Gabriel menangkap pedangnya kembali, namun dengan cepat Thomas bergerak sangat cepat mengincar Kaizoku.
Pukulan tersebut berhasil di tahan oleh pedang Gabriel sebelum tangan tersebut mengenai wajah Kaizoku. "Huuuhhhh..." Kaizoku hanya bisa tercengang melihat tangan Thomas hampir mengenai wajahnya.
Sylphy yang sadar jika Thomas sedang mengincar Kaizoku, dengan cepat menarik Kaizoku dari Thomas dan Gabriel. "Kai! Gunakan senjata mu! Aku akan meluangkan waktu bersama Gabriel!" Tanpa memberikan kesempatan untuk menjawab, Sylphy berlari bergabung bertarung bersama Gabriel. "O-Oi! Peluru ku habis!"
"Aaahhh! Aku juga pengin bertarung! Kenapa aku harus di jaga terus sih!" Hizo yang sudah mengetahui jika Kaizoku adalah seorang hero, pun berniat untuk melindunginya karena dialah harapan dunia.
"Kaizoku kan? Kenapa kamu tidak bertarung layaknya hero yang gagah dan pemberani?" Ucap Hizo yang kebingungan melihat Kaizoku yang terdiam duduk kesal.
Kaizoku menunduk kebawah, dengan tersenyum sarkas. "Gagah dan pemberani ya... Faktanya, aku bukanlah seseorang yang di bangga-banggakan oleh dunia. Aku hanya seorang pencinta koleksi cowboy, yang tiba-tiba di transfer ke dunia sini tanpa adanya latihan. Hanya bermodalkan nekat dan insting bertahan hidup saja, berharap aku terus bisa selamat sampai bisa kembali ke dunia ku kembali, dan memeluk koleksi-koleksi ku lagi."
Mendengar cerita dari Kaizoku, Hizo merasakan simpati. "Kamu tahu seberapa lama kita berdoa untuk diberikan seorang hero yang mampu menyelamatkan dunia? Dari zaman ayahku dan kakekku, mereka tidak pernah berhenti berdoa untuk mendapatkan hero yang layak untuk mereka. Jadi tolonglah, tetap semangat untuk menyelamatkan desa kami dan dunia kami."
Kaizoku tertawa kecil dan tersenyum mendengar perkataan Hizo. "Heh... Aku dari dulu memang selalu semangat, hanya saja aku terlihat seperti beban yang hanya bisa melihat pertarungan. Aku tidak bisa apa-apa tanpa peluru ku, aku tidak bisa berlari cepat seperti Sylphy, aku tidak bisa terbang seperti Gabriel, aku tidak bisa apa-apa selain menembak. Dan tidak, aku tidak mau menggunakan Spell Creation lagi, sudah cukup merusak jiwa ku."
Hizo berpikir sejenak, lalu menjawab perkataan Kaizoku. "Creation? Hmm, ayahku pernah mengajariku Instant Create level yang lebih tinggi dari Spell Creation. Intinya Spell tersebut mampu membuat sesuatu dengan instan dan tanpa efek samping maupun bahan-bahan, tapi aku tidak pasti jika Spell tersebut akan berhasil di tangan ku..."
Mendengar jawaban Hizo, Kaizoku langsung terbangun dari duduk lemasnya. "Kamu bisa menggunakan Spell Creation!? Jika begitu, buatlah peluru untuk ku!" Kaizoku menarik-narik baju Hizo memintanya untuk membuatkan peluru untuk Kaizoku.
"Ehhh... Aku akan mencobanya. Tapi aku tidak janji jika ini akan selalu jadi." Mendengar jawaban dari Hizo, Kaizoku menundukkan kepalanya dan melepas tangannya dari baju Hizo. "Tidak masalah! Yang terpenting aku mendapatkan peluru, semua masalah akan selesai!"
"He... Baiklah! Yang pertama aku harus tau bagaimana bentuk peluru itu, dan bahan-bahannya. Lalu dengan itu, aku bisa menggabungkan Soul Energi ku ke dalam palu buatan ku saat aku dan ayahku berlatih Instant Create." Kaizoku menepuk jidat, dikarenakan dia sudah menebak jika dunia ini terletak berseting sebelum peluru maupun senjata api di ciptakan.
"Ya tuhan... Kenapa aku harus menjelaskan ini kepadamu..." Kaizoku yang tidak pandai menjelaskan deskripsi bentuk pun mencoba semaksimal mungkin untuk menjelaskan ke Hizo bagaimana bentuk peluru dan fungsinya