Setelah perbincangan selesai, mereka melanjutkan misi dari Hizo yaitu menyelamatkan kakek Hizo.
"Apa kamu yakin jika kakek ku ada di sini? Terlihat sangat sepi." Ucap Hizo yang sedang melihat-lihat sekitar.
Kaizoku menjawab pertanyaan dari Hizo. "Hmm, mungkin kakek berada di tempat kerja paksa. Walaupun aku tidak pasti juga jika tempat itu asli atau tidak."
Setelah Kaizoku menyebutkan kata 'kerja paksa' mereka semua langsung menatapi Kaizoku dengan wajah sangat serius. "Ya... Aku pernah mendengar rumor itu yang bertebaran di desa ini. Sayangnya, aku tidak tau tempat itu berada di mana." Ucap Gabriel bertanya-tanya.
Melanjutkan perkataan Gabriel. "Seharusnya orang yang mereka tangkap akan di simpan di tempat ini dulu, dan besoknya akan di eksekusi mati..."
Hizo yang mendengar kakeknya sedang dalam bahaya, dia mulai panik. "Tuan Gabriel! Tolong, tolong jangan biarkan kakek saya mati... Tolong..." Hizo terlihat sangat bersedih, tidak melihat kakeknya di penjara bawah tanah ini.
"Tapi Gabriel, kita tidak punya waktu lebih. Kita sedang di buru hampir seluruh warga desa ini, jika kita tidak cepat keluar desa kita akan tertangkap." Ucap Kaizoku yang ikut pasrah juga. Membiarkan Gabriel untuk memilih membantu Hizo atau kabur dari desa ini sebelum telat.
Gabriel mengepalkan kedua tangannya, menahan amarahnya. "Ggghh... Kalian memberikan pilihan yang sulit..."
Gabriel berpikir sejenak, memikirkan pilihan yang tepat. Setelah beberapa detik kemudian, akhirnya Gabriel mendapatkan pilihannya. Walaupun pilihannya akan membuat Kaizoku marah, tapi ini demi nyawa manusia. "Kai... Kita harus menyelamatkan kakek Hizo, kita tidak bisa membiarkan nyawa manusia dalam bahaya."
"Ggrrrhh... Jika begitu, kita akan membahayakan nyawa kita... Tapi, ya sudah lah terserah kamu." Dengan penuh berat hati, Kaizoku memilih untuk setuju dengan Gabriel.
Hizo hanya bisa bersyukur Gabriel berpihak dengannya. "Oh tuan Gabriel, terimakasih telah ingin membantu saya.... Saya tidak tau apa yang harus saya bayar untuk membayar kebaikan anda."
"Tenang saja, Hizo. Kita akan mendapatkan kakek mu kembali. Namun sebelum itu, kita harus berpencar lagi untuk mendapatkan informasi tentang tempat kerja paksa. Jika itu benar dan kalian mendapatkan informasinya, kita akan berkumpul lagi di halaman belakang ruman mansion ini, tenang semua penjaga di halaman belakang sudah ku kalahkan semua. Aku dan Hizo akan mencari tahu di sekitar sini, dan kalian berdua kembali ke atas mencari tahu dan bertanya ke orang-orang sekitarnya."
Mendengar usulan Gabriel, seketika Kaizoku menjadi lemas. "Hah!!! Aku tidak mau berjalan ke atas lagi dengan tangga panjang itu!"
Sylphy membalasnya dengan memukul kepala dari Kaizoku. "Kita tidak memiliki pilihan bodoh! Kamu ingin mereka yang di atas!? Mumpung kita masih memakai baju formal dan mewah, kita bisa menyatu dengan mereka!"
Untuk sekian kalinya, Kaizoku mengelus-elus kepalanya kesakitan. "Awww... Baiklah, ini akan sangat menyakitkan untuk kedua kaki ku."
"Baiklah, aku dan Kai akan mencari informasi dari atas. Gabriel dan Hizo mencoba untuk mencari petunjuk di tempat ini. Ayo Kai." Sylphy dan Kaizoku pun berjalan pergi kembali ke tangga gelap.
Menaiki tangga, penuh rasa sakit dan cape Kaizoku terus-menerus mengeluh. "Huff... Kenapa ngga memakai Void Walk, itu akan menjadi lebih mudah."
Sylphy membalasnya dengan kesal. "Ugh! Kamu ingin aku yang bergerak menggendong mu huh? Jangan mimpi, lagi pula kita harus menyimpan Energi kita untuk situasi yang di perlukan..."