Taki melihat ke belakangnya, melihat pohon yang besar terpotong menjadi tiga bagian yang terjatuh.
Melihat ke depan kembali, menatap Sylphy dengan wajah yang berwarna merah penuh dengan darah, menatap Taki dengan sangat tajam. Sama sekali tidak terlihat kulit wajah nya, Taki hanya bisa menahan rasa takutnya terhadap Sylphy yang sudah berada pada mode Bloodlust yang sangat kuat.
Taki tetap menahan rasa takutnya dalam-dalam dan masih mencoba untuk memenangkan pertarungan tersebut. Dengan cepat Taki berdiri dari duduknya dan menendang wajah dari Sylphy dengan sangat keras.
Selagi Sylphy terpental akibat tendangan tersebut, Taki berusaha untuk menguatkan diri sendiri. "Huff... Huff... Ayolah Taki, jangan hilang harapan..."
"Ayo kita lakukan ini dengan serius, tanpa adanya ejekan..." Taki melakukan gerakan persiapan berlari, dengan start jongkok melakukannya dengan sangat serius.
Taki mengambil nafas yang besar, lalu berlari dengan kecepatan penuh mengejar Sylphy yang sudah terpental dengan sangat cepat.
Dengan hitungan detik, Taki berhasil memegang wajah Sylphy yang penuh dengan darah, membawanya kembali ke gereja yang atapnya sudah hancur. Taki memasuki gereja dengan wajah Sylphy yang masih ada di tangan kanannya Taki.
Taki melempar Sylphy ke batu persegi panjang yang sama seperti saat mereka pertama kali bertemu di dunia milik Taki. Batu tersebut menghentikan Sylphy dari lemparan Taki.
Kedua wajah mereka, Sylphy dan Taki memiliki ekspresi datar menandakan mereka berdua berada di mode yang sangat serius. Pertarungan hidup dan mati berada di tangan mereka.
Sylphy berniat untuk berdiri dari duduknya, namun di gagalkan oleh Taki yang berlari dengan sangat cepat sampai-sampai terlihat seperti berteleportasi, Taki menendang wajah Sylphy dengan sangat keras menghancurkan batu tersebut dan membuat Sylphy terpental untuk kedua kalinya, menghancurkan batu dan dinding dari gereja tersebut melempar Sylphy keluar dari gereja tersebut.
Taki berlompat tinggi ke atas langit dan mengarahkan kakinya ke bawah Sylphy yang tertidur di tanah, namun serangan kaki tersebut berhasil di tahan oleh Sylphy sebelum tendangan tersebut mengenai wajahnya lagi.
Sylphy menahan kaki kanan dari Taki hanya demgan menggunakan tangan kanannya, terlihat sangat mudah bagi Sylphy untuk menahan serangan tersebut. Dengan nada datar dan penuh amarah di dalam dirinya, Sylphy mengucapkan. "Belum cukup merusak wajah ku?"
Taki terkejut melihat Sylphy yang dapat menahan serangan kakinya dengan sangat mudah.
Sylphy melempar kaki dari Taki ke samping, diikuti oleh badan dari Taki yang ikut terpental ke samping.
Terbangun dari tidurnya, Sylphy berdiri tegak masih memperlihatkan wajahnya yang penuh darah.
Berhenti terpental, Taki berhasil mendarat dengan selamat sambil menatap Sylphy yang masih penuh dengan darah.
"Ini tidak adill... Kenapa hanya aku yang berdarah..." Sylphy menyadari sesuatu setelah mengucapkan perkataannya. "Ah... Jadi begitu... Baiklah, terimakasih ayah, ibu, dan semua saudara dan saudari ku. Maafkan aku jika aku lepas kendali."
Sylphy menjilat darahnya sendiri yang menetes dari wajahnya menuju ke lidahnya.
Seketika rambut dari Sylphy berubah dari ungu gelap menjadi merah gelap, kedua taring milik Sylphy menjadi lebih panjang dan lebih besar, kedua telinga serigalanya menjadi lebih panjang dan lebih besar, kedua cakarnya lebih panjang dan lebih besar.
Dan terakhir, kedua pupil mata Sylphy mengecil dan berubah warna dari hitam menjadi merah gelap.
Dengan nada serak, Sylphy mencoba untuk berbicara. "Gggrrrr.... Bloodlust (Level 2)."