Chereads / Master of LYNK / Chapter 49 - Bab 3, Chapter 49: Hari yang Padat

Chapter 49 - Bab 3, Chapter 49: Hari yang Padat

Beberapa tahun berlalu, dan kini Zaka tinggal di Mansion markas Penyihir Juntoshi. Tahun depan, Zaka bisa memulai menjadi Penyihir Juntoshi. Dia juga sering berlatih dengan Kuroto dan Wise. Zaka hidup mulai hidup normal di sana. Bersekolah, menyantap makanan yang lezat dan tidak perlu menyopet lagi. Namun karena usianya belum memenuhi, dia hanya tinggal saja di markas itu dan masih belum melakukan misi yang ada di Penyihir Juntoshi. Zaka juga sudah berkenalan dengan beberapa Orang seperti Mona, Oliver, Bela, dan Bu Haruki.

Di pagi hari yang cerah itu, Zaka bangun dari ranjangnya. Menuju kamar mandi, menggosok gigi, dan mencuci muka. Hanya kegiatan yang normal namun tidak bisa dia lakukan saat dia berada di rumah lamanya. Zaka pun keluar dari kamarnya dan turun ke ruang tengah. Sesampainya di ruang tengah, Zaka bertemu Kuroto yang juga keluar dari dapur.

"Oh Zaka," panggil Kuroto. "Aku sudah menyiapkan roti bakar kesukaanmu di dapur. Sarapan lah dulu," ujar Kuroto.

"Bapak sendiri? Tidak sarapan?" tanya Zaka.

"Bapak sudah makan duluan tadi," jawab Kuroto. "Ayo cepatlah, sebelum rotinya dingin."

Zaka pun menuju dapur dan mengambil dua potong roti bakar yang sudah ada di atas piring yang ada di sana. Zaka juga menuangkan madu yang cukup banyak di atas roti bakar itu. Setelah selesai menuangkannya, Zaka pun membawa roti bakar itu ke ruang tengah. Di ruang tengah, sudah ada Kuroto yang duduk di sofa sembari bermain ponsel. Sadar Zaka sudah keluar dari dapur, Kuroto pun memanggilnya.

"Oy Zaka, kemarilah makan di sini," panggil Kuroto.

Mendengar Kuroto memanggilnya, dia pun langsung menuju Kuroto. Zaka duduk di sofa dan menaruh roti bakarnya di meja. Kuroto pun melihat betapa banyaknya madu yang dituangkan Zaka pada roti bakarnya.

"Madunya banyak sekali. Kau nanti diabetes loh," ujar Kuroto.

Zaka hanya diam tidak menjawab Kuroto. Setelah beberapa saat, Zaka pun berkata, "Pagi ini sepi sekali. Bu Haruki tidak ada. Biasanya paling tidak Kak Bela sudah teriak-teriak 'selamat pagi' kepadaku."

"Uh, Bu Haruki sedang dalam misi. Oliver, Mona, dan Bela sedang pergi ke mall. Mereka berangkat pagi tadi waktu kau masih tertidur," jawab Kuroto.

"Oh, yang Bella menawarkan untuk berjalan-jalan kemarin ya," ujar Zaka.

"Kenapa kau tidak mau ikut?" tanya Kuroto.

"Tidak, saya cukup di sini mansion ini saja," jawab Zaka.

"Hehe, kalian tumbuh yang sehat ya. Nanti jika kalian sudah cukup umur, Bapak yakin kalian akan menjadi penyihir yang hebat," ujar Kuroto.

"Organisasi ini seperti panti asuhan saja," ujar Zaka.

"Kalau Pak Wise?" tanya Zaka. "Saya tidak melihatnya akhir-akhir ini."

"Dia dalam misi," jawab Kuroto.

"Semuanya sibuk ya," ujar Zaka mulai menyantap roti bakarnya. "Bapak kok santai-santai saja sedangkan yang lain sibuk?"

"Aha, kalau itu... " ujar Kuroto terhenti karena gugup.

"Kudengar Bapak seharusnya menjalankan misi. Apa Bapak makan gaji buta?" tanya Zaka.

"Ah... "

***

5 hari lalu di sore hari yang cerah, Kuroto sedang bersantai di sebuah kafe. Tidak lama kemudian, seorang penyihir pengintai menghampirinya. Kuroto pun menoleh dan sadar ada penyihir pengintai yang datang.

"Permisi, Komandan Kuroto," ujar Penyihir pengintai itu.

"Ya, ada apa?" tanya Kuroto setengah tidak memperhatikan Penyihir pengintai itu.

"Bapak mendapat tugas dari Tuan Yagami Guldoria," jawab Penyihir pengintai itu.

"Oh si Pak Tua itu. Apa tugasnya?" tanya Kuroto.

"Komandan diminta untuk mendampingi Kapten Wise dalam misinya," jawab Penyihir pengintai itu.

"Oh begitu ya," ujar Kuroto dilanjutkan dengan menguap.

 Setelah menguap, Kuroto pun mengambil ponsel di sakunya dan membuka sesuatu di ponselnya.

"U-uh? Apa yang Anda lakukan?" tanya Penyihir pengintai itu.

Kuroto tidak menjawab pertanyaan Penyihir pengintai itu dan terus sibuk dengan ponselnya. Tidak lama kemudian, dia menempelkan ponsel itu di telinganya yang sepertinya, Kuroto menelpon seseorang.

"Oy, Gren," sapa Kuroto di dalam telpon itu.

"Aduh apa lagi," tanya Gren yang di sisi lain sedang sama-sama duduk di rumah makan.

"Aku mendapat tugas dari Pak Tua itu. Bisakah kau mengerjakannya untukku?" tanya Kuroto.

Gren terkejut sekaligus kesal mendengar itu. Sama seperti Gren, Penyihir pengintai itu juga terkejut saat Kuroto melempar misinya begitu saja.

"E-eh? Komandan, Tuan Yagami bisa sangat marah jika mengetahui ini," ujar Penyihir pengintai itu.

"Ya, ya," ujar Kuroto dengan santai. "Jadi bagaimana, Gren?"

"Oy sudah berapa kali aku mengerjakan tugasmu?" Gren menanya balik.

"Tenang saja, nanti ku kasih upah kok," ujar Kuroto.

"Hey ini bukan masalah uang," ujar Gren. "Aku sudah mengerjakan tugasmu berapa kali?"

Sebelum Kuroto menjawab Gren, Kuroto terlebih dahulu berkata kepada Penyihir pengintai di sebelahnya.

"Catatlah bahwa yang bertanggung jawab pada misi itu adalah Gren," ujar Kuroto kepada Penyihir pengintai itu.

"Huh? B-baik," jawab Penyihir pengintai itu.

"Hah?! Hey enak saja!!" ujar Gren dengan suara keras dari telepon.

"Semangat ya~," ujar Kuroto dengan nada setengah mengejek.

"Hey Kuroto. Kuroto!!" 

Kuroto tidak menjawab apapun dan langsung mematikan teleponnya, meninggalkan Gren yang sedang kesal.

Gren pun akhirnya terpaksa mengikuti misi mendampingi Wise itu. Kuroto sendiri bisa santai setelahnya walau harus terkena omelan Yagami semalaman dan gaji Kuroto pun dipotong.

***

Kembali ke masa kini saat Gren sedang mengobrol dengan Zaka.

"Ya... sepertinya kita lebih baik tidak membahas topik ini," ujar Kuroto kepada Zaka dengan gugup.

Tidak lama kemudian, Zaka mendengar ketokan dari pintu masuk dan setelah ketokan itu, seseorang pun masuk. Zaka menoleh dan ada seorang laki-laki dengan mata kirinya yang tertutupi oleh rambutnya sendiri.

"Ah Gren," sapa Kuroto.

"Gren?" tanya Zaka.

Kuroto pun menghampiri Gren dan merangkulnya dengan tangan kanannya.

"Ah kau belum pernah bertemu dengannya," ujar Kuroto kepada Zaka. "Ini adalah Pak Gren, kapten sama seperti Pak Wise. Kau belum pernah melihatnya karena dia sedang menjalankan misi beberapa hari ini," lanjut Kuroto.

"Dan kira-kira siapa ya yang membuatku mengerjakan misi sebanyak itu? Sampai dirinya sendiri terkena potong gaji," ujar Gren dengan matanya yang tertuju kepada Kuroto. "Jangan lupa upahku."

Kuroto pun langsung terdiam mematung setelah mendengar itu.

Gren menyingkirkan tangan kanan Kuroto yang merangkulnya dan menghampiri Zaka.

"Kau Anak yang bersama Wise itu ya. Kalau tidak salah namamu Zaka, benar? Hehe maaf tidak bisa menyambutmu ketika Kau datang. Bapak sedang ada dalam misi saat itu," ujar Gren.

"Iya, salam kenal," ujar Zaka.

"Hehe semoga betah ya berada di sini," ujar Gren.

"Oh ya omong-omong dimana Wise? Bukannya dia seharusnya bersamamu?" tanya Kuroto.

"Sedang menuju kesini. Dia juga mendapat anggota baru untuk kita," jawab Zaka. "Seharusnya tidak lama lagi dia datang."

"Begitu ya," ujar Kuroto.

"Bagaimana misi Bapak? Apakah lancar?" tanya Zaka kepada Gren.

"Lumayan," ujar Gren dengan santai. "Ah... Aku lapar. Kuroto, apa ada sesuatu yang bisa kumakan?" tanya Gren kepada Kuroto sembari berjalan ke dapur.

"Ada roti. Kalau mau roti bakar, buatlah sendiri," jawab Kuroto.

"Hah, baiklah," jawab Gren menghela nafas.

Kuroto pun melihat ke arah Zaka dan berkata, "Sepertinya Kau akan mendapat teman baru."

Zaka pun hanya mengangguk kepada Kuroto. Tidak lama kemudian, tepat setelah Zaka selesai makan, terdengar suara Wise dari pintu.

"Kami datang," ujar Wise mulai memasuki mansion itu.

"Selamat datang," ujar Zaka menghampirinya.

"Yuhu~ selamat datang!" ujar Kuroto yang juga ikut menghampiri Wise.

Ketika Zaka menghampiri Wise, Zaka melihat seorang gadis kecil yang digandeng oleh Wise. Badan gadis itu dipenuhi oleh perban. Mata gadis itu hanya menatap kosong kearah Zaka. Pandangan gadis itu begitu dingin sedingin udara malam.

"Wah wah, siapa yang ada kali ini?" tanya Kuroto berjongkok di depan gadis itu.

"Perkenalkan, dia adalah Raven Hibastanor. Dia akan bersama kita mulai hari ini," ujar Wise memperkenalkan gadis itu.