Chereads / LOCO! / Chapter 3 - Chapter 02 - KEDATANGAN AWAL

Chapter 3 - Chapter 02 - KEDATANGAN AWAL

Kami tiba di kota kriminal tepat jam setengah dua siang. Setelah perjalanan panjang dengan kereta, membuat seluruh tubuh ku ambruk seperti ranting pohon. Nahye memberikan syal rajut untuk dipakai olehku, karena cuaca disini cukup dingin meskipun siang. Tak lupa juga kami memesan taxi untuk pergi ke apartement yang sudah ku sewa seminggu yang lalu.

Aku melihat pemandangan kota dari jendela taxi. Tak banyak orang berlalu lalang di sekitar kota ini, mungkin karena bulan ini musim salju? atau karena kasus pembunuhan dimana-mana sehingga membuat warga kota takut? masih banyak lagi pertanyaan yang kusimpan dalam otakku, berharap menemukan semuanya, meskipun itu terdengar mustahil?

Tak lama kemudian kami sampai di depan gedung apartement. Aku dan Nahye menggeret koper kami masing-masing menuju kamar apartement. Apartement yang ku sewa kali ini cukup besar bagiku dan Nahye. Setidaknya, kami merasa cukup nyaman disini. Terdapat dua kamar di dalam nya dan dapur yang cukup luas. Terdapat balkon yang cukup jembar. Aku merasa cukup puas.

"Kau menyewa apartement yang cukup besar, pasti sangat mahal" ucap Nahye, manik matanya berkeliaran menatap sekeliling ruangan.

"Uang tak masalah bagiku, sayang. Yang penting kita bisa nyaman tinggal disini, dan tidak sempit tentunya.."

Aku cukup berkelimpahan uang karena aku seorang dokter dengan bayaran yang tinggi. Oleh sebab itu, aku diminta untuk datang kemari. Bayaran yang di tawarkan rumah sakit kota ini tak main-main, mana mungkin juga aku menolaknya. Meskipun sedikit mengancam nyawa tinggal di kota ini.

"Nahye, sebaiknya kau beristirahat saja. Kita akan datang ke rumah sakit besok dan memulai pekerjaan kita di kota ini" kataku padanya, terlihat sekali di matanya rasa lelah yang berlebihan. Aku tidak mau dia sampai jatuh sakit saat kami bekerja.

"Baiklah, aku akan istirahat. Kau juga, perhatikan kesehatan mu.." ucap Nahye, lalu dia masuk ke kamarnya.

"Biar aku saja yang memasak makan malam kita nanti. Kau jangan khawatir"

Aku menggeret koper ku masuk ke kamar. Di kamar ku terdapat jendela yang tertuju langsung pada kota. Segera aku memindahkan barang dari koper ke lemariku. Lalu setelahnya, aku menjatuhkan diriku di atas kasur yang empuk itu, rasanya nyaman sekali.

Aku mulai menutup mataku karena rasa lelah tiba-tiba menyerangku saat berbaring di atas kasur ini.

-

Malamnya, aku terbangun terduduk karena mencium aroma harum dari masakan kesukaan. Kaki ku melangkah dengan sendirinya menuju meja makan, dan benar saja, terdapat banyak sajian menu makanan yang enak. Tak heran lagi siapa yang memasak semua ini kalau bukan, Nahye. Memiliki gadis itu di apartement ini seperti surga, dia selalu melakukan semua pekerjaan rumah seperti bersih-bersih dan memasak. Sedangkan aku? aku hanya membantunya sedikit seperti mencuci piring.

"Kau sudah bangun? bagaimana tidurmu, aku yakin kau lapar. Aku sudah menyiapkan banyak makanan malam ini. Duduk lah dan mari kita makan bersama" katanya sembari menyiapkan piring dan sendok di atas meja.

"Ah baiklah. Kau pandai sekali, Nahye. Kau memang tidak ada duanya" aku mengedipkan sebelah mata padanya main-main.

"Yah, tentu saja. Siapa dulu kalau bukan Nahye? ya sudah, sekarang ayo kita makan" Aku makan dengan lahap sekali, seperti orang kelaparan. Nahye menatapku sambil cekikikan, dia merasa lucu melihat cara makan ku yang rakus seperti ini.

"Ya ampun, Musa. Tidak ada yang akan mengambil makananmu, jadi pelan-pelan saja"

"Tidak bisa, masakanmu ini sangat enak" jawabku.

Setelah makan, aku bersantai di ruang tamu sambil menonton film. Lagipula, pekerjaan kami di mulai besok, jadi apa salahnya bersantai sebentar? tidak dengan Nahye, dia duduk di depan laptop nya membaca semua informasi tentang kota ini dan rumah sakit yang akan kami datangi besok. Dia terlihat serius sekali dengan pekerjaan ini. Aku memilih bersantai, karena aku tahu setelahnya tidak akan ada hari lain yang seperti ini.

Sebentar lagi hari-hari ku akan dipenuhi oleh pasien dan korban pembunuhan. Jadi, aku setidaknya harus menyiapkan mental ku untuk itu. Karena aku terkadang tak sanggup melihat korban pembunuhan, apalagi melakukan pemeriksaan terhadap mayad korban.

"Musa..." Nahye akhirnya bersuara. Aku menoleh padanya, "Kenapa?.. " dia jadi membuat ku sangat penasaran.

"Seperti nya besok kita akan menangani pemeriksaan korban pelecehan bersama seorang detektif" ujar nya serius.

"Oh? siapa detektif nya?" dia menggeleng tanda tak tahu.

"Yah, itu tak masalah. Kita juga sudah sering melakukan pemeriksaan terhadap korban pelecehan.." kataku mencoba menghibur diriku sendiri yang sedikit merinding.

"Sebaiknya, kau masuk dan tidur saja, Musa. Karena ini juga sudah larut, aku juga akan tidur sebentar lagi"

Aku berdiri menuruti nya, mematikan televisi dan berjalan ke kamar ku.

Dan besok... aku tidak tahu apa yang akan terjadi besok.

Mungkin..

Lihat saja nanti ya.

Bersambung>>