Di dalam bangunan masih ada beberapa iblis yang melindungi wilayah bangunan itu, mereka bergerak dengan cepat setelah mengetahui kami memasuki teritori mereka. Menghadang seperti preman sudah biasa mereka lakukan disini.
Namun, sepertinya aku masih saja
belum terbiasa dihadang seperti preman seperti ini lebih dari 3 kali di waktu yang tidak terpaut jauh. Sialnya aku.
Mira menyerang mereka dari jarak aman sedangkan aku dan Arin melindungi Mira dari jarak yang cukup dekat. Menyerang mereka menggunakan panah merupakan pilihan terbaik saat ini karena kami harus menghemat stamina untuk pertarungan melawan penguasa para iblis.
Dengan anggun dan cekatan ia memanah mereka semua menjadi gumpalan daging tak bernilai begitu saja, panah-panahnya melesat dengan cepat dan indah. Sepertinya aku sudah jatuh cinta saat melihatnya memanah iblis-iblis busuk itu. Gampang.
Beberapa dari mereka sempat melakukan perlawanan pada kami dan menerjang masuk ke perlindunganku dan Arin untuk mengincar Mira, namun tidak akan semudah itu karena kami berdua melindunginya dengan segenap kemampuan kami.
Pertarungan jarak dekat pun tak
terelakkan, pedang yang saling sahut menyahut terdengar di seluruh wilayah depan bangunan itu. Korban jiwa pun berjatuhan, berkat tindakan kami yang defensif, para iblis itu jadi menyerang kami dengan liar dan mencoba merangsek masuk formasi.
Pedang kami masih saja terus berayun kesana kemari mencoba menghabisi iblis-iblis itu. Beberapa luka kecil pun kami dapat karena banyaknya iblis yang mengeroyok kami, untungnya Mira dengan cepat membantu kami dari posisinya. Pertarungan dengan para iblis tingkat bawah itupun berakhir dengan katanaku yang berhasil memenggal kepala iblis terakhir dan menyelesaikan semua urusan didepan bangunan, setelah beres disana kami segera masuk ke area dalam bangunan dan mencari bos dari para iblis itu yang sedang menunggu kami di dalam kediamannya.
Bersiap akan kedatangan kami, terlihat mereka berdua sudah berdiri menunggu kami dengan perlengkapan lengkap di tubuhnya. Si badan bongsor besar itu yang paling terlihat menyeramkan karena mengenakan armor lengkap ditambah tubuhnya yang gelap dikelilingi aura hitam
pekat yang terasa jahat, aura yang mengintimidasi siapapun yang berada di hadapannya itu sungguh mengganggu. Senjatanya kapak besar yang terlihat sangat cocok saat dia mengalirkan aura jahatnya, memang terlihat seperti bos. Haha.
Si Kecil malah terlihat biasa saja, hanya seperti domba berbulu lebat kurus dan bisa berdiri. Namun dibalik itu semua, sebenarnya aku bisa merasakan bahaya yang lebih besar darinya. Si Besar tampak biasa saja jika kepekaan sihir kita sangat tinggi dan bisa merasakan aura yang keluar dari iblis kecil ini.
Sebenarnya Si Besar itu lebih lemah dari Iblis kecil yang satu ini. Walaupun tak ada armor ditubuhnya, aku bisa mendengar decitan logam baja yang saling bersinggungan dari bulunya itu, bulu yang sangat keras, belum lagi ia mengenakan pedang panjang yang melebihi tinggi tubuhnya. Kombinasi macam apa ini, Sial.
Sepertinya Arin dan Mira pun paham bahwa yang kecil lebih berbahaya dari Si Besar, karena kepekaan sihir mereka berdua sudah sangat bagus. Aku segera memberikan isyarat pada mereka berdua agar aku saja yang melawan Si Kecil itu, sedangkan mereka berdua mengurus yang Besar.
Arin dan Mira terlihat sangat ingin menolaknya karena aura jahat dan gelap itu terasa sangat mengganggu serta membuat mereka tidak bisa fokus. Namun mereka paham, situasinya akan lebih merepotkan jika iblis kecil itu tidak dihadapi oleh Nima, mengingat kemampuan bertarungnya
lebih hebat dan berbahaya dari Si Besar.
Akhirnya Arin dan Mira mengangguk mengiyakan.
Setelah saling beradu pandangan selama lebih dari satu menit, Mira membuka serangan pada Si Besar untuk memisahkan keduanya. Arin yang sedang disampingnya juga paham dan segera menyerang Iblis Besar itu dan memisahkannya dari Si Kecil.
Nima yang sudah bersiap dari awal
juga langsung menerjang Si Kecil dan membawanya menjauh dari Si Besar. Nima menyerang dengan pedangnya dengan kuat dan cepat. Namun pergerakannya bisa diikuti oleh iblis kecil itu.
Senjata para iblis pun mulai dialiri aura milik mereka masing-masing. Aura yang terlihat paling mengganggu diantara dua iblis itu adalah milik Si Besar, warnanya hitam pekat dan gelap dan terasa memenuhi seluruh bangunan itu. Sedangkan aura pedang milik si Kecil berwarna ungu cerah, auranya sangat tenang dan tidak terasa mengintimidasi sama sekali. Namun yang terlihat tenang biasanya lebih berbahaya.
Oleh karena itu, Nima segera melepas aura katana Pelangi dengan hebat miliknya. Sebelumnya ia bertarung tidak mengeluarkan aura sebanyak ini. Ini merupakan pertama kalinya, Arin dan Mira yang melihatnya merasa kagum padanya.
Aura katana pelangi itu meluap-luap ke segala penjuru memecah aura iblis besar dan memenuhi seisi bangunan. Sebagian aura iblis besar itu tertelan cahaya dari katana Pelangi Nima, iblis-iblis itu terlihat kaget dengan aura pedang dari Nima dan semakin berhati-hati padanya.
Arin dan Mira pun tidak mau kalah, mereka berdua pun mengeluarkan aura unik mereka masing-masing pada pedangnya. Setelah sedikit menunjukkan kekuatan mereka melalui aura masing-masing, mereka pun mulai bertarung dengan serius.
Bangunan yang menaungi mereka pun perlahan mulai runtuh akibat hasil dari adu serangan pedang mereka. Pertarungan yang sengit pun mulai terjadi. Aura tebasan melayang dimana-mana menyelimuti ruangan itu, diantara dua iblis itu. Serangan iblis kecil terlihat sangat mematikan.
Nima yang menghadangnya mulai merasa kesulitan karena pergerakannya yang unik dan lincah ditambah serangan pedangnya yang terasa sangat berat membuatnya semakin terpojok.
"Pernapasan Pelangi, Pedang Cahaya Bentuk Ketujuh, Cahaya Puncak Putih"
Nima bergerak langsung menuju si iblis Kecil itu, Tarian jurus pedangnya sangat presisi dan luar biasa kuat serta ayunannya sangat tajam, cahaya putih dengan aura yang mengintimidasi terpancar dari
pedangnya.
Arah tebasan pedangnya menghantam dengan keras dan terlihat sedikit unik. Arah tebasannya seperti meliuk-liuk karena pembiasan cahaya dari lingkungan sekitar yang membuatnya sulit untuk di tangkis baik menggunakan pedang maupun sihir.
Si iblis kecil itu terhempas dan terpelanting cukup jauh ke arah pertarungan Arin dan Mira berada, ia terluka cukup parah dan mengalami kelelahan ekstrim akibat terkena serangan dari Pedang Cahaya Bentuk Ketujuh, Cahaya Puncak Putih.
Energi dan aura pedangnya menyedot sihir dan stamina siapapun yang menjadi targetnya, belum lagi luka fisik akibat tebasannya yang membuat iblis kecil itu mengeluarkan banyak sekali darah. Namun ia tampak masih kokoh dan baik-baik saja setelah menerima serangan itu.
"ngga normal memang iblis satu ini, padahal aku sudah menggunakan aura dan sihir yang cukup besar pada teknik tadi" Nima terkejut karena iblis itu terlihat masih baik-baik saja.
Dengan kondisi iblis kecil yang berlumuran darah seperti itu, Arin yang melihatnya langsung berlari dengan cepat ke arah iblis kecil itu yang terhempas oleh serangan Nima dan langsung mencoba menyerangnya.
Berhasilkah Arin menebas Si Kecil itu?