Saat Kaizoku dan Sylphy berhasil keluar dari ruangan kamar, mereka berlari ke arah kiri lorong yang gelap menuju ke sorakan teriakan orang-orang penuh semangat.
Namun sebelum mereka keluar dari lorong tersebut, gerbang jeruji jatuh dari atas menutup jalan satu-satunya.
"Tidak!! Jalan keluar kita..." ucap Kaizoku yang bersedih menendang-nendang gerbang jeruji besi tersebut.
Sylphy mendengar suara telapak kaki dari pintu yang berada di sebelah kanan mereka berdua.
Untuk bersiap apapun yang terjadi, Sylphy menarik Kaizoku menjauh dari pintu tersebut dan bersiap untuk bertarung.
"Kamu kenapa sih! Narik-narik... Aku..." Kaizoku melihat seseorang keluar dari pintu tersebut.
Pria tersebut buncit dan sangat pendek, berkumis putih dan bertopi fedora berwarna abu-abu, berpakaian rapi seperti Thomas. Terlihat dia belum menyadari Kaizoku dan Sylphy di depannya, karena dia masih sibuk membersihkan bajunya.
Beberapa detik kemudian, akhirnya pria tersebut selesai membersihkan bajunya. Dia melihat Kaizoku dan Sylphy dengan wajah datar.
"Apa yang kalian sedang lakukan di sini? Apakah kalian ingin bergabung sebagai petarung?" ucap pria buncit tersebut.
"Huh?" Kaizoku dan Sylphy saling bertatapan kebingungan.
Kaizoku membisikkan ke telinga Sylphy. "Kita tidak memiliki pilihan lain selain menerimanya. Lagi pula kita adalah buronan demon lord, mustahil untuk keluar dari sini dengan selamat. Dan ingat, kita sedang berada di dunia musuh."
Mendengar bisikan tersebut, mereka berdua menundukkan kepala mereka.
"Baiklah? Siapa nama kalian?" jawab pria perit buncit tersebut.
"Uh... Nama saya Billy McCarter, dan ini... Partner saya, Mary Maxwell." jawab Kaizoku dengan senyum paksaan.
Sylphy hanya bisa menghela nafas dan mengikuti apa yang Kaizoku bicarakan.
"Baiklah...? Kalian ingin ber-grup atau sendiri-sendiri?"
"Uh... Kita ber-grup saja." Kaizoku terlihat sangat deg-degan khawatir jika penyamaran mereka akan terungkap.
"Apakah anda memiliki nama grup?" pria tersebut bertanya nama grup kepada Kaizoku.
"Uh... The... Ah! The Outlaws." Kaizoku menjawabnya dengan sangat percaya diri.
Sylphy berbisik ke Kaizoku. "Yang benar saja..." lalu dia kembali berdiri di tempatnya.
Kaizoku hanya bisa membalasnya dengan. "Sssttt..."
"The Outlaws, ya... Baiklah, aku akan mengingatnya. Nanti akan ada pengumuman nama grup kalian akan di panggil. Gerbang akan terbuka dan kalian di wajibkan untuk keluar dari gerbang setelah gerbang dibuka dan melawan lawan yang akan datang. Apakah kalian paham?" ucap pria perut buncit tersebut.
Kaizoku dan Sylphy hanya bisa menunduk-nundukan kepala mereka.
"Baiklah, kalian hanya butuh untuk menunggu waktunya." pria perut buncit tersebut berjalan pergi ke lorong gelap yang sebelumnya mereka berdua lewati.
"Yang benar saja, The Outlaws? Biasanya nama tersebut untuk para penjahat yang tidak menggunakan peraturan umum." ucap Sylphy dengan wajah kesalnya.
"Oh ayolah, nama itu sangat cocok untuk kita. Kita dianggap penjahat bagi demon lord dan masyarakat sekitarnya yang percaya kepada demon lord, kita juga keluar dari peraturan-peraturan umum dari demon lord. Bandit dan bounty hunter akan mengincar kita terus menerus jika kita mengungkap identitas asli kita, kita main aman saja." jawab Kaizoku dengan nada mengejek.
"Ggrrhh... Terserahlah, yang penting kita harus bisa melawan musuh yang akan datang dan menang dengan selamat dan keluar dari tempat mengerikan ini!"
Kaizoku dan Sylphy duduk di dinding menunggu nama mereka di panggil untuk bertarung melawan entah itu seseorang, seekor, ada sebuah? Mereka masih tidak tahu.