"Shadow Style: When the dark eating the light."
Kedua tangan Nicolas dilapisi oleh aura hitam yang sangat pekat. Nicolas mendaratkan rentetan pukulan bertubi-tubi kepada Wise. Wise sempat terkejut namun Wise langsung bersiap memasang kuda-kuda. Ketika rentetan pukulan Nicolas datang, Wise dengan pedangnya menangkis seluruh pukulan Nicolas. Walau begitu, Nicolas terus melanjutkan pukulannya. Nicolas mendaratkan lima puluh pukulan hanya dalam satu detik. Wise dengan kecepatannya mampu untuk menangkisnya namun sedikit kesulitan.
"Teknik Dark Shadow Style. Dia menyelimuti seluruh tubuhnya dengan 'shadow energy'. Energinya tidak terlalu pekat. Dia tidak memakai semua energi itu untuk bertahan melainkan untuk menyerap suara yang ada di sekitar tubuhnya dan membuatku kesulitan menggunakan teknikku langsung kepadanya. Area tempur yang sempit dan Nak Zaka dan Nak Aruta juga ada di sini. Akan sangat berbahaya untuk mereka jika aku menggunakan seluruh kekuatanku," gumam Wise sembari terus menangkisi serangan Nicolas.
Walau Wise mampu menangkis semua serangan Nicolas, Wise juga terdorong mundur. Wise yang berusaha menahan kekuatannya membuatnya terlalu sulit untuk melawan balik.
"Kau tidak bisa melawan balik huh?" ejek Nicolas sembari terus merenteti Wise dengan pukulannya.
Rentetan pukulan Nicolas semakin cepat membuat Wise semakin kewalahan.
"Haha! Kenapa?!! Tidak bisa melawan bal-."
Nicolas langsung terdiam ketika menyadari Aruta berada di belakangnya. Aruta mengepalkan tangan kanannya dengan erat dan mengeluarkan energi LYNK yang membara.
"Jangan meremehkan kami!!" teriak Aruta.
Aruta memukul pinggang Nicolas dengan sangat keras dan meledakkan energi LYNK yang ada di tangan kanannya. Energi LYNK yang banyak terkumpul di tangan kanan Aruta membuat ledakan yang dihasilkan cukup besar. Nicolas pun langsung terpental setelah terkena pukulan Aruta. Nicolas yang terkena pukulan Aruta berusaha berdiri sembari berdecak kesal.
"Tcih, dasar anak sialan... " ujar Nicolas kesal.
Baru saja Nicolas berdiri, Aruta langsung menerjang Nicolas lagi dengan kepalan tangan kanan dan energi LYNK nya yang membara. Nicolas dengan mantap melawan balik dan menerjang Aruta. Nicolas melapisi tangan kanannya dengan shadow energy pekat dan mengarahkan pukulan tangan kanannya kepada Aruta. Saat pukulan mereka hampir bersentuhan, Aruta membatalkan pukulannya dan langsung menunduk. Dari belakang Aruta terlihat cakram darah yang melaju ke arah Nicolas. Nicolas terkejut dan pukulannya mengenai cakram darah itu.
Nicolas berhasil menghancurkan cakram darah itu dengan pukulannya namun dia mati langkah tidak bisa menghindari serangan Aruta. Aruta mengepalkan tangan kanannya sangat erat dan mendaratkan tinjuan sangat keras ke perut Nicolas. Energi LYNK yang menyelimuti tangan kanan Aruta membuat pukulannya menjadi lebih menyakitkan. Nicolas pun terpental dan shadow energy yang menyelimuti tubuhnya hilang.
Saat Nicolas masih terpental karena pukulan Aruta, Zaka datang. Beberapa darah dari luka Zaka melayang keluar dan Zaka merubahnya menjadi cakram darah yang cukup besar. Zaka langsung melempar cakram darah itu kepada Nicolas. Nicolas masih sempat menyilangkan tangannya dan menahan cakram darah milik Zaka. Cakram darah itu terus berputar di tangan Nicolas.
Tiba-tiba, Wise datang di atas Nicolas dan mengarahkan tendangannya. Nicolas yang masih menahan cakram darah milik Zaka pun tentunya tidak bisa melakukan apa-apa dan hanya bisa melirik dengan mata terbelalak. Wise menendang kepala Nicolas dengan sangat keras membuat Nicolas terpental keras. Nicolas menabrak pohon dengan keras, membuat pohon itu sampai roboh. Di sisi lain, Zaka langsung melebur cakram darahnya menjadi darah lagi agar tidak mengenai Wise.
Nicolas yang tertimpa pohon lagi pun menghancurkan pohon yang menimpanya dengan pukulannya. Walau Nicolas mendapat serangan telak seperti itu, Nicolas masih berusaha untuk berdiri lagi.
"Penyihir Juntoshi sialan... " desis Nicolas.
***
Di sisi lain, Raven sedang berlari mengikuti gadis tadi. Raven terus berlari tanpa tahu apa yang terjadi dan akhirnya sampai di sebuah gang yang cukup sempit. Gadis itu bernafas terengah-engah setelah berhenti. Sedangkan Raven berdiri biasa sembari melanjutkan memakan es krimnya.
"Kenapa kita perlu berlari? Apa yang terjadi?" tanya Raven.
Gadis itu masih terengah-engah namun masih berusaha menjawab.
"Huh... huh... perampok... aku dikejar-kejar perampok," jawab gadis itu. Gadis itu pun menunjukkan kalung yang dia kenakan. "Nenekku adalah orang yang cukup penting di desa ini. Ketika nenekku wafat tahun lalu, Nenekku mewarisi kalung ini kepadaku. Kalung ini adalah kalung yang mahal, bisa dibilang benda termahal di desa ini," lanjut Gadis itu.
Tidak lama kemudian, ada sekitar empat orang yang lewat. Raven dan Gadis itu mengintip dari gang yang sempit itu.
"Apa mereka perampok yang kau maksud?" tanya Raven santai.
"Ya, mereka yang merampokku tadi dan hampir mengambil kalung ini," jawab Gadis itu sedikit berbisik.
"Oh," reaksi Raven dengan wajah datar dan terus memakan es krimnya.
"Hey, bagaimana kau bisa santai sekali? Kita sedang dikejar perampok!" ujar Gadis itu.
"Oh? Maaf maaf," ujar Raven.
"Bisakah aku meminta tolong kepadamu untuk memanggil polisi? kumohon," ujar Gadis itu kepada Raven.
"Oke," jawab Raven.
Namun tanpa disadari, keempat perampok itu sudah ada di dalam gang itu dan sangat dekat dengan Raven dan Gadis itu.
"Waduh-waduh, mau panggil polisi ya?" ujar salah satu perampok itu yang sepertinya bos dari perampok yang lain.
"Akhirnya ketemu kau," ujar perampok dengan jenggot tebal.
"Hmm mau makan apa malam ini? hmm udang goreng sepertinya enak," perampok yang lain.
"Sepertinya kita dapat dua mangsa kali ini," ujar perampok yang terakhir.
"Uh? Om-om ini orang jahat ya?" tanya Raven tanpa ketakutan sama sekali dan terus memakan es krimnya.
"Om-om kau bilang?! Padahal sudah jelas-jelas awet muda begini!" ujarĀ perampok yang berjenggot tebal.
"Cukup serahkan kalung gadis itu dan kami akan menjadi orang baik," ujar bos perampok itu.
"Uh... kalian orang jahat. Gak aku berikan ah kalung ini," ujar Raven dengan santai.
"Huh?! Berani juga kau. Cepat berikan kalung itu atau kau akan babak belur," ujar Bos perampok mulai emosi.
"Wah ngerinya... " ujar Raven yang masih dengan santai menikmati es krimnya perlahan.
"Dasar perempuan cebol sialan!" Bos perampok itu mengarahkan pukulannya kepada Raven.
Raven dengan cepat langsung menendang wajah Bos perampok itu sebelum pukulannya mendarat ke Raven. Bos perampok itu sedikit terpental dan terjatuh di tanah.
"Huh? Bos?" ujar para perampok itu.
"Ah... hey dasar bawahan tidak berguna. Cepat hajar perempuan cebol itu!" perintah si Bos perampok itu.
"Ah? B-baik!"
Ketiga perampok itu pun menerjang Raven. Mereka bertiga pun mengarahkan pukulan mereka kepada Raven. Raven dengan cepat langsung mengarahkan tendangannya kepada mereka. Hanya dengan satu tendangan Raven, ketiga perampok itu pun langsung tumbang. Mental Bos perampok itu pun langsung ciut setelah melihat kekuatan Raven.
"Huh? M-monster! H-hah lari!" Bos perampok itu pun lari terbirit-birit.
"B-bos! tunggu kami!" perampok yang lain ikut kabur.
"Uh mereka kabur," ujar Raven.
"Hah, terima kasih banyak! Kau telah membantuku lepas dari mereka. Ayo berkunjung ke rumahku, ayo kita makan malam bersama," ujar Gadis itu.
"Uh tidak, terima kasih. Aku harus segera kembali ke pasar desa," ujar Raven.
Tiba-tiba Gadis itu memegang tangan Raven yang tidak memegang es krim. Raven melihat ke arah mata Gadis itu.
"Kumohon, ayo datang ke rumahku," ujar Gadis itu sedikit memaksa.
"A-ah... t-tidak perlu... " jawab Raven. Entah mengapa, Raven merasa trauma masa lalunya mulai kembali.
Penglihatan itu... sepertinya aku mengenalnya. Tidak, tidak, tidak! Itu bukan penglihatan "mereka" pada saat itu. Aku berusaha menyadarkan diriku sendiri. Namun rasanya, penglihatan itu mengingatkanku kepada "mereka". Tidak, itu adalah kejadian masa lalu. Aku tidak ada di posisi itu sekarang. Di depanku hanyalah seorang gadis biasa! Tapi walau begitu, ingatan-ingatan buruk itu mulai memenuhi pikiranku sekarang (Raven)
"Aku memaksa. Ini adalah rasa terima kasihku. Kumohon, datanglah ke rumahku," ujar Gadis itu.