Chereads / Overpower di Dunia Lain / Chapter 20 - Desa Para Elf

Chapter 20 - Desa Para Elf

Aku tertawa dalam hati, melihat gaya penjaga itu yang mengenakan celana ketat berwarna kuning dengan motif pisang terukir jelas disampingnya. Aku membayangkan diriku dalam versi lebih dewasa di dirinya, haha. Sial.

Membayangkannya saja sudah membuatku tertawa. Sepertinya Arin akan lebih mirip dan cocok menjadi penjaga disini, malah lebih gagah Arin bila ia yang menjadi penjaga kurasa.

"Kalau kamu ngga keberatan aku bisa mencuci pakaian yang tidak terlalu kotor itu dan aku juga tidak punya masalah dengan aromanya itu kok yang manjadi pikiranmu, apa kamu mau coba pilih menginap dirumahku selama beberapa hari ini. Kinerja mencuci ku juga bagus loh." Mira dan Arin datang ke tempatku.

Mira langsung menawarkan untuk mencuci bajuku di rumahnya, walaupun aku malu tapi aku sangat terbantu dengan bantuan dari dirinya.

"Tapi siapa pula yang hendak mencuci seragam penuh keringat ini dan sedikit berdebu pula? Kamu tidak suka kotor-kotor, kan?"

"ini ada kan, orangnya tepat di depanmu."

"kamu yakin?" aku memastikannya sekali lagi.

"iya Nimaaaa, buka seragamnya cepat" ia memintanya seolah ingin melucuti semua pakaianku saja.

"mo-mohon bantuannya."

Arin tertawa, menunjukku. Sedetik kemudian Mira ikut tertawa dengan gurauannya, Mira lalu pergi langsung mencuci bajuku. Aku menggunakan baju ganti biasa dan tidak seramai dan sekeren baju sebelumnya. Sial. Kekerenanku menurun banyak sekali. Aku menggunakan kaos dan celana pendek saja tidak berani keluar dari rumah Mira. Sekitar lima belas menit Mira sudah kembali lagi dengan bajuku yang sedikit basah, ia hendak menjemurnya diluar halamannya.

Selama lima belas menit itu pula aku mendengarkan cuap-cuap penjaga yang tengah membicarakan hal-hal eneh terkait pemindahan pemukiman ini. Arin duduk di bangku depan rumah Mira, ia bingung sambil menatapku karena sama-sama mendengar pembicaraan para penjaga. Aku segera memanggilnya masuk kedalam rumah.

"Setidaknya kita tahu garis besarnya, dari perkataan mereka tempat ini bisa tahan hanya tinggal lima hari ke depan, Rin. Tidak perlu berpikir yang aneh-aneh," aku berbisik, menjelaskan dengan pelan.

"Terus kenapa kamu tadi sok mendengarkan penjelasan penjaga dengan sangat serius kalau memang akan mengatakan hal ini?" balasnya, juga dengan berbisik.

"eh? Kamu lihat aku rupanya. Tentu saja aku harus denger dengan serius kalo ada pembicaraan yang menyangkut tempat ini. Yah sepertinya Mira menyampaikan semuanya dengan benar sebelumnya"

"Yah, setidaknya Mira juga harus tahu info ini, kan? Lagi pula, kasihan Mira kalau ngga tahu info sepenting ini, mungkin nanti ia akan merasa kalau ia dicuekin."

Arin mengkhawatirkannya, walau tidak menunjukkannya dengan jelas tapi aku tau dia mengkhawatirkan Mira dan elf lainnya.

Sejak awal kedatanganku ke desa elf ini juga aku sudah bisa merasakan energi iblis yang kuat menyelimuti daerah sini dengan niat jahat, energi ini juga yang sepertinya menjadi racun bagi makhluk hidup di sekitarnya. Sepertinya aku ngga bisa diem begitu aja dengan keadaan ini.

Aku menepuk pipi.

Aku akhirnya tidak kuat menahan diri lagi. Sudah lebih dari dua tahun aku selalu menahan diri sebelumnya tak pernah mengambil inisiatif untuk menyerang seseorang ataupun monster karena dulu pengurusan wilayah ku merupakan satu-satunya prioritas ku, tapi sekarang agak berbeda, sepertinya hal ini sudah terlalu menumpuk di kepalaku ini dan aku sangat ingin melepaskan stresku karena terlalu lama menahan diri. Mengingat ulah iblis yang terang-terangan menyebarkan energi jahat itu, sepertinya stresku selama ini bisa ku lampiaskan kepada iblis-iblis sialan yang mengganggu wilayah ini.

Betul, kan. Jalan-jalan bersama Arin selalu menyenangkan. Hehe.

Dari balik rumah Mira aku bisa melihat para penjaga dan masyarakat yang sedang mengepak barang-barang mereka yang hendak melakukan persiapan untuk pindah pemukiman, tidak mengerti kenapa aku tiba-tiba gelisah dan khawatir, berbisik-bisik. Setelah memastikan seragamku bisa selesai sore ini juga, itu semua berkat Mira yang datang memberitahuku tentang bajuku dan saat itu pula aku memberitahunya hal yang aku dengar dari para penjaga. Paling telat yaitu nanti tengah malam, kami bersiap meninggalkan desa dan hendak pergi menuju tempat iblis berada sebelum para warga pergi meninggalkan desa, pindah ke wilayah baru dan asing bagi mereka artinya mereka harus belajar hal baru tentang lingkungan tempat tinggal mereka selanjutnya karena elf adalah ras yang tinggal di hutan dan sangat mengandalkan hutan.

Setelah seragamku selesai, aku akan sibuk sementara untuk meningkatkan fungsi-fungsi lain yang ada di seragamku ini untuk persiapan melawan iblis. Apa saja akan kutingkatkan sepanjang aku mampu dan bila itu memang jatahku. Persis jam dinding menunjukkan pukul sebelas malam, aku

dan Arin hanya membawa senjata masing-masing di pinggang sedangkan barang lainnya disimpan di penyimpanan dimensi. Jalanan semakin sepi dan sunyi, suara serangga dan kayu yang berdecit akibat angin terdengar dimana-mana. Orang sudah pulang ke rumah masing-masing kecuali penjaga-penjaga yang sedang berjaga dan aktivitas sejenis lainnya.

Setelah gerimis sepanjang sore tadi, langit malam ini terlihat berbintang, awan tipis tampak membuyarkan pandangan kami untuk melihat bintang-bintang indah itu dilangit malam. Mira gesit menyiapkan peralatannya dengan terburu-buru karena ingin ikut dengan kami berdua menyerang iblis-iblis itu, menaklukkan dan membalaskan dendam akan almarhum ayahnya. Satu tanganku memegangi tasnya yang berisi barang-barangnya, ia menitipkan barangnya di penyimpanan dimensiku. Satu tanganku lagi memegang busur panahnya. Rambut panjangnya berkibar diatas pundaknya karena angin malam yang masuk.

Mira sebenarnya adalah penyerang jarak jauh yang sangat hebat, dalam pertarungan yang kami lihat sebelumnya ia terpaksa menggunakan pedang karena sudah tidak memungkinkan untuk menggunakan busur dalam jarak yang sudah dekat dengan musuh. Ia seperti penembak jitu ketika sudah memegang busurnya, dengan ini aku bisa memercayakan bagian belakang kami pada Mira dalam pertarungan dengan iblis. Apa dia mau jika kuajak bertualang dengan kami setelah mengatasi iblis-iblis ini? Sepertinya kami butuh penyerang jarak jauh seperti dia, apalagi karena ia wanita cantik seperti Arin, tentu saja aku dengan senang hati menerimanya. Haha.

"Jangan bilang-bilang warga desa nanti, ya" Arin berseru pada Mira.

"hei, aku ngga sebodoh itu Rin" Aku tertawa, tidak menimpali.

Melihat kelakuan mereka berdua membuatku jadi sangat ingin melindunginya. Perasaan apa ini? Apa ini cinta? Jika iya, apa boleh dengan dua wanita ini saja? Aku tidak bisa memilih diantara keduanya. Aku ingin melindungi senyuman keduanya. Senyuman yang tampak seperti keluarga.

Aku juga baru pertama kali ini melihat Arin tertawa dengan orang lain selain aku. Sebelumnya ia tidak pernah menunjukkan sifat aslinya itu ke orang lain. Apa ini artinya Mira sudah ia anggap orang yang dekat dan bisa dipercaya? Semoga saja. Aku jadi ingin melihat dua wanita ini lebih baik dari jarak paling dekat dan terus berjalan bersama mereka. Terkadang hidup memang tidak selalu buruk ya.