Setelah kita mengenal filsafat, kita juga diharuskan untuk mengenali diri sendiri. Seperti yang kita tahu bahasanya setiap orang pastinya sulit untuk mengetahui siapa dirinya sendiri, setelah Novi mempelajari apa itu filsafat sekarang dirinya akan belajar cara merubah dirinya sendiri manjadi pribadi yang lebih baik. Novi sering kali melihat orang-orang disekitarnya memiliki kepribadian jelek, mungkin tidak semua orang seperti itu. Novi sering kali membaca buku-buku yang aneh untuk orang lain, tapi karena kepribadiannya itu dia mempunyai wawasan yang luas.
Sesampainya dia di perpustakaan Novi biasanya mengamati sekitar dan mempelajari sesuatu yang kita tidak dimengerti, Novi pun menanyakan kepada pustakawan mengenai buku tentang mengenali diri sendiri, setelah pustakawan mendengar itu ia pun kaget karena melihat seorang gadis muda tertarik dengan buku membosankan itu. Hemp nona kenapa anda begitu tertarik membaca buku itu ucap pustakawan. Sebenarnya saya sudah biasa membaca buku-buku seperti itu, karena dibuku itulah saya mendapatkan banyak wawasan ucapnya. Huh saya mengapresiasi anda karena suka membaca buku-buku seperti itu, biasa anak muda sangat suka sekali novel-novel bertema romantis.
Pustakawan itu pun bergegas mengambil buku yang Novi maksud, setelah ia menerima buku tersebut dari pustakawan ia langsung mencari tempat duduk untuk membuat buku tersebut. Novi pun merasa senang karena bisa membaca buku-buku itu dan berharap ada cara agar dirinya berubah menjadi pribadi yang lebih baik.
Terkadang manusia terlalu bermain peran menjadi orang lain saat dirinya berada di khalayak umum, sering kali manusia lupa dengan dirinya sendiri dan terlalu mengikuti arus kehidupan. Akibatnya, ia kehilangan jati dirinya yang sesungguhnya. Lantas, siapa kita yang sebenarnya? Dari manakah kita berasal? Apa tujuan hidup?. Pertanyaan-pertanyaan semacam ini kadang muncul kala kita sendirian atau merenungi apa yang telah menimpa pada diri kita. Wajarlah, dalam proses mengenal kepribadian diri, manusia akan memiliki banyak pertanyaan mengenai dirinya sendiri dan tujuan dari kehidupan.
Namun, yang lebih penting dalam mengenali diri, kita harus memahami potensi atau sikap dirinya sendiri, sebab kepribadian seseorang terletak pada sifat dan sikap dalam menjalani kehidupan. Tidak jarang, kita tidak mampu mengenali seseorang dengan cukup dalam.
tetapi kita sendiri tidak cukup mengenali diri kita sendiri. Mengenali diri sendiri artinya menerima keadaan apapun yang kita alami dan ikhlas menjalani kehidupan. Kita sering dihadapkan pada pilihan yang sulit dan keadaan yang rumit. Dengan kita mengenali diri sendiri, maka pilihan atau permasalahan yang sedang dihadapi ini dapat diselesaikan dengan mudah.
Sesuai perkataan Socrates, bila kita ingin mengubah kepribadian kita, maka kita harus mengenali diri kita sendiri terlebih dahulu. Dengan mengenali diri sendiri, maka kita akan mudah menentukan mana yang baik untuk dilakukan dan mana yang tidak seharusnya dilakukan. Pembentukan kepribadian memang tergantung pada diri masing-masing. Ada yang terbentuk sejak kecil karena dibiasakan dan dididik menjadi pribadi yang baik oleh orang tua. Ada pula yang terbentuk ketika masuk usia remaja hingga menjelang dewasa. Ini bisa saja terjadi pada diri kita.
Mungkin dahulu kita memiliki kepribadian yang buruk, tetapi seiring berjalannya waktu dan pengajaran kehidupan yang diterima secara tidak langsung, kepribadian kita terbentuk menjadi seperti sekarang. seseorang yang memiliki kepribadian baik cenderung mendapat banyak perhatian, teman, sahabat, keluarga, dan orang-orang terdekat. Ini disebabkan rasa nyaman yang timbul akibat kepribadian yang baik. Sebaliknya, seseorang yang memiliki kepribadian buruk cenderung mendapat perhatian buruk, merasa asing di lingkungan sendiri, tidak punya arah tujuan hidup, tidak memiliki banyak teman karena keburukan yang dimilikinya. Ada pepatah mengatakan " Bila kita ingin mengubah kepribadian kita, maka kita harus mengenali diri kita sendiri terlebih dahulu".