Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Jerat Kejahatan Keluarga Suami

🇮🇩Lia_nur_Safitri
--
chs / week
--
NOT RATINGS
6k
Views
Synopsis
Dimana kehidupan sebuah keluarga yang semula hangat, nyaman dan tentram berubah menjadi medan perang. Virani Kavita. Panggil saja Vira, dia sudah menjadi istri seorang pemuda kaya selama tiga tahun. Namun, lika-liku perjalanan rumah tangga yang sedang dijalaninya sungguh diluar nalar kebanyakan orang yang mengenal dirinya. Dahulu Vira tak menemukan adanya hal aneh saat beberapa kali berkunjung ke rumah ibu mertunya. Namun, seiring berjalannya waktu banyak hal yang membuat Vira bertanya-tanya sebenarnya apa yang disembunyikan Panji, suaminya itu. Keanehan demi keanehan yang ada membuat Vira semakin muak, membangkitkan naluri kecurigaannya. Perlahan tapi pasti, sedikit demi sedikit rahasia keluarga suaminya itu pasti akan terbongkar. Ternyata banyak hal yang tidak Vira tahu mengenai bisnis rahasia keluarga suaminya itu. Berbagai dugaan muncul, satu per satu fakta terkuak. Vira merasa bingung bagaimana harus bersikap. Mempertahankan rumah tangganya dengan tertawa diatas penderitaan orang lain atau memilih melepaskan diri dari ancaman kejahatan keluarga suaminya itu. Sebenarnya apa rahasia yang ditutupi keluarga suaminya itu? Bagaimana upaya Vira untuk mengungkap semua rahasia itu? Bagaimana kisah kelanjutan rumah tangga yang harus dijalani Vira dan Panji?
VIEW MORE

Chapter 1 - Menemukan Keanehan

Sudah lebih dari seminggu Vira dan Panji pindah ke rumah ibu mertuanya, di sebuah desa di kaki Gunung Salak. Namun, suaminya itu tidak berinisiatif mengajaknya jalan-jalan meskipun hanya berkeliling desa, membuatnya merasa jenuh.

Vira membuka pintu rumah dengan perasaan senangnya. Dia menghirup udara pagi dalam-dalam, rasanya sangat berbeda dengan udara di kota, dimana setiap harinya yang dia hirup adalah polusi. Sedangkan di desa itu dia benar-benar bisa merasakan udara yang begitu segar.

Karena merasa kesepian Vira pun memutuskan untuk berkeliling, mengamati keadaan sekitar. Namun, saat melewati pintu yang Vira rasa ini adalah gudang tiba-tiba ia mendengar suara tangisan bayi.

Vira terperanjat. Mematung sejenak lalu mulai mencari darimana suara itu berasal.

"Vira! kamu ngapain disitu?" tanya Sinta mengagetkannya.

Dengan segera Vira berjalan mendekati ibu mertuanya itu.

"Lain kali kamu jangan main di area belakang rumah ya, dan jangan coba-coba masuk ke dalam gudang," tegas Sinta.

Dapat dikatakan wajah sang ibu mertua terlihat amat cantik. Meskipun umurnya sudah lebih dari empat puluh tahun tapi Sinta masih terlihat bugar dan sehat, terlihat sekali kalau dia pandai merawat diri dengan baik.

"Berkeliling saja Bu, tadi Vira bosan di kamar. Memangnya di belakang ada apa, Bu?" tanya Vira.

"Takut ada ular, udah kamu jangan banyak tanya!" ucap Sinta lalu pergi meninggalkannya, padahal dari dalam gudang itu sangat jelas jika Vira mendengar suara tangisan bayi.

Rasa penasaran yang membuncah, Vira pun akhirnya kembali memastikan keadaan. Beruntung sekali ia tak melihat ada Sinta di rumah ini, Panji dan Jodi yang merupakan Kakak ipar Vira pun belum pulang dari perkebunan milik Sinta.

Sekarang Vira sudah sampai di depan pintu gudang, tetapi sayang sekali pintunya dikunci dengan gembok. Merasa kecewa akhirnya Vira pun keluar melalui pintu dapur, tampaklah sebuah kebun di belakang rumah Sinta yang lumayan luas dan dikelilingi tembok yang menjulang tinggi.

"Aneh sekali, Ibu bilang aku tak boleh menginjakkan kaki di area ini, karena takut ada ular. Tapi disini tak ada pohon besar ataupun semak-semak belukar. Apakah mungkin disini ada ular?" batin Vira.

Angin berhembus kencang sehingga membuat wajah dan tubuhku merasa segar, aku pun berjalan-jalan santai di area yang ditumbuhi rerumputan liar.

"Aaaak,"

Sampai tak lama, langkah kaki Vira terhenti sebab ia tersandung sebuah batu di tengah-tengah rerumputan. Vira pun merasakan sesuatu yang cukup janggal dengan gundukan tanah yang ia timpa. Pasalnya tanah itu terasa cukup lunak seolah di dalamnya ada sebuah rongga serta tercium bau busuk yang menyengat.

Vira tampak sangat kesulitan saat ingin berdiri karena perutnya yang sudah membesar diusia kehamilan menginjak sembilan bulan itu.

Tatapan Vira menyusuri lingkungan sekitar tempat ia berdiri. Bukan hanya aneh, tapi ditengah-tengah hamparan rerumputan seperti ini ada sebuah lahan yang tampak baru digali, masih merah dan gembur bentuknya memanjang seperti sebuah kuburan.

"Apakah mungkin ini makam manusia? Hsss, kenapa aku bisa berpikir sampai ke sana? Tapi bau ini..."

Dengan perasaan panik, Vira pun masuk kedalam rumah danmembersihkan diri sebelum ibu mertuanya itu melihatnya berada disini.

Rasa penasaran Vira belum juga hilang. Dengan berbagai kejanggalan yang ia rasakan selama beberapa hari tinggal di rumah ibu mertuanya. Vira semakin yakin bahwa ada yang tidak beres dan ada sesuatu yang disembunyikan oleh suami dan mertuanya itu dari dirinya.

Jauh di dalam pikiran Vira sebenarnya ia sudah melanglang buana menebak berbagai kemungkinan yang suaminya tutup-tutupi, termasuk makam manusia yang ada di halaman belakang rumah ini.

"Mas Panji?" sapa Vira pada suaminya.

"Iya, sayang?"

"Tadi saat aku berkeliling terus lewat depan pintu gudang aku gak sengaja dengar suara tangisan bayi? Itu suara bayi siapa ya, Mas?" tanya Vira.

Panji yang hendak terpejam pun membuka matanya kembali.

"Mungkin itu suara bayi tetangga," jawab Panji santai.

"Loh, bukannya rumah ini jauh dari tetangga ya, Mas?" Panji terkesiap dan membulatkan matanya, tetapi tak lama kemudian wajahnya kembali tenang.

"Emm, mungkin tadi ada orang yang lewat sama anaknya. Oh ya, lain kali kamu jangan main-main di area belakang apalagi sampai masuk kedalam gudang itu ya, sayang."

"Loh, memangnya kenapa Mas?" tanya Vira.

"Ya pokoknya jangan! Kamu kan alergi debu. Kalau nanti bersin berkepanjangan gimana? Kan kamu sendiri yang repot," jelas Panji sambil tersenyum.

Entah kenapa Vira merasa senyum itu seakan memberi isyarat bahwa ada yang tengah Panji sembunyikan dari dirinya. Aneh sekali, semakin Vira dilarang semakin juga ia dilanda penasaran.

"Sepertinya aku harus mencari tahu sendiri, sebenarnya apa yang Mas Panji sembunyikan di dalam gudang itu. Aku sangat yakin, suara bayi itu berasal dari dalam gudang bukan dari luar," batin Vira.

"Memangnya kenapa sih Mas aku gak boleh masuk ke dalam gudang? Aku cuma ingin tahu seluk beluk rumah ini. Lagian aku bosan, semenjak kita pindah kesini kamu belum pernah ajak aku jalan-jalan keluar," ucap Vira cemberut.

Vira memang baru satu minggu tinggal di desa ini, awalnya mereka tinggal di kota, tetapi karena permintaan Sinta yang menginginkan Vira melahirkan di desa ini akhirnya mereka pun pindah ke desa ini.

"Sudahlah, kamu jangan banyak tanya! Kamu itu lagi hamil, di desa ini kalau ada orang hamil banyak pantangannya. Jadi kamu nurut aja apa kata Mas ya!" ucap Panji panik sembari memejamkan matanya kembali.

"Terus tadi aku di halaman belakang nemuin gundukan tanah mirip kuburan, tanahnya juga masih merah. Itu kuburan atau bukan sih, Mas?" Kali ini Panji tampak terkejut seperti ketakutan.

"Bukan sayang, bukan. Disini mana ada kuburan? Mungkin itu kerjaannya Heri yang mengubur bangkai hewan disitu," ucap Panji.

Ia menyebut nama salah satu pegawai di rumah ini, tetapi rasanya semua pertanyaan Vira dijawab dengan asal-asalan oleh Panji, terlihat dari gelagatnya.

Malam ini Vira benar-benar tak bisa tidur, memikirkan dua hal aneh tadi siang. Akhirnya Vira menyibak selimut dan berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum.

Di dapur ternyata ada Heri yang sedang menyeduh kopi.

"Eh, Pak Heri!" sapaku. Ia pun menoleh.

"Iya Non. Ada yang bisa saya bantu?" tanya lelaki itu dengan sopan.

"Emm, tidak Pak. Apa boleh saya bertanya?" Vira sangat penasaran apa yang sebenarnya disembunyikan suami dan keluarganya itu, mengingat tingkah laku mereka yang begitu aneh.

"Iya Non, boleh. Tanya saja!"

"Apa bapak habis mengubur sesuatu di halaman belakang?"

"Tidak Non. Saya tidak mengubur apa-apa, memangnya ada apa ya?"

Itu artinya ucapan Panji tadi tidak benar, lalu jika Heri tidak mengubur apa-apa, lantas apa yang terkubur di dalam sana? Kalau bangkai hewan, masa iya sebesar itu? Mirip seperti kuburan manusia?

"Tapi tadi kata Mas Panji, bapak loh yang mengubur bangkai hewan disitu? Tapi kok mirip kuburan ya, Pak?" tanya Vira menatap matanya.

Heri pun terkesiap, seperti ketakutan.

"Ii-iya, kemarin saya mengubur... Mengubur bangkai kucing Non, di halaman belakang," ujar Heri gelagapan.

"Bangkai kucing?" ucap Vira dengan tatapan menelisik.

"Iya, iya bangkai kucing. Saya ke depan dulu ya Non, permisi!" Heri pun keluar dengan terburu-buru. Entahlah, sepertinya ia berusaha menghindar dari tatapan Vira

Vira mungkin bodoh dalam hal pelajaran, tapi ia memiliki insting yang kuat. Sebab itulah Vira memilih berpura-pura tidak tahu saja, karena jika ia bertanya pun pasti semua orang di rumah ini tidak akan mau menjawabnya dengan jujur.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan Vira cari sendiri jawabannya secara diam-diam!

--