Chereads / 10 Mystery: Alpha / Chapter 2 - First Of Destinations

Chapter 2 - First Of Destinations

Di tengah hutan yang lebat, terdapat seorang penyihir bernama Arthur Vandehei. Sosoknya tampak mengenaskan, dengan darah mengalir di sekujur tubuhnya. Ia sekarat. Dalam detik-detik terakhirnya, ia menggunakan kekuatan ajaibnya untuk berteleportasi. Sebelum menghilang, ia sempat berpesan kepada pasukan Spartan yang mengepungnya, "Hati-hati dengan rajamu, karena sepuluh misteri itu."

Pasukan Spartan yang kebingungan segera mengejar Arthur dan berteriak dengan marah, "APA MAKSUDMU, PENYIHIR TERKUTUK?"

Dengan kekuatan terakhirnya, Arthur berteleportasi ke sebuah bukit terpencil dan sunyi. Sesampainya di sana, ia terjatuh, lemas dan tak berdaya. Dengan suara serak, ia berkata, "Vichhe brengsek, jika aku masih di zamanmu, aku akan membunuhmu," lalu menghembuskan napas terakhirnya. Jasad Arthur kemudian ditemukan oleh seorang perempuan misterius.

Perempuan itu bernama Varah. Ia adalah seorang spesialis dysis yang cerdas, masih memiliki akal budi manusia dan kekuatan layaknya penyihir. Varah terkejut dan bingung melihat mayat di bukit yang sepi ini. Ia kemudian memutuskan untuk membawa mayat Arthur ke tempat tersembunyi agar tidak dicurigai oleh siapa pun.

"Sepertinya ini penyihir yang ingin mendapatkan salah satu misteri. Emm, atau mungkin bukan?" gumamnya sambil memeriksa jasad itu.

"Di bajunya tertulis namanya, Arthur. Tapi sepertinya ini luka dari benda tajam. Bukankah seharusnya penyihir kebal terhadap serangan benda tajam?"

Dengan hati-hati, Varah menyembunyikan mayat Arthur dan mengawetkannya untuk diteliti lebih lanjut. Setelah itu, ia melanjutkan perjalanannya.

Di kediaman Spartan, seorang pria misterius menyusup dengan keahlian tinggi dan membuat jebakan cerdas untuk menjebak salah satu Spartan demi mengetahui identitasnya. Pria itu adalah Shadow, teman dekat Arthur yang sedang menjalankan misi rahasia untuk mengungkap tujuan para Spartan.

Ketika salah satu Spartan terkena jebakan, Shadow segera menangkapnya dan membawa Spartan itu keluar dengan kemampuan teleportasinya. Setelah itu, ia menginterogasi Spartan tersebut dengan tegas.

"Apa tujuanmu, para Spartan?" tanya Shadow dengan nada dingin.

"Haha, kau bodoh sekali. Aku tidak akan memberitahumu, meskipun aku disekap," jawab Spartan dengan sinis.

"Oh ya? Aku tidak segan-segan membunuh seluruh keluargamu," ancam Shadow dengan tajam.

"(Tch, sial, dia mengancamku), baiklah, aku akan memberitahumu," kata Spartan, akhirnya menyerah.

"Jadi, apa tujuan para Spartan?" tanya Shadow lagi.

"Emm... Raja dan para Spartan ingin mendapatkan salah satu misteri di dunia," jawab Spartan dengan enggan.

"Hahaha, tujuan itu membuatku tertawa. Apakah kau tidak mengetahui ramalan Chvice?" ejek Shadow.

"Kau bodoh ya? Padahal kau ini penyihir, kenapa kau bisa mempercayai ramalan bodoh itu?" jawab Spartan dengan marah.

"Kita alihkan pembicaraan saja, apakah kau tahu di mana temanku?" tanya Shadow, tidak sabar.

"Aku saja tidak menjalankan misi hari ini. Mungkin kau bisa tanya Spartan yang lain," jawab Spartan.

"(Aku menjebak Spartan yang salah), tidak, tidak. Setelah ini, aku akan membunuhmu agar informasi tentang jebakanku tidak bocor," pikir Shadow.

"Eghh, sial, lepaskan aku. Mohon, aku akan melakukan apa pun," pinta Spartan dengan putus asa.

Tanpa ampun, Shadow membunuh Spartan tersebut dan meninggalkan tempat itu. Ia adalah Shadow, teman dekat Arthur yang sedang menjalankan misi dari gurunya.

Setelah meninggalkan tempat itu, Shadow terus mencari keberadaan Arthur yang tidak bisa dilacak. Shadow bingung mengapa ia tidak bisa menggunakan kemampuan pelacaknya, padahal ia sudah beberapa kali melihat Arthur. Kekhawatiran dan kepanikan memenuhi pikirannya.

Di sisi lain, Varah telah kembali dari perjalanannya. "Huft, aku sangat lelah hari ini. Emm, apa yang ingin kulakukan tadi? Ah, saatnya aku membawa jasad penyihir itu ke rumahku di desa. Emm, sepertinya aku perlu karung atau penutup agar jasad ini tidak diketahui."

Dengan hati-hati, Varah membawa jasad Arthur ke desa dysis dan menemui salah satu penjaga desa. Karena kebodohan para dysis lainnya, Varah dengan mudah membawa jasad Arthur ke rumahnya.

Setelah sampai di rumah, Varah berkata kepada dirinya sendiri, "Aku harus mengetahui rahasia di balik jasad ini. Dia adalah penyihir dari kota Vanhetown? Wow, sungguh menakjubkan dysis seperti ku dapat menemukan jasad dari kota mewah. Apa boleh buat kalau aku menghidupkan kembali jasad ini? Sepertinya benar kalau penyihir ini gugur dalam mendapatkan salah satu misteri."

Varah mencoba berbagai cara untuk menghidupkan kembali jasad Arthur hingga akhirnya ramuan yang ingin ia masukkan ke mulut Arthur meledak seketika dan menciptakan ilusi. Entah bagaimana, ramuan yang Varah buat itu dapat menciptakan ilusi. Varah memanfaatkan hal ini untuk melindungi desa dysis dari ancaman luar.

Sementara itu, Shadow yang masih berusaha menemukan Arthur, meskipun matahari hampir tenggelam, tetap gigih dan tak mengenal lelah. Kini, ia berada di tempat Arthur terakhir kali terlihat. Dengan kemampuan matanya, ia dapat mendeteksi bahwa itu adalah darah Arthur. Petunjuk ini memberikan harapan bagi Shadow.

Shadow bergegas menuju desa dysis dan mulai menanyakan keberadaan Arthur kepada dysis-dysis lainnya. Karena dysis lainnya tidak mengerti bahasa manusia, Shadow semakin kebingungan namun tetap teguh mencari Arthur. Akhirnya, ia merasakan keberadaan Arthur di sebuah rumah dysis yang terlihat aneh dan bertuliskan "Tidak ada yang boleh masuk kecuali tamu." Shadow heran karena dysis ini berbeda dengan lainnya, mampu berbicara layaknya manusia. Shadow menghampiri rumah itu dan menemukan penutup jasad Arthur, namun rumah itu tampak kosong.

Lagi dan lagi, Shadow menggunakan kemampuan matanya untuk melacak keberadaan Arthur dari darah di penutup jasad itu. Ia mendapatkan penglihatan di mana Arthur berada. Shadow memanfaatkan hal itu untuk menemukan Arthur dengan teleportasi agar lebih cepat. Setelah berteleportasi, ia menemukan Varah yang tergeletak pingsan.

"Hah, kenapa wanita ini memiliki bekas darah Arthur di tubuhnya? Lalu, ke mana Arthur?" ucap Shadow dengan keheranan.

Banyak tanda-tanda Spartan yang ia temukan, mulai dari pedang, kertas bertuliskan "10 Misteri", dan lain-lain. Shadow menyimpulkan bahwa Arthur telah diculik oleh Spartan, dan wanita ini berusaha menolong Arthur hingga pingsan. Ucapan Spartan yang Shadow bunuh itu tampaknya benar mengenai tujuan para Spartan, tetapi Shadow masih belum memahami mengapa Spartan lebih mempercayai ramalan Chytea.

Shadow berjalan menelusuri tempat aneh itu dan ia menemukan petunjuk lagi tentang Arthur. Ia menemukan tag nama Arthur yang terjatuh.

"Aku harus segera menemukan Arthur sebelum matahari terbenam," gumamnya.

Namun, anehnya, saat Shadow menelusuri tempat itu, ia menemukan mayat Spartan.

"Apakah ini Arthur yang membunuhnya? Tapi aku tidak menemukan jejak-jejak Arthur di mayat Spartan itu."

Waktu semakin mendekati malam, Shadow masih belum menemukan Arthur meskipun ia telah menelusuri seluruh tempat aneh itu dan desa dysis. Ketika hampir menyerah, ia menemukan petunjuk yang lebih jelas lagi. Ia menemukan tulisan "The Greatest of Chaos", dan di tulisan itu terdapat ciri-ciri dan sehelai rambut Arthur. Shadow tersenyum dan berkata,

"Tch, ini adalah tantangan sulit bagiku."

Shadow mengetahui bahwa "The Greatest of Chaos" adalah salah satu gelar terbesar di kalangan penyihir, sebuah gelar yang tidak peduli dengan sepuluh misteri. Dengan pemahaman baru ini, Shadow menyadari ia memiliki tantangan yang berat dan tujuan baru, yaitu membunuh "The Greatest of Chaos". Misi kedua Shadow baru saja dimulai, dan tantangan-tantangan baru menantinya dalam bab-bab selanjutnya.

--

...Bersambung...