Zaka terdiam mendengar kata-kata orang asing itu.
Kata orang itu yang berkata "Kau lari dan meninggalkannya jauh di belakangmu" terngiang-ngiang di dalam kepalanya.
"Kenapa... Kenapa aku? Aku pasti akan mati jika aku kembali dan menolongnya. Tapi kenapa... Seperti ada belenggu besi kuat yang menarikku kembali," batin Zaka.
Pikiran Zaka semakin kacau seakan-akan sedang ada badai besar di kepalanya. Zaka merasa dia akan mati jika dia kembali, namun ada sisi lain Zaka yang mengatakan Zaka harus kembali.
"Perasaan apa ini?" gumam Zaka.
Zaka mengangkat kedua tangannya dengan telapak tangana yang menghadap ke wajahnya. Zaka menundukkan wajahnya dan melihat kedua tangannya itu.
***
Kembali dua sampai tiga tahun lalu ketika Zaka masih belum memiliki apapun. Hanya anak kecil yang sendirian, lusuh, dan kelaparan. Zaka kecil saat itu sedang duduk di pinggir jalan dan memegangi perut kecilnya dengan kedua tangannya. Tiba-tiba seseorang datang dan menendang keras Zaka. Zaka langsung jatuh tersungkur setelah terkena tendangan Orang itu.
"Pergilah. Kau membuat rumahku kotor saja," ujar Orang itu.
Zaka mulai berdiri perlahan sembari menahan rasa sakitnya. Zaka berjalan menjauh dari rumah Orang itu. Sepertinya tidak ada makanan yang Zaka dapat hari ini. Hasil hari ini sama saja seperti kemarin dan lusa kemarin, tidak makan apapun. Zaka mulai berjalan ke rumahnya dengan suara perutnya yang terus menggerutu. Zaka berusaha menahan rasa laparnya dengan menekan perutnya.
Di sepanjang perjalanan, Zaka menoleh ke kanan dan ke kiri melihat orang-orang yang memakan santapan yang terbilang masih layak untuk dimakan dan mengenyangkan. Banyak Orang seperti itu yang Zaka lewati, namun tidak satupun dari mereka merasa kasihan kepada Zaka.
"Mereka begitu bahagia dengan diri mereka sendiri. Apa sebenarnya itu hidup? Jika hidup ada untuk membantu orang lain, tidak ada yang membutuhkan aku. Mengapa aku masih hidup? Apa hidup itu adalah memikirkan diri sendiri? Apa ini akan menjadi salahku jika aku mati kelaparan sekarang?" batin Zaka yang terus berjalan melewati beberapa orang yang sedang menikmati santapan mereka.
Zaka kecil akhirnya kembali menatap ke depan dengan tatapan kosong.
"Semua Orang hanya peduli dengan dirinya sendiri. Apa Aku harus seperti mereka untuk membuat perutku terisi?" gumam Zaka.
Tanpa Zaka sadari, Zaka sedang menyebrang jalan dengan keadaan melamun. Zaka pun seketika sadar ketika ada mobil yang meng klakson. Zaka menoleh dan melihat mobil itu sudah sangat dekat dengannya. Entah apa yang Zaka pikirkan saat itu. Zaka hanya memandang mobil itu dengan tatapan kosong, tanpa reaksi apapun seperti pasrah dengan apa yang menimpanya.
Tiba-tiba seseorang melompat dan mendorong Zaka. Zaka pun berhasil selamat karena Orang itu pun. Orang itu juga untungnya selamat. Orang itu sepertinya seumuran dengan Zaka. Di sisi lain, mobil yang hampir menabrak Zaka pun berhenti mendadak. Orang yang ada di dalam mobil pun keluar.
"Hey jangan bermain di jalanan!! Hampir saja celaka tadi!" teriak pemilik mobil itu.
"Maaf Pak, maaf," ujar Orang yang menyelamatkan Zaka tadi.
Orang itu pun langsung menggenggam tangan Zaka dengan erat dan membawanya pergi. Orang itu membawa Zaka ke duduk di bangku pinggir jalan.
"Fiuh, tadi hampir saja," ujar Orang itu.
Zaka pun mulai mengangkat kepalanya dan menatap Orang itu.
"Kenapa Kau menolongku?" tanya Zaka.
Orang itu pun sedikit tertawa sebelum berkata, "Hehe, aku hanya ingin membantu. Melihat Orang lain butuh bantuan ya aku harus membantu. Paling tidak itu yang diajarkan Orang tuaku kepadaku," ujar Orang itu.
Orang itu mulai memperhatikan Zaka dan melihat seberapa kurus Zaka.
"Kau kurus sekali. Apa kau kapan terakhir kali kau makan?" tanya Orang itu.
Orang itu mulai memasukkan tangannya ke sakunya seperti mencari sesuatu. Tidak lama kemudian, Orang itu mulai mengeluarkan roti yang agak berjamur. Dia mengulurkan tangannya berniat memberikan roti itu kepada Zaka.
"Hanya ini yang kupunya. Memang sudah tidak layak dimakan sih. Tapi lebih baik dari pada kau mati kelaparan," ujar Orang itu.
Zaka pun menerima roti Orang itu dengan kedua tangannya. Zaka memandangi roti itu cukup lama.
"Oh iya aku belum memperkenalkan diri. Namaku Echo. Sepertinya kita memiliki nasib yang sama. Ayo kita menjadi teman. Kita pasti bisa bertahan dari situasi berat ini bersama-sama."
Kembali ke saat dimana Zaka memandangi kedua tangannya dan mengingat pertemuannya dengan Echo.
"Jadi... Bagaimana?" tanya Orang asing itu.
***
Zaka langsung berlari kencang kembali ke tempat Echo. Zaka terus berlari dengan air mata yang membasahi pipinya. Ketika Zaka sampai, Zaka melihat pemandangan yang sungguh mengerikan. Echo telah tergeletak tak bernyawa dengan darah yang membasahi seluruh tubuhnya. Zaka berusaha melewati keramaian dan mendekat ke sahabatnya itu. Setelah selesai melewati lapisan orang-orang terdalam dari kerumunan itu, Zaka mulai berjalan perlahan ke jasad temannya yang telah tak bernyawa itu.
"E... Echo?"
Para penagih utang itu melihat Zaka yang mendekati Echo dan mulai berteriak, "Anak itu adalah temannya yang menjadi incaran kita juga. Ayo hajar dia!"
Para penagih hutang itu pun mulai berjalan menghampiri Zaka.
Di sisi lain, Zaka mulai berlutut dengan kedua kakinya di dekat mayat temannya.
"Apa... apa yang telah... ku perbuat?" desis Zaka.
Para penagih hutang itu pun mulai berhenti di dekat Zaka.
"Hoy anak kecil. Cepat bayar hutangmu. Atau nasibmu akan sama sepertinya," ujar seorang penagih hutang itu kepada Zaka.
Zaka mulai mengambil darah dari Echo dan mengangkatnya. Darah Echo pun bertumpahan dari tangan Zaka. Zaka mulai menggertakkan gigi giginya dan dahinya mengerut.
"Hoy, kau tak mendengarkanku?" tanya penagih hutang itu.
Beberapa gumpalan darah dari Echo mulai melayang dan tiba-tiba gumpalan-gumpalan darah itu menjadi duri-duri darah super besar yang tumbuh dengan sangat luar biasa cepat di sekitarnya. Zaka berteriak sangat keras saat itu. Para penagih hutang itu hampir saja kehilangan kepalanya jika terkena duri-duri darah milik Zaka barusan.
Para penagih hutang itu terperanjat hingga jatuh terduduk.
"M-monster!"
Tiba-tiba seseorang muncul di depan para penagih hutang itu. Itu adalah Orang asing tadi yang bersama Zaka.
"Apa kalian penagih hutang yang mengincar anak ini?" tanya Orang asing itu.
"H-hey cepat berpindah dari sana atau kau akan mati!" ujar Para penagih hutang itu.
Tiba-tiba Orang asing itu melemparkan segebok uang kepada para penagih hutang itu.
"Apa itu cukup untuk melunasi hutang anak ini? Jika iya, ambil itu dan cepat pergi dari sini," ujar Orang asing itu.
"H-huh? Baik!!" Para penagih hutang itu langsung mengambil uang itu dan lari terbirit-birit.
Orang asing itu pun berbalik badan dan menghadap Zaka yang sedang mengamuk.
"Baiklah. Sepertinya sekarang giliranmu," ujar Orang asing itu menatap ke arah Zaka.