Sang orang tua dan Kaizoku pun menikmati makanan yang disajikan. "Umm! Makanan ini sangat enak." Ucap Kaizoku sambil tersenyum bangga.
Melihat Kaizoku yang tersenyum, orang tua tersebut pun ikut tersenyum bangga melihat anak muda yang tersenyum. "Nikmati lah nak, nikmat hasil kerja memang paling enak."
"Zaman sekarang jarang sekali melihat anak-anak tersenyum, mereka sibuk bekerja layaknya orang tua." Orang tua itu menghabiskan makanannya, dan meminum botol minum yang sudah tersedia di meja besar.
Mereka saling mengobrol dan tertawa bersama layaknya orang tua dan anaknya. "Hahaha! Kakek juga pernah bermain mainan itu, petak umpet dulu kakek paling jago untuk bersembunyi di semak-semak."
Namun kesenangan tersebut tidak bertahan lama, orang tua tersebut melihat sekumpulan pasukan berpakaian mewah memakai tuxedo hitam dan topi hitam tinggi mengecek para pekerja. "Huh? Secepat itu? Seharusnya mereka mengeceknya pada jam lima sore, ada yang aneh... Ayo nak, ikut kakek sekarang."
Kaizoku yang kebingungan pun mengikuti orang tua tersebut. Mereka bersembunyi di tempat ganti baju yang sama saat Kaizoku berganti baju.
Mengintip keluar, para pasukan tersebut terlihat seperti bertanya sesuatu ke pekerja lainnya. Kaizoku yang penasaran siapa mereka pun bertanya. "Memangnya mereka siapa, kek?" Orang tua tersebut menjawabnya dengan wajah sangat serius. "Mereka adalah para The Bliss, pasukan dari tuan Thomas. Tugas mereka biasanya mengecek para pekerja untuk tidak kabur dari pekerjaannya, jika mereka berani melawan biasanya mereka membawa pekerja tersebut ke tempat kerja paksa, ataupun di penjara."
Orang tua tersebut kembali menatap Kaizoku dengan sangat serius. "Baiklah nak, dengarkan kakek baik-baik... Kakek minta kamu untuk kabur diam-diam dari sini, dan jangan pernah kembali lagi." Kaizoku pun terkejut mendengar perkataan dari orang tua tersebut. "T-Tapi kenapa kek, bagaimana dengan kakek..?"
Orang tua tersebut hanya bisa tersenyum dan mencoba untuk menyemangati Kaizoku. "Jangan hiraukan kakek, kakek yakin mereka sedang mencari kamu. Kakek tau kok rahasia kamu, rahasia saat kamu dan teman-temanmu bertemu anggota bawahan dari demon lord Ishayaki, yaitu Reverend Taki... Kakek bangga jika kamu masih bisa selamat, kakek percaya kamu untuk mengubah dunia ini."
Kaizoku yang mendengar perkataan dari orang tua tersebut pun merasa bersalah, karena Kaizoku membawa masalahnya kepada sang orang tua. "T-Tapi kek... Saya tidak bisa meninggalkan kakek begitu saja, saya, saya bisa melawan mereka!"
Orang tua tersebut memegang kedua bahu dari Kaizoku dan menatapnya sangat serius. "Dengarkan kata-kata dari kakek, kakek tidak ingin kehilangan generasi-generasi baru yang memiliki harapan yang sangat tinggi. Jadi tolong... Untuk kakek, tolong berlari lah dari sini, berlari sejauh mungkin dari sini."
Tidak bisa menahannya lagi, Kaizoku pun menundukkan kepalanya siap untuk kabur dari tempat rel kereta api. "Baiklah... Tolong jaga diri..." Kaizoku memeluk orang tua tersebut untuk terakhir kalinya.
Kaizoku pun keluar dari ruangan ganti diam-diam lalu berlari sekencang mungkin menjauh dari tempat tersebut, meninggalkan sang orang tua sendiri.
Tepat saat Kaizoku sudah pergi, para pasukan tersebut pun mengecek ruang ganti baju dan melihat sang kakek sendirian disitu. Salah satu anggota dari pasukan tersebut pun bertanya. "Permisi, apakah anda melihat seorang remaja berumur kisaran 20 tahun dan memiliki rambut putih di kanan depan?"
Orang tua tersebut pun berbohong. "T-Tidak, saya tidak tau apa yang anda maksud." Namun kebohongan tersebut dengan cepat terbongkar saat anggota pasukan tersebut melihat baju panjang dan rompi di kursi panjang. "Huh, itu aneh... Saya yakin baju tersebut bukanlah milik anda, kasih tau saya atau saya bawa anda ke rumah putih."
Menyadari kebohongannya, sang orang tua tersebut tetap kekeuh untuk berbohong. "Saya tidak tau itu milik siapa, saya disini ingin berganti baju untuk bekerja."
"Dasar orang tua keras kepala, bawa dia." Para pasukan pun membawa sang orang tua.
"Kalian tidak akan mendapatkan apapun dari ku!" Ucap sang orang tua dengan percaya diri.