Prologue
Malam hari yang sunyi. Hanya terdengar suara lolongan anjing dan kepakan sayap kelelawar di dalam kesunyian itu.
Bulan purnama bersinar dengan terang. Menaungi sosok seorang remaja laki - laki di bawahnya. Dia memakai sebuah jaket tebal berwarna hijau, dan celana panjang hitam.
Langkah remaja itu gemetar. Tubuhnya oleng ke kanan dan ke kiri setiap kali dia menggerakkan kakinya. Oleh karena itu, dia berjalan sambil bersandar ke tembok di sampingnya.
"A-aku ha-harus kabur. Ka-kabur dari si-sini," kata remaja itu dengan terbata - bata.
Sebuah cairan merah yang tak lain adalah darah mengalir di balik lengan kiri dari jaket yang dia pakai.
Di pergelangan tangan kirinya yang tidak tertutupi oleh jaket, tampak darah itu sudah mengalir hingga tiba di sana.
Darah itu mengalir melalui sela - sela jarinya, tiba di ujung kuku, dan menetes ke tanah yang dia pijak.
Jauh di belakangnya, sosok yang berpakaian serba hitam dengan topeng yang juga berwarna hitam sedang mengawasi remaja itu sambil berjongkok atas tiang listrik.
"Kau tidak bisa kabur," dia berbisik.
Kemudian, sosok itu melompat, dan mendarat di depan remaja itu. Di tangan kanannya muncul sebuah pisau lipat berwarna perak mengkilap.
"Jangan bunuh aku!" remaja itu menjerit ketakutan.
Tangannya bergerak sendiri tanpa dia sadari, untuk membuka topeng dari sosok misterius di hadapannya.
Topeng hitam itu terlempar 3 meter jauhnya dari pemiliknya. Alangkah terkejutnya si remaja saat melihat wajah dari sosok di depannya itu.
Itu adalah wajah seorang remaja berumur 17 tahun. Rambutnya berwarna coklat dengan poni yang hampir menutupi matanya. Sosok itu sedang tersenyum sinis.
"K-kau!" remaja itu berseru.
Rupanya, dua makhluk yang saling berhadapan itu memiliki wajah yang sama. Atau, apakah mereka memang orang yang sama? Kalau begitu, kenapa si remaja ingin membunuh dirinya sendiri?
***