Di siang harinya, mereka masih melanjutkan perjalanan panjang menuju ke dekat Underworld. Di tengah teriknya matahari, Kaizoku mengeluh dengan suara lemasnya. "Huff, huff, huff... Berapa lama lagi? Aku sudah capai sekali..."
Semuanya berkeringat, panasnya sudah melebihi normalnya. Kaizoku melanjutkan keluhannya. "Kenapa tidak memakai ‹Void Walk› sih? Akan lebih mudah jika kita menggunakan Spell tersebut, Sylphy!"
Sylphy hanya bisa kesal tidak bisa memukul Kaizoku dikarenakan lemas yang sudah menyelimuti Sylphy. "Oh ya? Kamu gila ya? Di tengah teriknya matahari kamu meminta ku untuk menggunakan ‹Void Walk›? Aku terlalu lemas untuk menggunakannya, lagipula mustahil aku membawa 3 orang sekaligus!" ucap Sylphy dengan wajah kesalnya.
"Kenapa aku harus memasuki dunia seperti ini, padahal kan aku mau berpindah dunia terus dapet istri yang cantik-cantik terus memiliki anak tanpa adanya perjalanan dan relasi." Sylphy merasakan puncaknya, tidak bisa menahan amarahnya mendengar keluhan Kaizoku. Sylphy dengan sisa tenaganya memukul pipi Kaizoku dengan sangat keras.
Kaizoku terpental lemas, terjatuh di atas tanah kering.
"Awww..." terlihat Kaizoku yang kesakitan di tanah.
Gabriel menaruh Thomas di tanah, berniat untuk memisahkan Sylphy dan Kaizoku dari berantem. "Baiklah, baiklah... Kita beristirahat dahulu..." ucap Gabriel dengan sabarnya.
Gabriel melihat ke sekelilingnya, tidak melihat adanya air untuk di minum. "Sepertinya kita akan haus untuk sementara."
Sylphy hanya bisa menahan emosinya di dalam hatinya.
Lainnya pun duduk di sebelah Kaizoku yang masih tertidur kesakitan.
Sebenarnya Kaizoku ingin mengeluh lagi, namun tidak jadi, takut menyakiti hati Sylphy lagi.
Untuk menggantikan rasa silent, Hizo bertanya kepada Gabriel. "Uh... Berapa lama lagi kita akan sampai? Dan bagaimana jika tempat itu hanyalah mitos?" ucap Hizo dengan rasa penasarannya.
Walau begitu, Gabriel menjawabnya dengan bijak. "Yah, kalo kita tidak akan mendapatkan apa-apa setidaknya kita mendapatkan pengalaman untuk berpetualang. Dan tenang saja, kita akan mendapatkan kakek mu kembali apapun yang terjadi." Gabriel memastikan Hizo untuk tetap semangat.
Tiba-tiba Kaizoku berbicara. "Uh... Bisa tidak, saat kita kembali dari tempat kerja paksa, kita memakai alat transportasi? Karena aku tidak akan, TIDAK AKAN berjalan kembali lagi dengan kaki telanjang." ucap Kaizoku yang masih tertidur di atas rumput kering.
"Hmm... Bisa, tapi kita harus mampir ke desa Auricomous untuk membeli kereta kayu dan kuda, dan tentunya itu tidaklah murah." jawab Gabriel sambil melihat ke atas panasnya langit.
"Auri- Auri apa? Nama desa-desa di sini sangat lah aneh dan susah untuk diingat." ucap Kaizoku.
Gabriel menjawab perkataan dari Kaizoku, lagi. "Auricomous, tidak jauh dari Underworld dan gunung bersalju. Ciri khasnya tanah di sana sangatlah licin dan berlumpur, sangat berlumpur..."
Kaizoku sudah tidak tahan baju kotornya yang sudah sangat berbau. "Apapun kelemahannya, yang penting aku bisa berganti baju... Tuxedo ini sudah sangat kotor dan bau.*
Hizo menyelinap percakapan Kaizoku dab Gabriel. "Untung aku hanya memakai baju putih polos, tidak bisa membayangkan bagaimana panasnya saat menggunakan gaun besar seperti Sylphy."
Sylphy menjawab perkataan Hizo dengan wajah yang masih kesal. "Oh jangan hiraukan aku, aku terbiasa dengan pakaian panas hangat. Kami para hybrid-wolf memiliki daya tahan suhu yang sangat kuat untuk bertahan di suhu yang extreme."
Dengan gampangnya, Kaizoku berkata. "Tentu saja... Kami para manusia mustahil untuk mendapatkan itu."