"Raven! Raven!! Di mana kau?" teriak Aruta di area Pasar.
Zaka juga ikut berkeliling pasar mencari Raven dan bertanya-tanya kepada beberapa orang, namun tidak ada yang tahu dimana Raven.
Setelah pertarungan melawan Nicolas tadi, Aruta dan Zaka istirahat sejenak untuk pengobatan luka mereka. Namun ketika pengobatan mereka selesai dan perban sudah menempel di luka mereka, Aruta dan Zaka tidak menunggu lama-lama dan langsung bergegas menuju pasar desa.
Aruta terus meneriakkan nama Raven dan Zaka juga ikut membantu. Namun semua usaha Aruta dan Zaka tidak membuahkan hasil apapun.
Di sisi lain, Wise sedang mencoba untuk menelepon Kuroto, Gren, dan Haruki untuk meminta bantuan. Wise menunggu ada yang mengangkat telepon dengan dahinya yang mengerut. Walau sudah beberapa waktu menunggu, tidak ada satupun yang mengangkat teleponnya. Wise pun hanya bisa menghela nafas berat.
"Mereka semua sedang sibuk. Tidak heran mereka tidak mengangkat teleponku," ujar Wise memegangi keningnya dengan tangan kanannya dan menyandarkin diri ke bangku.
"Nak Aruta dan Nak Zaka sedang terluka. Aku tidak bisa memperlibatkan mereka lebih jauh lagi," desis Wise yang masih memegangi kepalanya.
Tidak lama kemudian, Aruta dan Zaka sampai kembali di penginapan. Aruta dan Zaka pun langsung menuju ke kamar Wise. Ketika sudah berada di depan kamarnya, Aruta mulai mengetuk pintunya.
"Siapa?" tanya Wise dari dalam.
"Ini kami," jawab Aruta.
"Oh, Kalian. Masuklah," ujar Wise.
Aruta dan Zaka pun masuk ke kamar Wise. Wise menoleh ke arah mereka berdua dengan tatapan yang terlihat sangat lelah.
"Apa kalian menemukan sesuatu?" tanya Wise.
"Tidak, kami tidak menemukan apapun," ujar Aruta.
"Begitu ya," ujar Wise.
Aruta melihat ke arah Wise dan melihat Wise dengan wajahnya yang terlihat murung.
"Bapak terlihat sangat lelah," ujar Aruta.
"Huh? Apa aku terlihat seperti itu? Ya mungkin karena Bapak tidak tidur semalam," ujar Wise.
"Bapak ada perintah terakhir untuk kalian di misi ini," ujar Wise sembari berdiri dari kursinya. "Kembalilah. Raven adalah tanggung jawab Bapak. Bapak akan mencarinya," ujar Wise.
Aruta dan Zaka pun terkejut dengan perintah Wise.
"Tapi kami ingin membantu juga," ujar Aruta. Zaka juga mengangguk. "Walau saya adalah anak baru di sini, tapi saya sudah menganggap tim ini sebagai keluarga. Sebagai anggota keluarga ini, aku harus ikut berpartisipasi jika ada anggota keluarga yang kesusahan!"
"Tidak," jawab singkat dari Wise.
"Tapi... "
"Tidak."
"Tapi Pak... "
"Bapak bilang TIDAK!!" bentak Wise. Setelah membentak Aruta,
Setelah Wise membentak Aruta, seketika ruangan menjadi hening. Aruta dan Zaka hanya bisa terdiam saat itu.
Wise menarik nafas panjang untuk menenangkan diri. "Maaf, Bapak kelepasan. Tapi ini adalah perintah. Pulanglah dan pulihkan diri kalian. Raven adalah tanggung jawab Bapak," ujar Wise.
Aruta masih terdiam saat itu. Dia melirik ke arah Zaka, dia melihat Zaka yang mengepal erat kedua tangannya.
"Oh iya, kalian juga tidak perlu repot-repot pulang sendirian. Aku sudah memanggil seseorang untuk menjemput kalian," ujar Wise menunjuk ke arah pintu.
Aruta dan Zaka pun menolehkan kepala mereka ke arah pintu dan terlihat pintu itu terbuka dan seorang laki-laki memasuki ruangan.
"Siapa Orang ini?" tanya Aruta.
"Mike, dia penyihir pengintai yang bertugas di desa ini sebelum kita datang," jawab Wise.
"Halo-halo. Seperti yang kudengar ada Zaka di sini. Oh dan kau anak baru itu ya," ujar Mike.
"Oh, Mike ya," ujar Zaka.
"Iya. Salam kenal, aku Aruta," ujar Aruta.
"Ayo Mike, cepat antar mereka pulang. Luka mereka masih membutuhkan perawatan," ujar Wise.
"Baiklah, ayo mengemasi barang-barang dan menuju ke mobil," ujar Wise. "Apa perlu ku bantu untuk mengemasi barang-barang kalian?" tanya Mike.
"Tidak, terima kasih," jawab Zaka dengan suara yang sedikit lemas.
Mendengar nada suara Zaka, Mike sepertinya mengerti bagaimana suasana hati Zaka.
"Baiklah. Aku akan menunggu kalian di mobil. Cukup taruh barang kalian di dekat mobil, aku akan menatanya di bagasi," ujar Mike. Setelah mengatakan itu, Mike pun pergi.
"Apa lagi yang kalian tunggu? Cepatlah, jangan membuat Mike menunggu terlalu lama," ujar Wise.
"Baik... Pak," ujar Aruta dengan suara yang sepertinya agak kecewa.
Zaka sendiri hanya diam tak mengatakan sepatah kata pun.
***
Di kamar, Aruta dan Zaka berganti pakaian dan setelah berganti, mereka mulai mengemasi barang-barang mereka. Saat sedang berkemas, Aruta melihat Zaka yang menaruh barang-barangnya dengan sedikit menghentakkan barangnya.
"Zaka?" tanya Aruta memanggil Zaka.
Zaka mulai menarik nafas panjang sebelum bicara.
"Maaf, aku terbawa emosi," ujar Zaka.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Aruta.
Zaka pun menghembuskan nafas berat sebelum berkata
"Sepertinya bohong jika aku menjawab tidak," jawab Zaka menundukkan kepalanya. "Aku dan Raven sudah cukup sering menjalankan misi berdua. Mungkin dia orang pendiam yang kerjaannya tidur sepanjang hari. Tapi dia dapat bekerja dengan sangat baik setiap misi. Aku sendiri tidak suka jika ada orang yang terlalu merepotkanku, entah selalu mengeluh, atau terlalu berisik karena takut atau hal yang lain. Tapi Raven dengan sifat tenangnya, aku menjadi betah menjalankan misi," ujar Zaka.
"Jadi begitu ya. Kau dan Raven sudah menjadi rekan misi yang dekat," ujar Aruta yang berempati kepada Zaka.
"Ya begitulah. Ayo kita segera menuju mobil. Kasihan Mike menunggu kita kelamaan," ujar Zaka.
Zaka mulai berjalan keluar kamar sembari menarik kopernya. Namun tiba-tiba Aruta memanggil Zaka yang membuat Zaka terhenti.
"Tunggu dulu!" saut Aruta.
"Hmm? Ada apa?" tanya Zaka.
Aruta mendekati Zaka dan membicarakan sesuatu.
"Begitu ya. Sepertinya boleh dicoba," ujar Zaka.
"Hihi," ujar Aruta tersenyum sembari mengacungkan jempol.
"Tapi, apa kau yakin ingin ikut juga?" tanya Zaka.
Aruta menghembuskan nafas panjang dan menjawab dengan singkat, "Ya."
***
Setelah selesai mengemasi barang-barang, Aruta dan Zaka mulai keluar dari penginapan. Di luar penginapan, mereka melihat sudah ada mobil tepat di depan penginapan dengan Mike di dalamnya sedang bermain ponsel. Melihat Aruta dan Zaka yang sudah keluar, Mike langsung mengantongi ponselnya dan keluar dari mobil.
"Oh kalian. Apa kalian sudah siap?" tanya Mike.
"Ya, kami sudah siap," jawab Zaka.
"Baiklah, akan aku bukakan bagasinya dan kalian bisa memasukkan barang-barang kalian," ujar Mike.
Mike langsung berjalan ke bagian belakang mobil itu dan membukakan bagasinya. Aruta dan Zaka pun mulai memasukkan barang-barang mereka. Saat memasukkan barang-barangnya, Aruta melihat bagasi mobil itu yang bersih dan melihat dalaman mobil itu yang sama bersihnya.
"Hmm mobilnya bagus juga. Apa ini mobilmu?" tanya Aruta.
"Ya... tidak juga. Aku meminjamnya dari markas kalian," ujar Mike.
"Ya wajar aja sih. Mike mana bisa beli mobil sendiri," ujar Zaka yang berjalan melewati Mike.
"Tck sialan kau," ujar Mike.
"Ya pokoknya terima kasih tumpangannya," ujar Zaka membuka pintu belakang mobil dan mulai masuk.
"Hah, yasudah lah," ujar Mike memegangi kepalanya.
Setelah Mike menutup pintu bagasi dan Aruta juga sudah masuk, Mike pun masuk dari pintu depan mobil dan duduk di depan setir. Mike mulai memasang sabuk pengaman.
"Kalian jangan lupa memakai sabuk pengaman kalian," ujar Mike.
"Oke," ujar Aruta dan Zaka yang mulai memasang sabuk pengaman mereka.
Tidak lama kemudian, Aruta dan Zaka pun selesai memasang sabuk pengaman mereka.
"Baiklah apa semuanya sudah siap? Ayo kita berangkat," ujar Mike mulai menancap gas.
Mobil mereka pun mulai berjalan meninggalkan penginapan.
Selama perjalanan, mereka hanya berbincang-bincang biasa hingga mereka sampai di jalan yang ada di kawasan hutan.
"Hey, Mike," panggil Aruta.
"Ya?" balas Mike.
"Apa aku boleh minta kau mematikan kunci jendelanya? Aku ingin melihat-lihat lebih jelas hutannya," ujar Aruta.
"Tentu," Mike mematikan kunci jendelanya.
"Hah... hutan di sini memang indah. Aku jadi teringat saat aku masih di bangku taman kanak-kanak. Aku pernah bermain kejar-kejaran dengan Temanku di hutan dulu. Aku jago dalam hal kejar-kejaran. Temanku selalu kesulitan saat mengejarku. Hehe Aku suka melihat wajah kelelahan Temanku sampai Aku berlari tanpa memperhatikan apa yang di depanku saat itu. Aku tidak sadar ada pohon di depanku. Aku menabrak pohon itu keras sekali. Aku sampai menangis saat itu. Temanku juga khawatir denganku. Tapi tidak lama kemudian, ada sebuah apel yang jatuh. Tangisanku pun seketika hilang. Apa aku terdengar seperti orang rakus? hehe," ujar Mike menceritakan masa lalunya.
"Hah, kini itu hanya masa lalu," ujar Mike. Namun sepertinya ada yang aneh. Mike merasa suasana dalam mobilnya seperti sepi sekali.
"Kalian berdua diam sekali. Apa kalian punya cerita yang seru juga? Aku mau tahu dong," ujar Mike melihat ke arah spion dalam mobilnya.
Mike pun tertegun melihat spion itu. Mike langsung menoleh ke belakang dan hanya melihat dua bangku kosong dengan kaca yang terbuka di kedua sisinya.
"Zaka? Aruta?"