Chereads / Alenaa / Chapter 5 - Bagian 5, Kamu Bahagia, Aku Lebih Bahagia

Chapter 5 - Bagian 5, Kamu Bahagia, Aku Lebih Bahagia

Bagian 5

Kamu Bahagia, Aku Lebih Bahagia

     Ketika aku sudah tidak mengejarnya lagi. Alena? Aku sudah tidak mengejarnya lagi meski berhari berhari aku dapat melihatnya. Aku sudah benar benar lupa, Bagaimana rasanya mengenalnya. Alena, Jika kamu paham mengapa berbohong itu menyebalkan, Kamu tau bagaimana tingginya rasa percaya. Aku percaya  kamu bisa melewatinya. Alena? Kamu tidak pernah melihat orang sekitarmu. Alena? Kamu tidak pernah bahagia dengan lingkungan sekitarmu. Alena? Kamu selalu menutup mata untuk orang orang yang ada di hidupmu. Liat di sekelilingmu selalu ada jabatan tangan untuk menemuimu.

     Alena? Aku mempunyai hati, Aku juga manusia. Aku bisa sakit, Aku bisa marah, Aku bisa sedih, Aku bisa menangis, Aku bisa bahagia. Aku sama sepertimu manusia. Aku dapat berfikir jauh, Aku dapat merasa diriku tak pantas. Alena? Kamu tau? Ketika kamu mencoba memilihku dari sekian banyak hal aku memikirkan sesuatu itu, Apa yang terjadi ketika aku tidak melakukan itu. Apa akan terjadi jika lingkunganmu benar benar tidak mendukungmu. Kamu tau? Aku selalu begitu. Dan ketika menemukan sesuatu itu, Aku benar benar merasa hancur, Aku kalah lagi. Aku tidak merasakan menang. Aku pernah kalah dan menang. Ketika kisah kita mulai adalah sesuatu hal yang di paksakan maka aku lebih memilih untuk. Karena hati kecilku menangis setiap hari ketika aku mengingat itu, Kejadian dan beberapa hal yang tidak pernah sangka akan terjadi. Ketika tau hal itu adalah sebuah kebohongan yang membuatku susah untuk percaya lagi. Aku ingin memulai namun luka dari kebohongan tak akan pernah bisa hilang. Aku raut dan tidak akan pernah merasa senang lagi. Aku trauma dan bahagia.

     Akhirnya aku percaya lagi tentang kebahagiaan, Tentang hal kecil, Tentang sesuatu hal yang melekat pada kita, Tentang semua kenangan kita, Tentang perjalanan tiada henti, Hingga keduanya berhenti. Keduanya tak mau saling meninggalkan, Keduanya saling berpeluk, Keduanya saling merasakan kesedihan dan kesenangan. Aku tidak tau keadilan semuanya tak pernah ada, Bahkan ketika sebuah cinta selesai kedua belah pihak berbeda pikiran, Mana yang katanya satu jalan? Mana yang katanya satu pikiran? Apa yang membuatnya menjadi seperti itu? Berantakan bahkan berceceran. Aku tau aku hidup di dalam benakmu, Namun seketika itu nafasku tetap milikku. Ketika aku ingin tulang rusukku kembali sulit tuk mengambilnya, Sulit tuk melupakannya. Akan ada beberapa dari beberapa waktu yang datang. Ntah itu perpisahan, Ntah itu mimpi. Aku selalu berpeluk sendiri. Aku terjebak lagi di dalam matamu, Rasa kasian yang tinggi dan selalu ingin bersamamu seiring waktu membuatku membenci egoku sendiri. Kamu mengalah, Aku menerima. Kamu bahagia, Aku lebih Bahagia.