malam itu.

Hingga Seraphine berada dalam titik yang hanya mengingat namanya namun tidak mengingat apapun rupa dan suara dari sang pangeran. Hal asing namun familiar atau justru sebaliknya? Seraphine berpikir mungkin dirinya hanyalah salah satu dari kesekian teman yang dimiliki oleh sang pangeran.

Mungkin ia telah dilupakan atau mungkin saja dia memang tidak ada sejak awal dan pertemuan itu hanyalah halusinasinya saja? Tidak mungkin bila ia merasa familiar terhadap sesuatu yang hanya memiliki satu peristiwa untuk diingat. Itu bisa saja halusinasi yang terbentuk dari sihir hitam.

Sejak awal, Seraphine tak seharusnya berpikiran konyol hingga menaruh harapan pada sesuatu yang hanya terjadi dalam angan-angannya sendiri. Dia terlalu banyak berandai-andai hingga mengharapkan orang lain melakukan sesuatu sesuai keinginannya. Meski rasanya masih saja penuh harapan dan memiliki debaran aneh, itu memalukan jika ia memikirkannya di masa sekarang. Beruntungnya Seraphine tidak mengatakan hal ini pada orang lain. Setidaknya tidak ada orang lain yang tahu dirinya memiliki pikiran konyol tentang seorang pangeran asing dari kekaisaran lain.

Meski tak bisa membohongi diri jika sang putri masih menaruh harapan tersisa untuk sebuah pertemuan, Seraphine membulatkan pikiran untuk mengesampingkan urusan personalnya bila kekaisaran membutuhkan Esoteris dalam rencana ke depan.

Artinya, dia benar-benar siap untuk dilupakan.

Bahkan di tengah lamunannya, Seraphine terkadang berpikir bagaimana caranya untuk menyapa setelah sekian lama bila mereka bertemu di tempat tak terduga.

Apakah ia harus berbasa-basi atau dia justru perlu memperkenalkan diri kembali? Sungguh Seraphine tidak ingin mempermalukan diri sendiri.

꧁ ————————— ꧂