Chereads / Master of LYNK / Chapter 46 - Bab 3, Chapter 46: Hanya Anak SMA "Biasa"?

Chapter 46 - Bab 3, Chapter 46: Hanya Anak SMA "Biasa"?

Di hutan yang sejuk, matahari tidak mampu memasukkan seluruh cahayanya karena pepohonan yang cukup lebat menahan cahayanya. Di bawah pepohonan itu ada dua orang yang sedang duduk beristirahat. Mereka berdua adalah Aruta dan Zaka.

"Hmm kita bisa kabur sekarang," ujar Aruta.

"Ya, tapi jujur saja aku kasihan dengan Mike. Dia akan menjadi samsak tinju Pak Wise nanti," ujar Zaka.

"Uhh kalo itu... mungkin kita bisa membantu meringankan hukumannya?" ujar Aruta.

"Ya semoga dia bisa selamat dari hukumannya Pak Wise," ujar Zaka. Zaka diam sejenak sebelum bertanya kepada Aruta, "Kenapa kau ingin ikut juga? Kau baru saja datang di tim ini. Aku yakin hubunganmu di tim penyihir ini masih belum terlalu erat."

Aruta diam sejenak sebelum menjawab, "Ya mungkin kau benar juga. Tapi mau bagaimanapun setelah aku masuk di tim penyihir ini, aku telah menjadi anggota keluarga tim ini. Bukannya sudah tugas untuk membantu anggota keluarga kita sendiri?" ujar Aruta.

Aruta mulai menatap ke langit dan berkata, "Sejak aku lahir, aku tidak pernah melihat wajah kedua orang tuaku. Aku hidup bersama Juriko, orang yang sudah kuanggap saudaraku sendiri. Kami tinggal bersama seorang kakek tua, orang yang menunjukkan betapa hangatnya keluarga. Semenjak Kakek yang mengurus kami telah tiada, kami hanya tinggal berdua. Dan setelah Juriko berada di Benua Utara, aku jadi tinggal sendirian di rumah. Aku sangat ingin merasakan apa itu keluarga. Itulah mengapa aku ingin menganggap kau, Pak Wise, Pak Kuroto, dan yang lain sebagai keluargaku. Meskipun aku tidak pernah mengetahui orang tuaku, aku berharap mereka melakukan itu demi kebaikanku. Dan jika kedua orang tuaku memang melakukan itu demi kebaikanku, aku pasti akan sangat menyayangi mereka. Jika seandainya bisa, aku ingin melihat wajah ayah dan ibuku walau hanya sekali."

Zaka hanya bisa terdiam dan hanya mendengarkan ketika Aruta bercerita. Zaka menghela nafas dan berkata, "Begitu ya. Kau benar-benar anak yang baik ya."

Zaka mulai menundukkan kepalanya menghadap tanah dan teringat kembali dengan kalimat yang pernah dikatakannya kepada Aruta.

"'Anak SMA biasa yang tidak punya masa lalu suram' ya," batin Zaka.

"Biasanya aku menurut saja ketika Pak Wise menyuruhku untuk kembali. Kenapa.... Kenapa baru kali ini aku membelot dari perintah Pak Wise?" tanya Zaka kepada dirinya sendiri. "Biasanya aku tidak terlalu peduli... Aku hanya menjalankan apa perintah yang diberikan kepadaku. Ada apa denganku?"

***

4 tahun lalu di suatu kampung yang cukup kumuh, Zaka tinggal sendirian di sebuah rumah yang cukup kecil. Zaka adalah anak yatim piatu dan tidak memiliki saudara yang mau merawatnya. Rumah kumuh, makanan yang sulit untuk dicari, Zaka sudah bekerja sembari berusaha melanjutkan sekolahnya. Namun Zaka sudah terlilit banyak hutang yang terus menumpuk. Dia memilih untuk mendapatkan penghasilan tambahan dengan cara yang tidak benar yaitu menyopet di pasar dekat kampung mereka. Memang ini suatu hal yang salah, namun Zaka tidak punya pilihan lain agar dia tidak mati kelaparan.

Walau begitu, Zaka memiliki sahabat, Echo namanya. Echo memiliki nasib yang sama seperti Zaka. Tidak memiliki orang tua, saudara, kerabat, dan biasa bersama Zaka untuk mencopet. 

Di suatu sore hari yang mendung, Echo dan Zaka baru saja mendapat dompet hasil menyopet. Karena awan yang sepertinya semakin gelap, Zaka memutuskan untuk mengajak Echo untuk berteduh di rumahnya terlebih dahulu. Rumah Echo sedikit lebih jauh dari rumah Zaka jadi daripada hujan turun, lebih baik Echo meneduh di rumah Zaka terlebih dahulu. Echo pun mengiyakan tawaran Zaka.

Masuk ke rumah Zaka, mereka berdua mengeluarkan uang copetan mereka dan menghitung uang tersebut.

"Yey, kita bisa makan untuk malam ini," ujar Echo.

"Ya," lanjut Zaka.

"Hah... makan roti dan terkadang minum susu basi jika ada. Kira-kira bagaimana ya jika kita adalah orang kaya. Tidak perlu memikirkan apakah hari ini bisa makan atau tidak," ujar Echo.

"Kamu ini ngarang aja. Kita utang aja masih belum lunas," ujar Zaka.

"Hehe tapi tidak salah kan berangan-angan. Hah... aku ingin sekali menjadi orang kaya di masa depan. Kau suka makanan manis kan? Aku berjanji suatu saat jika aku menjadi orang kaya, Aku pasti akan membelikan makanan-makanan manis terenak yang pernah kau coba," ujar Echo.

"Berangan-angan ya... " ujar Zaka.

Beberapa hari berlalu, Echo sering membagi roti-nya dengan Zaka. Walau hanya roti berjamur, namun mau bagaimana lagi? Mereka berfikir itu lebih baik daripada membiarkan perut mereka kosong keroncongan. Walau begitu, Echo sangat sering membantu Zaka dalam pekerjaannya dan terus tersenyum entah tenaga dari mana Echo dapat mempertahankan senyuman itu.

Pada suatu hari, Zaka dan Echo kembali dari pekerjaan mereka dan seperti biasa melewati daerah pasar yang ada di dekat kampung mereka.

"Hah gaji kita tidak seberapa. Kita juga sudah lama belum menyicilnya," ujar Echo.

Tiba-tiba terdengar suara dari jarak yang sebenarnya cukup dekat. Itu adalah para penagih hutang yang sudah menagih Zaka dan Echo berkali-kali. Untungnya Zaka dan Echo memiliki tubuh yang cukup kecil yang membuat mereka bisa bersembunyi di balik kerumunan

"Tcih, kemana kedua bocah itu," ujar si penagih hutang.

"Kita tidak boleh sampai ketahuan oleh para penagih hutang," ujar Echo.

"Ya," ujar Zaka.

Zaka dan Echo berjalan melewati segerombolan orang-orang yang ada di pasar. Suara gemuruh jual beli dimana-mana. Sangat wajar Zaka dan Echo dapat dengan mudah mencopet orang-orang. Zaka dan Echo terus berjalan dan melihat seseorang dengan dompetnya yang tidak masuk sempurna di sakunya dan sedikit menjulur keluar.

"Sepertinya kita mendapat mangsa lagi," ujar Zaka.

Echo melihat sekeliling dan melihat orang yang tidak jauh dari orang yang menjadi incaran Zaka, memiliki kondisi dompet yang sama. Tidak masuk ke saku dengan sempurna dan sedikit menjulur keluar.

"Aku akan mengambil milik orang yang ada di sebelahnya," ujar Echo.

Zaka dan Echo pun mulai mendekati target mereka. Echo mendekati sasarannya dan mulai mengambil dompet orang itu secara perlahan. Echo pun berhasil mengambil dompet orang itu. Di sisi lain, Zaka juga mulai perlahan mengambil dompet dari orang yang menjadi sasarannya. Tiba-tiba terdengar teriakan.

"Hey, itu mereka!!" teriakan dari penagih hutang tadi.

Kedua orang yang menjadi sasaran Zaka dan Echo pun kaget dan menoleh ke belakang. Zaka langsung membatalkan mencopet dan lari sekencang mungkin. Kedua orang itu pun melihat Echo yang sedang memegang dompet salah satu dari mereka.

"H-hey Zaka! Tunggu aku!!" teriak Echo.

"Copet!!" kedua orang itu pun langsung menendang Echo hingga tersungkur ke tanah.

"Copet?" tanya salah satu pembeli di pasar.

"Copet?" tanya pembeli lain.

Kericuhan pun terjadi. Tanpa pikir panjang, mereka langsung menyerbu Echo dan menendanginya.

"Dasar copet bajingan!" bentak orang yang dicopet oleh Echo.

Echo hanya bisa mengerang kesakitan ditendangi oleh massa. Zaka menoleh kebelakang dan melihat Echo yang ditendangi oleh orang-orang. Zaka semakin takut dan malah berlari semakin kencang meninggalkan Echo.

"Maaf... maaf," desis Zaka terus berlari.

Setelah beberapa saat Zaka berlari, Zaka mulai memasuki suatu gang sempit. Zaka pun bernafas tersengkal-sengkal setelah berlari karena panik tadi.

"Oh? Kau anak muda yang mencopet di pasar tadi ya," ujar seseorang yang tiba-tiba ada di sebelah Zaka.

Zaka terkejut karena tiba-tiba ada Orang yang muncul. Orang itu menggunakan mantel dan membawa pedang di tangan kirinya.

"H-huh? Siapa kau!?" ujar Zaka waspada.

"Tenang tenang, aku bukan penagih hutang," ujar Orang itu.

"T-terus kenapa kau menemuiku?" tanya Zaka yang masih berwaspada.

"Hanya mengobrol santai," ujar Orang itu. "Hmm kau Anak yang sudah banyak berhutang itu kan? Aku mendengar ceritamu bersama sahabatmu," lanjut Orang itu. "Banyak dari kita yang tidak suka memiliki masalah. Namun walau begitu, jika ada masalah yang datang kepada kita, kita harus menghadapi masalah itu. Kita juga dapat menjadi lebih kuat setelah menghadapinya."

"Tcih, Aku tidak butuh nasehat dari mulutmu itu. Tidak ada yang memedulikanku sama sekali sejak aku lahir di dunia ini!" ujar Zaka.

"Sahabatmu? Dia selalu berbagi makanan denganmu. Tidakkah Kau merasa kasihan kepadanya? Ketika masalah menimpanya, Kau lari dan meninggalkannya jauh di belakangmu," ujar Orang asing itu.

Ketegangan Zaka mulai mereda dan Zaka mulai menundukkan kepalanya.

"Jadi bagaimana? Apa yang selanjutnya Kau lakukan?" tanya Orang asing itu kepada Zaka sembari melipat kedua tangannya di depan dadanya.