Rumah yang hanya cukup dengan tiga orang, Kasur yang biasanya ku tiduri hanya berdua dengan Arin kini harus terima bahwa mulai malam ini dan selanjutnya kita akan ketambahan anggota wanita. Wanita elf muda yang cantik. Aku sempat menawarkan tidur di lantai agar mereka berdua tidur di kasur tetapi Arin menolaknya dan Mira juga merasa tidak enak denganku yang harus tidur di lantai karenanya. Mereka berdua sepakat bahwa tidak apa-apa kami tidur bertiga di kasur itu dengan aku sebagai penengah diantara mereka berdua.
Posisiku tidur tepat di tengah kedua wanita ini, entah apa mimpiku kemarin sampai bisa mendapatkan hal luar biasa begini. Mira yang tampak malu-malu itu pun mulai membiasakan dirinya tidur dengan pria disampingnya. Ini pertama dalam hidupnya, sama seperti Arin sebelumnya. Angin malam di hutan ini ternyata lebih gila dari yang kukira. Seperti angin musim dingin, pergantian cuaca juga ekstrim sekali. Hujan
menyeruak dimana-mana membuat kami bertiga kedinginan. Angin malam yang ditemani hujan ini mulai memasuki celah-celah rumah sederhana ini.
Petir menggelegar dan sekali-sekali kilatan di langit menerangi malam diatas tempat peristirahatan kami. Selimut tebal yang aku ciptakan bersamaan dengan rumah sederhana ini tidak ada artinya bila dipakai disini. Suhu dingin masih bisa masuk dengan leluasa kedalam selimut kami yang membuat Mira dan Arin gelisah memikirkan solusi yang sama tapi dengan ketakutan yang berbeda.
Yang satu takut untuk memeluk pria disampingnya jika ada wanita lain disampingnya juga. Sedangkan yang satu lagi khawatir karena belum pernah memeluk pria sebelumnya. Aku bisa merasakan kegelisahan mereka berdua sepertinya.
"anu, dingin sekali ini..gilak anginnya ngga normal, apa ngga ada yang mau meluk aku? Setidaknya akan terasa hangat." Aku memulai dengan basa-basi sambil melirik kanan dan kiriku.
Rupanya Arin dan Mira tak berkata apa-apa.
Rasa malu ini akan aku ingat terus sepertinya. Sial. Aku menutup seluruh badanku dengan selimut sampai kepala. Tak lama kemudian dari dalam selimut Arin dan Mira memelukku dari samping. Terlihat dari posisiku kepala mereka yang berada diantara ketiak dan bahuku.
Mereka memeluk tubuhku yang menghantarkan aura panas pria dewasa matang ini dengan malu-malu. Haha. Kurasakan sentuhan dada mereka di kulit yang melapisi tulang rusukku. Hangat, kenyal, lembut dan harum. Tubuh wanita di dunia ini memang terbaik.
"kalo mau meluk setidaknya jawab perkataanku dong, kan aku jadi malu sendiri. Hampir aja rasa malu ini akan terus kuingat selama aku hidup"
"hehe maaf, soalnya agak canggung rasanya" Arin membalas.
"aku juga berpikir seperti Arin, sebenarnya ini pertama kalinya untukku memeluk pria. Jadi aku belum terbiasa"
Aku dan Arin kaget mendengar jawaban yang tidak terpikirkan itu keluar dari mulut Mira.
"aku ngerti perasaan itu, aku sangat mengerti itu Mira.." Arin menimpalinya sambil tersenyum.
"yah mau gimana lagi, untuk sekarang sebaiknya kalian tidur" aku menjawab tanpa memikirkan konsekuensi kedepannya. Sepertinya Mira dan Arin merupakan tipe wanita yang sama, yang tidak mudah dekat dengan pria.
Setelah itu mereka berdua tampak sedikit lebih nyaman dan tidak gelisah seperti sebelumnya saat memelukku. Itu mereka, tidak denganku yang berada di tengah. Karena telah terbiasa tidur berdua dengan wanita seperti Arin kupikir akan sama saja seperti biasa jika ada satu wanita lagi tidur disampingku di waktu yang sama, TERNYATA BERBEDA.
MANA BISA BEGINI!!! TERNYATA AKU KELIRU.
Aku tak bisa sembarangan bergerak, jika bergerak ke Arin takut Mira merasa tidak dihargai dan alasan lainnya karena ia tiba-tiba tidur bersama kami. Jika bergerak ke Mira, aku juga takut perasaan Arin terluka karena berpikir aku lebih memilih Mira yang baru kutemui daripada dirinya. Pokoknya serba salah.
INI TIDAK MUDAH TERNYATA.
Arin ke mana-mana lebih suka bersamaku yang lebih mirip seperti mobil terbang ini, jago, keren, serba bisa, dan kompeten dalam berbagai hal. Yah itu tidak bisa dipungkiri sejak aku datang ke dunia ini. Sombong sedikit gapapa kan. Hehe. Tapi sekarang ia lebih senang karena mendapat teman wanita dalam perjalanannya, itu membuatku merasa lega karena ngobrol berdua saja dengan wanita masih sangat sulit bagiku untuk saat ini walaupun sudah lama sejak aku mengenal Arin.
Menurut cerita Mira, dulu waktu masih di desa, iblis penguasa disana itu pernah ikut membasmi gerombolan monster. Ia tak tahu alasan mereka melakukan semua itu. Beberapa iblis bawahannya juga menyerang warga desa, mengetahui hal itu ayahnya Mira bersama elf lainnya juga sempat melawan tapi mereka kalah dan Mira akhirnya dilindungi ayahnya, berkat itu Mira bisa selamat dan ayahnya meninggal di pertempuran tersebut. Setelah kejadian itu banyak warga desa yang terluka dan menunjukkan gejala racun iblis sampai sekarang. Setelah mendengar cerita dari Mira, aku memutuskan untuk tidak percaya mentah-mentah seluruh ceritanya begitu saja karena belum melihat kondisi desanya secara langsung.
Berhubung aku bisa terbang. Setengah jam perjalanan bisa kami tempuh keesokan paginya. Mira terkejut mengetahui aku bisa terbang. Untuk bisa sampai di desa yang biasanya membutuhkan waktu 2 hari dengan berjalan kaki, perjalanan ini tergolong tidak masuk akal bagi Mira karena sangat cepat. Aku jadi bekerja lebih keras, terbang sambil harus menggendong mereka berdua di samping kanan dan kiriku.
Beberapa orang terlihat sedang berbaris rapi di halaman pusat desa yang cukup besar. Aku berusaha mendekat dan mendaratkan langkah pertama disana. Mira yang kalau jalan juga selalu supercepat langsung menuju kenalan mereka dan menanyakan apa yang terjadi.
Tujuan pertama mereka berkumpul adalah proses pemindahan pemukiman. Aku sering mendengar dan membaca hal seperti ini sebelumnya di komik dan anime yang biasa kubaca, Arin menemani Mira, aku hanya melihatnya dari jauh karena lelah harus terbang sambil menggendong mereka
berdua. Ototku yang malang harus bekerja dua kali lipat.
Terhampar di bagian depan barisan itu berdiri elf-elf pria kekar, jika berdiri diantara mereka dan membandingkannya, aku akan terlihat seperti pria kecil kurus culun yang tampak salah masuk barisan. Berpuluh-puluh model pria kekar itu berjejer. Aku menatap terpesona kepada seluruh pria kekar itu sambil berpikir,
"(ternyata tidak berbeda dengan manusia jika dipikir-pikir dan dilihat secara langsung. Karena dulu aku hanya melihatnya di komik perawakan para elf ini. Terlihat jelas banyak pria, banyak wanita, banyak yang tua, banyak juga yang muda dan yang jelas mereka banyak)".
"apa kamu kenalan Mira?" penjaga barisan elf-elf itu langsung melesat menyambutku di belakang, mungkin ia berpikir aku seperti orang gagal yang sudah disingkirkan oleh dua wanita muda cantik itu. Aku tersenyum dua senti sesuai SOP, memulai strategi bersosialisasi. Meskipun kekurangannya, tubuhku lebih banyak bergerak karena kelelahan, suaraku lebih serak dan sedikit berat, pakaianku agak beraroma karena mengandung air keringat di dalam serat-serat pakaiannya, pakaian eksklusif ini sepertinya harus ku ganti dengan yang lebih harum. Haduh.