Happy reading!
"Kau yakin akan menerima permohonan pihak rumah sakit kota itu? Maksud ku, kau tahu kan, kota itu berbahaya. Tak jarang pembunuh dan kriminal terjadi di sana.."
"Aku khawatir dengan mu, sayang"
Dia Rama, kekasih ku. Kami telah menjalin hubungan setahun yang lalu, dia bekerja sebagai dokter juga, sama dengan ku. Namun, dia dokter bedah, berbeda dengan ku.
Dia juga sering ditugaskan di luar kota, meninggalkan ku, jadi kami tak jarang ldr. Ini pertama kalinya aku ditugaskan di luar kota, jadi aku sedikit bersemangat. Terlepas kota itu adalah kota yang berbahaya untuk seorang seperti ku jika pergi ke sana sendirian tanpa seorang pun menemani.
Mengetahui itu, Rama merasa khawatir padaku, takut sesuatu terjadi padaku.
"Tenang saja, aku akan baik-baik saja. Lagipula, ada Nahye yang juga ikut dengan ku ke sana. Kau tidak perlu merasa cemas berlebihan seperti itu. Selama aku tidak sendirian, semuanya akan baik-baik saja" kataku mencoba menghibur nya, walau sia-sia nampaknya.
"Sayang, kau yakin? tidak ada orang yang akan melindungi disana, walaupun ada Nahye, dia juga seorang gadis. Tak mungkin bisa menjamin keamanan mu"
Rasa gelisah nya semakin bertambah. Sebenarnya aku juga masih merasa ragu-ragu dengan keputusan ini. Tapi, aku juga tidak bisa menyangkal bahwa aku sedikit bersemangat? tentang kota ini. Maksud ku, ini pertama kali nya aku ditugaskan di luar kota? tidak mungkin aku menolak kesempatan ini.
"Aku akan jaga diri, aku janji padamu" ucap ku sembari mengambil tangan nya dan mengusap nya, berharap ia tenang dan melepaskan semua rasa gelisah nya.
Rama memelukku. Dekapan nya semakin erat. Aku tahu, dia mencoba menyalurkan rasa khawatir lewat pelukan ini. Tanganku terulur untuk mengusap punggungnya lembut.
"Aku mencintai mu. Kumohon, kau harus benar-benar menjaga dirimu. Aku tidak rela kalau harus kehilangan dirimu" bisiknya putus asa tepat di telingaku.
"Aku juga mencintai mu.." balas ku sambil terus menenangkan nya. Melihat nya yang seperti ini, membuat ku semakin berat membuat keputusan.
-
Malamnya, Nahye mengunjungi rumah. Dia berniat menginap di rumah ku karena besoknya kami harus pergi ke kota yang biasa disebut kota kriminal itu.
Aku dan Nahye, kami berteman dekat saat aku memulai karierku menjadi dokter. Dia seorang perawat, dan kini menjadi asisten pribadiku khusus untuk tiga bulan ke depan di kota kriminal itu.
Nahye memiliki rambut blonde straight dengan tubuh kurus dan tinggi.
Aku memintanya untuk menemaniku, karena tidak mungkin aku seorang diri saja pergi ke sana. Jujur saja, nyaliku tidak cukup untuk itu.
"Musa, bagaimana perasaan mu sekarang? apa kau sudah yakin ingin mengambil kesempatan itu?" nada suara nya selalu lembut seperti biasanya.
"Apa Rama mengijinkan mu?" sambungan nya lagi, terlihat ragu-ragu saat menanyakan nya.
"Tentu saja dia mengizinkaku, aku sedikit memaksanya. Dia sangat khawatir, tapi masalah itu terselesaikan. Aku sudah yakin dengan keputusanku menerima permohonan itu"
"Benarkah? baguslah kalau begitu. Kita akan berangkat besok, memulai perjalanan kita, aku harap kau siap"
Aku tersenyum mengangguk padanya, sebelum masuk ke dalam kamar ku untuk beristirahat.
Besoknya, kami bersiap membereskan koper dan barang bawaan lainnya. Saat ini, kami tiba di stasiun kereta api, jam berangkat kami 30 menit lagi dari sekarang.
"Musa, kau belum makan dari tadi pagi. Ini aku bawa bekal, makanlah.. "
Nahye memberikan sekotak makanan yang ia persiapkan dari rumah. Dia memang sangat rajin.
"Terimakasih, kau tidak makan juga?"
"Tidak, aku sudah makan tadi pagi..kau saja yang makan"
Aku mengangguk dan mulai membuka kotak makanan itu, dan memakan nya dengan lahap. Tidak kusangka, harum masakannya sangat membuatku lapar tiba-tiba.
"Musa! Sayang ku.."
Terlihat Rama berlari ke arahku, dan memelukku. Aku membalas pelukan hangatnya dan tersenyum padanya.
Aku sedikit terkejut karena matanya terlihat sembab, apakah dia menangis? dia menangkup wajah ku dan memberiku kecupan singkat di bibir dan dahiku. Jantung berdetak cukup kencang, meskipun ini bukan pertama kalinya dia seperti ini. Tapi tetap saja, aku terlalu sensitif.
"Sayang, maaf aku hampir terlambat. Aku pikir kau sudah berangkat"
Seperti nya dia berusaha menyembunyikan kesedihannya itu. Aku jadi tak tega melihat wajah sembabnya yang tertampang jelas.
"Tidak masalah, kereta ku datang 30 menit lagi. Kau tidak terlambat"
Sementara, Nahye yang berada di belakang kami terkekeh melihat tingkah Rama yang sangat lengket seperti anak kecil. Padahal yang dia tahu selama ini terlihat sangat tegas dan dingin selama di pekerjaan ternyata selembut ini saat bersama denganku.
"Yaampun, dua sejoli yang sangat serasi" katanya menggodaku. Rama cepat-cepat mengubah ekspresi nya.
"Nahye? kau disini juga.. " seperti nya dia baru menyadari jika gadis itu ada disini.
"Ya ampun, sayang. Kan, aku sudah bilang kalau Nahye akan menemani ku pergi ke sana"
Aku mengusap lembut wajahnya, dia sedikit tersipu dan memalingkan wajahnya. Merasa sedikit malu karena Nahye menyaksikan semua keromantisan kami.
Setelah cukup lama kami saling berbagi perasaan sebelum pergi. Akhirnya kereta kami datang selepas 30 menit berlalu.
Perjalanan ku dimulai dari hari ini, datang ke kota kriminal..
Bersambung~