Di pagi hari yang terang, Kaizoku membuka matanya secara lambat. "Eerrggghh... Jam berapa sekarang?" ucap Kaizoku dengan rasa ngantuk yang masih menyelimuti Kaizoku.
Melihat ke arah kirinya, Kaizoku melihat Sylphy yang masih tertidur pulas. "Uhh... Saatnya melanjutkan perjalan..." Kaizoku terbangun dari duduknya lalu berjalan ke wadah air yang baru di belakang tenda.
"Huh? Air sudah diganti?" Kaizoku melihat ke sekitarnya, menyadari jika Gabriel sudah tidak ada, mengartikan Gabriel sudah terbangun dahulu.
"Huh, aku penasaran kemana perginya Gabriel." Kaizoku mencuci wajahnya dengan air yang berada di wadah tersebut.
Setelah Kaizoku mencuci wajahnya, Hizo pun datang berniat untuk mencuci mukanya. "Selamat pagi, Hizo." ucap Kaizoku dengan wajah ngantuknya.
"Oh, selamat pagi juga, Kai." Hizo pun mencuci mukanya.
Kaizoku berjalan ke tengah kamp dan duduk di kursi kayu yang tadi malam Hizo buat. Memikirkan masa depannya. "Bagaimana nasib ku di masa depan... Aku tidak terbiasa dengan keadaan yang seperti ini, namun aku juga tidak bisa menyerah di tengah jalan begitu saja... Terus kenapa aku yang di pilih sebagai 'hero' yang padahal aku bukanlah orang yang paling baik ataupun memiliki rasa heroic yang besar, apakah aku benar-benar pantas disebut 'hero'? Aku tidak memiliki cukup semangat untuk ini, tapi yasudah lah jalankan saja dulu, bisa atau enggak, mati atau hidup tetap harus aku jalankan..." ucap batin Kaizoku.
Kaizoku dihentikan oleh Hizo yang mendekat ke Kaizoku. "Kamu baik-baik saja kan?" ucap Hizo dengan wajah hiraunya.
Kaizoku berpura-pura tersenyum. "Oh!? Iya-iya, aku baik-baik saja... Tidak perlu khawatir." jawab Kaizoku dengan senyuman palsunya.
Kaizoku melanjutkan perkataannya dengan bertanya kepada Hizo. "Omong-omong Gabriel dimana ya?"
Hizo duduk di dekat api unggun yang sudah mati. "Entahlah, mungkin dia sedang berburu makan sendirian."
Kaizoku terdiam mendengar jawaban Hizo, lalu Kaizoku melihat ke arah kirinya. Melihat Thomas yang sudah menyerah tertidur diam dengan tatapan tajam, menatapi Kaizoku dengan penuh amarah di dalamnya.
Hizo melihat ke arah Thomas juga. "Hmm, seharusnya dia tidak merasakan lapar dikarenakan regenerasinya tidak akan membiarkan dia mati oleh kelaparan." ucap Hizo dengan datarnya.
Hizo melanjutkan perkataannya dengan membalikkan pandangannya kepada Kaizoku. "Seperti Gabriel bicarakan kemaren siang, kita membutuhkan Thomas untuk memaksa pasukan The Bliss membuka tempat kerja paksa, jika mereka berani untuk tidak membukakan pintu untuk kita, kita akan membunuh Thomas di dalam Underworld... Itulah rencana Gabriel, hanya mengingatkan."
Diikuti oleh Kaizoku yang mengembalikan pandangannya ke depan. "Ya, ya aku paham..."
Setelah beberapa menit kemudian, Gabriel kembali ke kamp tenda dengan membawa kelinci. "Selamat pagi semuanya, aku hanya dapat satu kelinci. Seriusan, memburu di tempat ini cukup susah." ucap Gabriel dengan semangatnya.
Gabriel melempar kelinci tersebut ke tanah, dilihat oleh Hizo dan Kaizoku.
"Saatnya makan siang, kalian berdua ambilkan kayu-kayu yang sudah ku potong. Di kanan sana, dekat pohon besar." Hizo dan Kaizoku pun mengikuti perintah Gabriel untuk mengambil kayu-kayu tersebut.
Setelah mereka berhasil membawa kayu-kayu tersebut kembali, Gabriel menggunakan Spell sinarnya untuk membakar kayu tersebut. Berniat untuk membuat api unggun lagi, untuk memasak kelinci tersebut.
"Apakah itu cukup untuk kita semua?" ucap Hizo dengan rasa ragunya.
"Tentu saja... Asalkan jangan biarkan Sylphy bangun dahulu, kita lebihkan sedikit nanti untuk Sylphy. Mwehehehe" ucap Gabriel dengan senyumnya yang creepy.