"HUAAAMMPPPP...." Sylphy terbangun dari tidurnya, melihat jam yang sudah berada pada pukul 11 siang. "HAH! JAM 11!? KAI? GABRIEL!?" Sylphy melihat ke sekitarnya hanya melihat dua kasur kosong yang berantakan.
"MOOO... Jangan terpisah lagi lah! Kai! Kamu sangat menyusahkan!" Dengan cepat Sylphy keluar dari kamar dan beralir keluar dari bar.
.
.
Mean while Kaizoku yang berjalan-jalan entah kemana dia melihat banyak sekali kereta-kereta api yang berhenti. "Ugh... Aku dimana, sangat lapar juga..."
Perkataan dari Kaizoku di dengar oleh orang tua laki-laki berjenggot panjang berwarna orange. Orang tua tersebut pun berbicara kepada Kaizoku dengan nada keras. "Hei kamu! Bantu kami jika kamu lapar."
Terkejut, Kaizoku melihat samping mengarah ke orang tua yang sedang bekerja mebuat rel kereta baru. "Anuu..." Orang tua tersebut marah mendengar ucapan dari Kaizoku. "Tidak ada anu, anu. Ganti baju mu di gudang belakang! Sekarang juga!"
"B-Baiklah!" Kaizoku langsung berlari menuju gudang belakang dekat rel kereta yang sudah jadi. "Sangat menyusahkan." Ruangan tersebut kosong, jadinya Kaizoku mengganti bajunya dengan mudah.
Kaizoku langsung melepas rompi nya, dan melepas baju lengan panjangnya, dan tidak lupa melepas sepatu panjangnya juga. Memakai baju putih lengan pendek, memasang kedua tangannya saring tangan, dan terakhir Kaizoku memanga sepatu boots di kedua kakinya, mempererat sabuknya untuk tidak menjatuhkan celananya.
Kaizoku melihat ke kaca di dekatnya. "Huh? Sejaka kapan rambut kanan depan ku berubah menjadi putih? Ya sudahlah, lagian keren juga hitam dan putih." Setelah memastikan semuanya sudah terpasang dengan benar, Kaizoku berlari cepat ke orang tua tadi.
"Huff... Baiklah, apa yang aku harus lakukan?" Orang tua itu mengasih palu. "Pakai ini, pukul tuh paku besar di rel kereta."
"Baiklah..." Kaizoku memegang palu tersebut dan mulai untuk memukul-mukul paku besar di rel kereta api.
Orang tua tersebut sambil memukul-mukul paku bertanya kepada Kaizoku. "Siapa namamu nak? Aku tidak pernah melihat mu disini, apakah kamu pengunjung di desa ini?"
Kaizoku tersenyum dan menatap ke orang tua tersebut, namun tetap bekerja. "Nama saya Kaizoku... Saya bukan asli dari sini, saya hanya mengikuti teman-teman saya."
"Oh? Jarang-jarang kita mendapatkan pengunjung di desa ini, desa penuh pekerja untuk hidup. Kita tidak bisa hidup tanpa berkerja nak, kita harus tetap membuat sesuatu untuk di jual maupun di pakai." Mendengar perkataan dari orang tua tersebut, Kaizoku hanya bisa terdiam tidak bisa berkata-kata.
"Apalagi tuan Thomas selalu mengasih pajak yang sangat besar, menyusahkan bagi kita-kita yang memiliki gaji di bawah rata-rata. Biasanya orang yang bekerja sebagai pandai besi (blacksmith) memiliki gaji yang lebih besar."
Kaizoku yang penasaran tentang nama Thomas, pun bertanya. "Siapa dia? Tuan Thomas?" Orang tua tersebut menjawab dengan wajah serius dan mengecilkan suaranya. "Tuan Thomas adalah walikota, atau walidesa? Entahlah, yang paling penting dialah pemimpin di desa ini, memiliki kekuatan untuk mengontrol semuanya di desa ini."
Orang tua tersebut mengambil nafas, lalu menghembuskan nya lagi. "Dia sangat kejam, siapapun yang berani melawan atau bahkan tidak setuju dengan ide nya, mereka akan di siksa oleh tuan Thomas dan di buang ke tempat kerja paksa. Saya dengar-dengar tempat kerja paksa adalah neraka bagi mereka, tidak ada makan atau minum, tidak ada bayaran, namun tetap di paksa bekerja. Bener atau tidak, itu hanyalah rumor belaka, karena tidak ada yang berani untuk melawan maupun tidak setuju dengannya."