"Pernapasan Pelangi, Pedang Cahaya Bentuk Pertama, Tebasan Enam Penjuru Cahaya"
Serangan Nima mengenai seluruh tubuh iblis itu dengan telak, tubuhnya tertebas dan tercabik-cabik. Serangannya kuat dan menggunakan aura yang luar biasa sehingga menghasilkan cahaya pada setiap tebasan yang dilakukannya dengan indah dan terang. Tubuh komandan iblis itu terpotong menjadi enam bagian dari tangan, kaki, kepala dan badannya pun terpisah tanpa sempat ia sadari.
Setelah mengalahkan salah satu iblis itu Nima langsung berputar bergerak ke arah iblis yang satunya, ia mengeluarkan katana yang lainnya dari penyimpanan dimensinya. Katana berlian yang nampak memantulkan cahaya dari katana Pelangi sangat indah dan membuat pandangan lawan terganggu. Ia menebas dengan penuh keyakinan dan kecepatan yang luar biasa dari jarak yang cukup jauh dari lawannya.
"Pernapasan Ruang, Aliran Dua Pedang Bentuk Pertama, Pembengkokkan Ruang Hampa Mode Menyerang"
Dengan aliran dua pedangnya yang luar biasa, serangannya tampak mengerikan dan akurat, ia membengkokkan ruang hampa di sekitar musuhnya, menebasnya dari jarak yang cukup jauh tanpa menyentuhnya. Mengakibatkan tubuh iblis itu tiba-tiba terbelah menjadi dua bagian tanpa sempat
mengindar.
Setelah serangannya berhasil mendarat sempurna pada iblis itu, Nima langsung memasukkan kembali katana berlian ke penyimpanan dimensi dan terduduk kelelahan akibat pernapasan ruang yang dilakukannya tadi. Walaupun ia hanya menggunakannya sebentar namun staminanya berkurang sangat drastis. Namun berkat itu ia berhasil mengalahkan iblis itu.
Berhasil dengan pertarungannya, Nima segera bergegas menghampiri Arin di sisi lain wilayah itu dengan tergesa-gesa.
Dari arah yang cukup jauh ia bisa melihat Arin yang terluka karena serangan dua komandan itu, baju armornya terlihat banyak terkoyak akibat tebasan dari komandan iblis itu, berkat armornya yang kuat, tebasan komandan iblis itu tidak menimbulkan luka yang dalam di kulit Arin namun tetap saja darahnya mengucur dari kulitnya yang putih bersih itu.
Di sisi lainnya dua komandan itu juga terlihat cukup menyedihkan kondisinya karena serangan dari mereka berdua. Berkat bantuan Mira dari jarak jauh Arin bisa bertahan dengan baik, jika saja Mira tidak ada maka Arin sudah kalah daritadi karena dikeroyok para iblis itu dari segala arah. Mira memberikan bantuan yang sangat membantunya di situasi sulit. Arin menerjang iblis itu dengan cepat dan melancarkan serangan kuat padanya,
"Jurus Pedang Bulan Bentuk Kedua, Cahaya Langit Malam"
Bagaikan cahaya bulan yang turun dari langit, Arin bergerak dengan cepat lalu melompat dan menyerangnya dari arah atas dengan satu tebasan super kuat yang dimilikinya saat itu, serangan itu membelah tubuh bagian atas iblis itu dari bahu kanan sampai pinggangnya. Sedangkan Mira
membantunya menyerang iblis yang satunya agar tidak mengganggu Arin.
Berkat mereka berdua, salah satu komandan iblis itu kalah dan hanya tersisa satu komandan iblis lagi. Nima yang melihat kejadian itu memanfaatkan hal itu dan bergerak dengan cepat menuju arah belakang iblis yang tersisa lalu menyerangnya dengan elegan,
"Pernapasan Pelangi, Pedang Cahaya Bentuk Ketiga, Aliran Air Biru"
Dengan tenang dan lembut layaknya aliran air ia menebas leher iblis itu dari belakang dengan mudah dan tenang. Cahaya Biru yang keluar dari tebasan pedangnya membuat Arin dan Mira terkagum-kagum dengan keanggunan dan kelembutan serangannya.
Mereka berdua tahu pria yang berada di hadapannya ini sangat luar biasa. Mereka menyadari kehebatan serangan itu, walaupun terlihat lembut namun kekuatan di dalam serangannya terasa sangat berat, kuat dan presisi. Bagi Arin yang merupakan penggila pedang dan jurus, hal ini merupakan hal yang luar biasa baginya.
Setelah komandan iblis itu kalah, Mira segera membereskan iblis-iblis yang tersisa disana dengan panahnya yang cepat. Ia membidik kepala para iblis-iblis itu dengan tepat dan melumat mereka semua tanpa ada yang tersisa. Nima dan Arin hanya melihatnya dari jauh, karena Mira berusaha
membereskan sisanya. Arin dan Nima mencoba beristirahat sebentar menunggu Mira menyelesaikan bagiannya.
Setelah selesai dengan iblis-iblis keroco, Mira segera menghampiri kedua rekannya itu. Hal pertama yang dilihatnya yaitu Nima, Nima terlihat sangat keren baginya karena beberapa bekas darah yang menempel di pipinya.
"(Nima keren sekali, aku ingin segera menyelesaikan pertarungan ini dan melumatnya jika bisa hehe)" Pikir Mira dalam situasi itu, ia terlihat sangat gemas melihat Nima yang ada didepannya.
"kita istirahat sebentar disini" Nima berbicara pada mereka berdua sambil berusaha memulihkan staminanya.
Arin dan Mira hanya mengangguk padanya, mereka berusaha menghemat tenaganya dengan baik. Akibat kelelahan di pertarungan sebelumnya mereka sangat tidak diuntungkan jika harus berhadapan dengan iblis penguasa wilayah saat ini. Arin dan Mira bersandar di bahu kanan dan
kirinya Nima dengan nyaman, terlihat dari wajahnya walau sedang kelelahan namun senyum masih bisa mereka perlihatkan ketika bersandar di bahunya.
Di posisi saat ini, Nima bisa merasakan bahwa hawa keberadaan iblis lainnya telah lenyap dan hanya menyisakan dua hawa
keberadaan yang sangat kuat di dalam bangunan yang ada di tengah hutan yang gelap itu. Tidak lain adalah dua penguasa wilayah ini, hanya mereka yang tersisa disini.
Dengan sihir pemulihan, Nima menyembuhkan luka Arin, tapi sihir pemulihannya tidak bekerja jika digunakan untuk dirinya sendiri. Sedangkan Mira masih aman dari luka karena berada di posisi yang aman untuk menyerang dan selalu menjaga jarak dengan para iblis sebelumnya. Luka di
tubuh Arin sudah sembuh sepenuhnya, sedangkan tubuh Nima masih dipenuhi luka.
Ia hanya meminum ramuan penyembuh, namun efeknya tidak sehebat sihir pemulihannya sehingga luka akibat pertarungan sebelumnya masih belum hilang sepenuhnya. Namun itu masih lebih baik baginya daripada harus bertarung dengan tubuh penuh luka yang tidak disembuhkan oleh ramuan penyembuh.
Sepuluh menit berlalu, tepat pukul setengah dua dini hari saat itu. Mereka melanjutkan serangannya menuju dua penguasa itu. Arin sudah mengganti Armornya dengan yang baru, armor yang lebih kuat. Mira sudah mengisi daya sihirnya kembali dengan cukup. Sedangkan aku mengeluarkan katana berlian dari penyimpanan dimensi dan menaruhnya di pinggangku.
"(Dua katana sudah berada di pinggangku, tetapi aku hanya menggunakan salah satu diantara keduanya sesuai kondisi saja dan menggantinya jika posisi dan situasi mengharuskan begitu)"
Kami langsung merangsek hutan dengan cepat dan menuju bangunan besar di tengah hutan. Bangunan yang terlihat seperti kastil kecil itu sungguh memancarkan aura yang tidak mengenakkan. Kami yang berada disana langsung tahu bahwa bangunan itu pasti tempat tinggal para iblis penguasa itu karena merasakan aura jahatnya dengan jelas.
Setelah tiba di bangunan itu kami segera masuk kesana mencari keberadaan dua iblis itu. Penguasa para iblis kejam wilayah itu yang berusaha menyebarkan racun di desa elf dan membunuh siapapun yang melawan mereka. Yah seperti sebelumnya, sebut saja Si Besar dan Si Kecil karena mereka ada dua. Akan sangat menyusahkan pertarungan selanjutnya sepertinya.
"(Sial, aku ingin pulang!)"