Sebuah papan kayu yang bertuliskan, "Ruang OSIS," terpampang di atas pintu masuk salah satu ruangan di koridor lantai 2.
Di dalam ruangan itu, sekumpulan remaja berwajah serius sedang mengadakan sebuah perkumpulan. Mereka duduk di sekeliling meja kayu panjang.
Perkumpulan ini membahas tentang acara sekolah yang akan dilakukan pada hari Senin nanti. Sebagai informasi, sekarang adalah hari Kamis.
"Pertemuan bisa dimulai," kata remaja laki - laki yang memakai kacamata. Rambutnya yang berwarna hitam dipotong pendek seperti tentara. Dia adalah ketua osis yang bernama Finn.
Kean, seorang remaja laki - laki yang duduk di sebelahnya Finn mengangguk. Dia adalah pengidap albino, kelainan yang membuat seseorang memiliki rambut dan kulit berwarna putih pucat.
Kean berdiri dan berjalan ke depan papan tulis yang berada di tembok di belakangnya Finn. Dia mengeluarkan sebuah spidol papan tulis dari dalam saku baju seragamnya.
Selain Kean, seorang remaja perempuan yang rambutnya dikuncir 2 juga oleh pita merah ikut berdiri. Dia bernama Lucy. Lucy berjalan ke samping Finn dan membisikkan sesuatu di telinganya.
"Bang Finn, Ben udah ngisi formulirnya. Formulirnya kukasih ya?" bisik Lucy, sementara Finn mengangguk - angguk.
"Nanti saja. Setelah rapat ini," kata Finn tanpa berbisik.
Kean yang masih menulis di papan tulis membalik badannya. Dia memiringkan badan, berusaha untuk menguping hal yang dibisikkan Lucy.
Namun, Finn menyadari itu dan ikut membalikkan badan. Sementara itu, Lucy sudah beralih ke kursinya. Akhirnya, pandangan Kean bertemu dengan pandangannya Finn.
"Kenapa lihat - lihat? Lanjut saja menulisnya," kata Finn sambil memperbaiki posisi kacamatanya.
"Su-sudah selesai," Kean berbicara dengan terbata - bata.
Dengan perasaan yang bercampur aduk, Kean kembali duduk di kursinya. Dia berusaha untuk menenangkan diri dan mengatur nafas, setelah keinginannya untuk menguping ketahuan oleh Finn.
"Gawat ... Bang Finn pasti akan memarahiku," kata Kean dalam hati.
Tiba - tiba, Finn mendeham, lantas mengagetkan hadirin di ruangan ini. Masing - masing dari mereka menghentikan kesibukannya masing - masing, lalu menoleh kepada Finn.
Kini, giliran Finn untuk berdiri. Dia menghadap kepada papan tulis seraya membaca tulisan yang barusan ditulis Kean. Bola matanya yang berwarna emas bergerak kiri kanan.
Kemudian, Finn menepuk papan tulis dengan telapak tangannya, membuat suara kencang yang lagi - lagi mengagetkan semua hadirin di ruangan.
"Jadi, sudah fix ya kalau acara Senin nanti jadi seperti ini. Pulang sekolah nanti kita akan gladi kotor. Yang akan tampil diajak juga," perintah Finn.
Hadirin mengangguk. Kemudian, Lucy mengangkat tangannya seraya berkata, "Bang Finn, biar kuundang, sekaligus ngurus surat ijin juga."
Setelah berkata seperti itu, Lucy berdiri dan berjalan mendekati salah satu anggota osis yang sejak tadi hanya diam saja. Secara paksa, Lucy menyeretnya ke luar ruangan.
"Ta-tapi, Bang Finn belum kasih izin," protes anggota osis itu.
"Udah ikut aja!"
Pintu ruangan kembali ditutup dan suasana kembali lenggang. Finn mendengus, kemudian duduk di kursinya dengan kedua tangan dilipat di atas meja.
"Sekarang soal sponsor. Kemarin, katanya ada yang tidak bisa dihubungi. Itu bagaimana?" Finn mengalihkan pembicaraan.
"Bagaimana kalau dicancel saja?" saran salah satu anggota osis.
"Baiklah kalau begitu. Lagipula, tanpa yang satu itu juga sudah cukup," kata Kean sambil mencoret - coret buku tulis di depannya.
***
Di luar area sekolah, tampak sosok remaja laki - laki yang seluruh badannya penuh dengan tato. Dia berjalan lalu lalang di sepanjang pagar yang mengelilingi bangunan sekolah.
"Keamanan sekolah ini kurang. Tidak ada yang menjaga area di belakangnya," remaja itu berbisik sambil sesekali melirik ke arah pagar.
Setelah merasa yakin, remaja itu mulai memanjat pagar sekolah di depannya. Dalam 2 menit, dia sudah tiba di sisi lain dari pagar yaitu halaman belakang sekolah.
Sesampainya di dalam, diapun bersembunyi di balik semak - semak. Kepada alat komunikasi yang terpasang di telinganya, dia berkata, "Aku sudah sampai di sekolahnya anak itu. Langsung aku mulai sesuai rencana saja."
Tiba - tiba, bel sekolah berbunyi dan mengagetkannya. Hampir saja dia berteriak kaget. Kalau begitu, dia pasti akan langsung ketahuan. Remaja itu menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan.
Kemudian, dia mengintip ke luar semak - semak dan melihat kalau seorang satpam sudah tiba di halaman belakang sekolah. Satpam itu berdiri mematung sambil memandang ke luar area sekolah melalui pagar.
"Satpamnya baru datang sekarang? Sepertinya, keamanan sekolah ini memang kurang, sangat kurang," pikir remaja itu.
***
Sementara itu, Sam dan Ben sudah berjalan keluar dari kelas. Mereka menarik nafas lega, setelah berhasil melalui ulangan bahasa inggris yang melelahkan.
Sesampainya di halaman depan sekolah, tiba - tiba Sam membalik badannya seraya berkata, "Bukuku ketinggalan di kelas. Kau duluan saja, Ben."
Setelah berkata demikian, Sam berlari kencang menuju ke bangunan sekolah. Dalam perjalanannya, Sam hampir menabrak salah satu anggota osis yang sedang menggendong meja kayu di punggungnya.
"Hei hati - hati!" anggota osis itu berteriak marah.
"Ma-maaf!"
Ben geleng - geleng melihatnya. Dalam hati, dia berkata, "Kalau begitu, aku duluan ke tempatnya Larry, ya." Diapun melangkahkan kakinya ke luar area sekolah.
Sementara itu, si anggota osis mendengus. Lalu, dia berjalan ke salah satu sisi di halaman sekolah. Di sana, anggota osis yang lainnya sudah menunggu.
"Ini meja yang terakhir," katanya seraya menurunkan meja kayu yang dia gendong.
"Ini ditaruh di sini," Kean menuding tanah di depannya. Meja kayu itupun dia dorong hingga tiba di atas tempat yang ditunjuk Kean.
Kemudian, Finn datang menghampiri mereka seraya berkata, "Kalau sudah, gladi kotornya bisa segera dimulai."
Secara tidak sengaja, Finn menatap ke arah bangunan sekolah dan melihat sosok yang mencurigakan sedang mengendap - endap. Sosok itu mencoba untuk bersembunyi di balik sebuah pilar.
Sambil memperbaiki posisi kacamatanya, Finn berkata, "Aku tinggal dulu sebentar. Ada yang kelupaan."
"Siap, Bang Finn," jawab seluruh anggota osis yang hadir pada di sana dengan serempak.
Finn pergi meninggalkan mereka, bersamaan dengan datangnya Lucy bersama remaja - remaja yang sepertinya bukan anggota osis. Sejenak, Lucy menatap kepergian Finn.
"Bang Finn mau kemana?" tanya Lucy dengan nada tinggi hingga seisi sekolah mendengarnya.
"Katanya ada yang ketinggalan," jawab Kean.
***
Sam sedang berada di kelasnya. Tangan kanannya dia masukkan ke dalam laci meja dan sedang meraba - raba seisi laci itu.
"Di mana buku itu?" tanya Sam di dalam hati.
Dia menyerah mencari di dalam laci mejanya dan malah mencari di laci meja murid yang lain. Meja yang pertama kali Sam datangi adalah mejanya Ledd. Kemudian Ren, lalu Rick, dan terakhir Ben.
"Tidak, bukan mereka," Sam bergumam.
Sam duduk di salah satu kursi sambil menyandarkan badannya. Kemudian, dia berkata, "Kalau kata Kak Zam begitu, jadi siapa?"
"Kau bodoh ya! Coba pikirkan sendiri. Aku sudah tahu yang sebenarnya terjadi."
"Aku tahu kalau Ledd pasti mengambilnya. Tapi, kenapa tidak ada di lacinya?"
Suasana hening. Sam tidak tahu kalau seseorang sedang mengintipnya dengan bersembunyi di luar kelas. Seseorang itu tak lain adalah remaja bertato yang sebelumnya.
"Dia berbicara dengan diri sendiri? Berarti, dia pasti kunci itu," pikir remaja bertato itu.
Diapun keluar dari persembunyiannya dan menunjukkan dirinya kepada Sam. Di sisi lain, Sam terkejut melihatnya sampai - sampai Sam terjatuh dari kursi.
"Si-siapa kau? A-apa yang ka-kau inginkan da-dariku?" tanya Sam dengan terbata - bata.
"Aku datang untuk membawamu, World Key!" remaja bertato itu berseru.
"Wo-world key?"
"Bersiaplah!" remaja bertato itu menerjang ke arah Sam. Sam menghindari terjangan itu dengan merangkak, sehingga terjangan si remaja bertato mengenai salah satu meja.
Kemudian, Sam menendang meja yang ditabrak si remaja bertato. Meja dan barang - barang di atasnya, termasuk tubuh remaja bertato bergeser menjauh setengah meter dari Sam. Tubuh remaja bertato jatuh ke lantai setelah itu.
Lalu, Sam dan remaja bertato bangkit bersamaan. Keduanya memasang kuda - kuda untuk menyerang. Remaja bertato berkata, "Kau bilang dia tidak akan melawan!" kepada alat komunikasi di telinganya.
Sam tersenyun sinis sambil menyela, "Huh, Sam memang tidak akan melawan. Tapi, akulah yang akan melawan."
"Kau kepribadian keduanya ya," remaja bertato mengeluarkan sebuah cutter dari saku bajunya.
"Kalau begitu!" remaja bertato berlari ke arah Sam, sementara Sam menyelimuti tubuhnya dengan aura gelap yang mengerikan.
***
Brakk ... tubuhnya Sam terlempar ke luar kelas dan menabrak dinding koridor bangunan. Kebetulan, Finn sedang berdiri di ujung koridor itu. Diapun menghampiri Sam yang sedang terluka seraya berseru, "Hei!"
Dengan lesu, Sam menggerakkan tangannya untuk menuding kelas di depannya. Finn menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Sam dan melihat sosok remaja bertato itu.
"Siapa dia?" tanya Finn yang dijawab dengan gumaman, "Menyebalkan." oleh Sam.
"Hah, apa?" Finn tidak mendengar gumaman itu dengan jelas.
"Ti-tidak, Ba-bang Finn," Sam membalasnya dengan gugup. Di saat yang bersamaan, Sam berkata di dalam hati, "Kak Zam mengambil alih di saat yang tidak tepat."
Finn melepaskan kacamata yang dia pakai dan memasukkan kacamata itu ke dalam sakunya. Lalu, Finn memasang kuda - kuda untuk pertahanan.
"Kau larilah. Biar aku yang menghadapi orang itu!" perintah Finn kepada Sam.
Sam mengangguk dan berlari meninggalkannya. Sementara itu, remaja bertato mengarahkan ujung cutternya kepada Finn seraya berkata, "Siapa kau?"
"Aku adalah ketua osis sekolah ini. Tidak akan kubiarkan kau mengacau di sekolahku," jawab Finn.
"Kalau kau menggangguku, akan kubunuh!" remaja bertato melompat ke arah Finn sambil menghunuskan cutternya.
Di sisi lain, Finn sudah bersiap. Sebelum cutter itu mengenainya, Finn memegang lengan remaja bertato lalu membanting tubuhnya ke belakang. Cutter terlepas dari pegangan remaja bertato dan meluncur di lantai.
Setelah itu, Finn melompat ke belakang untuk menjaga jarak dengan remaja bertato.
Remaja bertato bangkit dan mengambil cutternya kembali. Dia berteriak, "Beraninya kau mempermalukanku!"
Tiba - tiba, cutter itu dia lemparkan kepada Finn. Finn menangkis cutter itu dengan menepis badannya menggunakan lengan bawah bagian luar dari tangan kanan.
Remaja bertato marah melihatnya. Diapun menerjang ke arah Finn sambil menyiapkan pukulan dengan tangan kanan.
"Orang ini gerakannya mudah ditebak. Tipikal preman jalanan," pikir Finn.
Finn menyampingkan badannya, membuat remaja bertato menerjang udara kosong. Kemudian, Finn memegang lengan remaja bertato dan kembali membanting badannya ke belakang.
Di akhir rangkaian gerakan itu, Finn kembali menjaga jarak dari remaja bertato dan memasang kuda - kuda menyerang.
"Sial. Kenapa aku kalah dengan orang sepertinya," pikir remaja bertato.
Dia berusaha berdiri dengan badan gemetar sambil tetap memegang cutter. Tapi, sebelum dia sempat menyerang, Finn sudah berada di depannya dan melepaskan pukulan ke wajahnya.
Tubuh remaja bertato terpental saat terkena pukulan itu. Remaja bertato melayang hingga menghantam jendela di koridor, lantas memecahkannya, dan membuat tubuhnya terlempar keluar lewat jendela.
Terdengar suara keributan saat remaja bertato itu terjatuh di halaman sekolah. Kemudian, Finn berjalan mendekati jendela yang pecah dan membungkuk di depannya untuk mengambil sesuatu yang dijatuhkan oleh remaja bertato saat dia menghantam jendela.
Sesuatu itu adalah alat komunikasi yang tadi terpasang di telinga remaja bertato. Finn mengantongi alat komunikasi itu di saku seragamnya. "Suatu saat mungkin bisa berguna," pikirnya.
Bersamaan dengan itu, dia juga mengambil kacamata yang berada di saku yang sama. Kacamata itu dia pakaikan kembali di wajahnya. Setelah itu, Finn berjalan mendekati Sam yang ternyata sedang menonton pertengkaran sambil duduk di ujung koridor.
Sebenarnya, jati diri Finn adalah seorang ahli bela diri. Di sekolah, dia menyembunyikan jati dirinya itu dengan bergabung dengan osis dan berpenampilan seperti seorang nerd.
Meski begitu, sebagian anggota osis sudah menyadarinya. Karena itulah, mereka terlihat berhati - hati saat berhadapan dengan Finn. Mungkin, hanya Lucy yang belum menyadari hal ini.
Saat Finn tiba di sebelahnya Sam, dia bertanya, "Kau baik - baik saja?" seraya mengulurkan tangannya.
"Y-ya," jawab Sam menerima uluran itu.
Saat Sam sudah berdiri, diapun berkata, "Ba-bang Finn, kacamatamu?"
"Oh ini," balas Finn sambil menunjuk kacamatanya. "Sebenarnya, aku memakai kacamata hanya untuk gaya. Kacamata ini lensanya datar," sambungnya.
Sam mengangguk. Kemudian, dia membalik badannya dan mulai berjalan menuruni tangga. Tiba - tiba, Finn menahan pundaknya Sam seraya berkata, "Aku akan mengantarmu. Orang itu sepertinya sedang mengincarmu. Kita tidak tahu apakah perjalanan pulangmu akan aman."
Sam menghela nafas dan membalas, "Y-ya."
***
Saat Finn dan Sam berjalan bersama di halaman sekolah, anggota osis yang juga berada di halaman mulai berbisik - bisik.
"Eh, anak itu kan?"
"Dia yang selalu dibully sama golongannya Ledd, kan."
"Kenapa Bang Finn ada bersamanya?"
"Diamlah! Bang Finn bisa mendengar kalian," tukas Kean. Sontak, bisik - bisikan itu terhenti.
Finn melambaikan tangannya ke arah anggota osis sambil berseru," kalian lanjutkan saja tanpaku! Aku ada janji untuk mengantarnya pulang!"
Para anggota osis mengangguk bersamaan. Tentu, mereka tidak berani melawan perintah ketua mereka. Akhirnya, Finn dan Sam bisa keluar dari area sekolah tanpa hambatan yang berarti.
"Jadi itu yang 'kelupaan' oleh Bang Finn," kata Kean di dalam hati.
Sementara itu, Lucy memikirkan hal yang berbeda dari anggota osis kebanyakan. "Diakan temennya Ben. Bisa nih diajak ikut osis juga. Mau gak ya, dia," itulah yang dipikirkan Lucy.
***