Chereads / Petualangan Novi / Chapter 2 - APAKAH FILSAFAT ITU?

Chapter 2 - APAKAH FILSAFAT ITU?

Banyak orang mempunyai hobi. Sebagain orang suka mengoleksi koin kuno atau barang antik, sebagian suka memancing, yang lain mengisi hampir seluruh waktu luangnya dengan olahraga tertentu. Banyak orang senang membaca. Namun selera membaca itu berbeda-beda. Sebagian orang hanya membaca koran atau komik, sebagian orang membaca novel, sementara ada juga yang menyukai buku yang berkaitan dengan ilmu. Jika kebetulan aku tertarik dengan pada kucing, aku tidak bisa memaksa orang lain untuk ikut menyukai kesenanganku, jika aku suka menonton semua program olahraga di televisi dan aku juga berolahraga untuk membentuk tubuh, aku harus menyadari bahwa orang lain mungkin menganggap olahraga itu membosankan.

Louis O. Kattsoff (2004) membagi ciri-ciri pikiran kefilsafatan menjadi enam garis besar. Pertama, pikiran kefilsafatan adalah suatu bagan konsepsional. Artinya, filsafat merupakan pemikiran tentang sesuatu yang umum. Lalu, sebuah sistem filsafat mestilah koheren.

Keruntutan dan kelogisan diperlukan dalam membangun bangunan filsafat yang baik. Hal ini berkaitan dengan aturan penalaran yang rasional. Ketiga, konsep-konsep dalam filsafat mesti bersifat rasional. Keempat, filsafat senantiasa komprehensif.

Filsafat berpikir dan menjelaskan dengan menyeluruh, tidak sepotong-sepotong yang acapkali menghasilkan kesimpulan yang keliru. Kelima, filsafat adalah suatu pandangan tentang dunia dan segala hal di dalamnya. Terakhir, filsafat membuat suatu definisi pendahuluan yang menjadi dasar-dasar kepercayaan-kepercayaan kita.

Namun, apa yang kita maksud ketika kita "tahu" akan sesuatu? Filsafat selalu berkutat dengan pengetahuan. Teori tentang pengetahuan ini lah yang akan disebut sebagai epistemologi. Cabang filsafat umum kedua ini mempelajari sifat, asal-usul, dan batasan pengetahuan. Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan. Etika atau estetika. Keduanya memiliki satu kesamaan yakni di dalamnya sama-sama bernaung nilai.

Problem mengenai nilai berkutat di cabang filsafat umum ketiga yakni aksiologi. Aksiologi mencoba untuk memahami sifat nilai, prinsip-prinsip yang terlibat dalam penilaian, dan pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang baik dan yang buruk, apa yang indah dan tidak indah.

Terlepas dari semua itu, filsafat tidak akan menunjukan kedigdayaannya tanpa dibersamai penalaran yang kuat. Logika menjadi alat dan hal fundamental yang tak terelakkan ketika berfilsafat. Filsafat yang baik adalah filsafat yang dibersamai argumen logis. Logika mempelajari prinsip-prinsip penalaran yang valid dan struktur argumen yang benar. Ia berfokus pada cara berpikir rasional dan penggunaan alat-alat berpikir yang tepat dalam merumuskan dan mengevaluasi argumen.

Logika membantu kita dalam memahami dan menerapkan prinsip-prinsip yang memastikan kebenaran dan kesahihan dari suatu penalaran. Kecacatan logika seperti dalam sesat pikiran membawa petaka seperti inkonsistensi, trivialitas, dan paradoks. Jadi mempelajari filsafat bukan semata-mata mempelajari sejumlah fakta. Mempelajari filsafat artinya belajar untuk menjadi kritis.