Perlahan aku membuka mataku dengan tenang. Pandanganku masih kabur seperti kepulan debu yang perlahan menampakkan langit yang indah nan megah.
Aku merasakannya, keindahan dan kenyamanan dunia yang selalu aku dambakan.
Mengedip satu kali.
"Benarkah ini dunia lain ... Ini pasti bohong, 'kan?"
Kupikir ini benar, tapi kenapa aku merasa seperti jatuh dari langit?
Hembusan angin kencang menerpa tubuhku dari bawah. Membuatku merasa sedikit khawatir dengan kondisiku saat ini, rambutku yang berantakan, dan hatiku yang tidak begitu tenang ketika aku benar-benar menyadarinya.
"Kalau benar ini dunia lain ... Kenapa aku harus dijatuhkan dari langit? Seharusnya aku bereinkarnasi, 'kan? Aku merasa seperti dipindahkan. Tapi ...."
Aku berbalik.
Entah apa yang sebenarnya terjadi padaku, sungguh aneh. Bagaimana mungkin aku masih hidup setelah tertabrak truk itu?
Tidak mungkin, bukan? Sepertinya ada hal lain yang membuatku curiga. Itu bukan hal yang perlu dipikirkan saat ini, karena aku sudah merasa ada hal buruk yang akan terjadi.
Aku melihat sebuah kota besar, modern, megah dengan beberapa bangunan menjulang tinggi ke langit terlihat di sebelah kanan. Satu bangunan tinggi berwarna biru kaca putih dan 12 pilar lainnya di setiap sisi kota dengan kristal biru melayang di atasnya terlihat sungguh indah.
"Apakah ini dunia masa depan? Mungkin ... Aku tidak begitu mengerti, aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi padaku"
Aku belum tahu pasti. Mirip dengan bangunan kota di Jepang, namun sedikit berbeda.
Apakah itu Tokyo?
Aku melihatnya seperti mimpi, tapi inilah kenyataannya. Kota besar ini berbentuk seperti Dodecagon.
Hanya laut biru terbuka yang jauh di ujung pandangan, kota indah ini membuatku nyaman setelah melihatnya.
Lalu ....
Ketika aku melihat lebih jelas ke arah bawah, semuanya menjadi palsu.
Mataku menatap jelas reruntuhan bangunan rusak tepat di bawah pandanganku. Aku tak bisa memikirkan hal lain, aku hanya bisa memikirkan satu hal yang bisa membuatku putus asa.
Ya, aku pasti akan mati.
"Hmmm ... Ternyata aku benar-benar pergi ke dunia lain. Tapi ... Sepertinya aku akan mati lagi. Hari yang indah dan manis seperti madu, tapi pahit seperti kenyataan yang selalu aku alami. Menyebalkan!"
Menyerah, aku membalikkan tubuhku lagi, bertingkah seolah aku sedang berbaring di pantai. Angkat 1 kaki dan letakkan kedua tangan di belakang kepala. Pejamkan mata untuk bisa merasakan semuanya sehingga terlihat lebih nikmat dan tak terasa.
Yahhhh, Ini terlihat biasa saja dan bodoh. Namun, aku mengerti bahwa aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Tubuhku terjatuh dengan cepat ke bawah, karena kematian adalah cara yang tepat untuk menentukan jalanku.
*JLEBB!*
Menabrak bangunan rusak yang tajam seperti duri, menusuk dadaku yang seketika membuatku mati untuk kedua kalinya.
Darah berceceran keluar dari tubuhku mewarnai dinding bangunan.
Aku tidak mengerti kenapa hal ini bisa terjadi padaku. Benar-benar mengerikan.
.
.
Langit biru dengan bintik-bintik cahaya tampak sangat indah tak terlukiskan. Aku sudah pindah ke tempat lain, ini tidak seperti dunia pada umumnya. Aku merasa ini adalah dimensi yang lebih tinggi dari bumi.
Aku berjalan sambil melihat sekumpulan bola yang melayang di sekitarku, sungguh menakjubkan. Itu seperti gelembung yang tak terlukiskan.
"Sebenarnya aku sekarang berada di mana? Hmmmm ... Ini terlihat seperti ruang dimensi yang tak ada habisnya. Gelembung-gelembung itu ada dimana-mana dalam jumlah yang tidak bisa kuhitung. Tapi, jika memang benar, kenapa aku bisa berjalan di tempat seperti ini? Mungkinkah ... Ini ...."
Aku berjalan mendekati gelembung di depanku. Itu membuatku sangat penasaran dan ingin menyentuhnya.
"Aku bisa menyentuhnya, kan? Semuanya akan baik-baik saja, kan?" Jawabku ragu-ragu saat ingin menyentuhnya.
Lalu aku memberanikan diri untuk menyentuhnya dengan tangan kananku sambil memejamkan mata.
Tiba-tiba, aku merasa seperti ada sesuatu yang masuk ke dalam tubuhku dan memasuki pikiranku, ini di luar dugaanku sebelumnya, aku bisa merasakan tanda-tanda kehidupan di dalam pikiranku.
Mungkin itu adalah hal yang bisa membuatku mengerti dan mengetahui tentang apa yang sebenarnya terjadi pada diriku saat ini.
Aku pun langsung membuka mataku, setelah aku melihatnya, aku benar-benar terkejut.
"Eh..? Dimana aku sekarang? Apa aku sudah kembali ke duniaku sebelumnya? Tapi, kenapa aku merasa terlihat sangat besar?"
Sejauh yang bisa aku rasakan, aku seperti melihat sebuah kerajaan kecil jauh dari mataku. Aku penasaran dengan hal ini dan segera menyipitkan mata untuk melihatnya lebih jelas.
"Apa itu? Sebuah kerajaan?" Aku melihatnya dari dekat. "Kerajaan Elf? Mereka melakukan pekerjaan manusia normal, tidak ada yang aneh. Aku bahkan tidak melihat tanda-tanda monster di tempat ini, sepertinya dunia yang nyaman untuk ditinggali. Tapi…."
Aku melihat banyak anak kecil bermain dengan gembira, namun ada satu anak yang membuatku bingung ketika dia berhenti bermain dan menatapku.
"Dia menatapku? Apa maksudnya?" Seketika itu aku kaget, baru sadar saat anak itu melakukannya.
Dari penglihatan anak itu, ia melihat dengan jelas bahwa ada mata raksasa berwarna biru muda yang menatap tajam ke arah mereka menutupi garis khatulistiwa.
Menarik baju ibu dan mengarahkan telunjuknya ke langit. "Ibu! Lihat, ada satu mata besar yang melihat ke arah kita."
"Apa? Mata besar? Apa yang aku lihat?!"
Ketika ibunya melihatnya, ekspresi wajahnya menjadi sangat ketakutan dan cemas, lalu dia bersujud dan memohon padaku.
"Tuhan ... Tolong jangan hancurkan dunia kami!"
Seketika itu juga semua orang yang melihatnya tersungkur dan iba dihadapanku.
"Lepaskan kami!"
"Tolong jangan hancurkan dunia kami!!"
"Jangan hancurkan dunia kami!!"
"Kami mohon!!"
"T-Tunggu! Kalian tidak bersalah ...." Tanpa sengaja, aku mengedipkan mata sekali, tiba-tiba semuanya berubah dengan cepat.
"Eh? Kenapa dunia itu tiba-tiba hancur sekarang? Itu sama dengan kerajaan elf, 'kan? Apa yang sebenarnya terjadi? Ini tidak masuk akal ... Aku hanya berkedip sekali, apakah aku yang menghancurkannya? T-Tidak ... Itu tidak mungkin ... Mengedipkan mata? Mungkin aku harus mencobanya lagi untuk bisa mengetahuinya"
Aku mencoba berkedip untuk kedua kalinya, membuktikan bahwa aku tidak menghancurkan dunia mereka. Sungguh membuatku merasa bersalah saat melakukan itu pada mereka.
"Apa?" Aku melihat sekeliling, ini sungguh tidak masuk akal. Aku hanya melihat lautan api dan bebatuan besar dari ujung ke ujung. "Lautan api? Ini berbeda dari sebelumnya. Tidak … Tidak mungkin jika aku benar-benar menghancurkan dunia itu … Aku tidak percaya!"
Aku berkedip lagi.
Terdengar suara gemuruh air yang tidak begitu tenang, begitu luasnya, tak ada sebidang tanah pun yang terlihat oleh mataku. Ini sungguh sulit dipercaya, aku mencoba melihat bagian akhirnya, tapi semuanya sia-sia.
"Lautan? Tak berujung? Aku sama sekali tidak bisa melihat apa pun kecuali lautan ini. Apa maksudnya? Sama seperti sebelumnya, aku tidak mengerti. Sebenarnya apa yang kulihat."
Tiba-tiba saat itu, aku merasakan ada sesuatu yang datang dari bawah laut. Ini seperti peringatan.
"Bayangan apa itu? Kenapa lautan ini tiba-tiba mendidih? Tidak mungkin … Apakah ada orang yang menghuni tempat ini?"
Lalu ....
Serangan matahari plasma merah berskala besar datang dari bawah laut dengan ledakan dahsyat yang ditembakkan dengan sangat cepat yang ditujukan tepat ke mataku.
"Apa?!"
Segera kupejamkan mataku dengan kesadaran penuh dan melepaskan tangan kananku yang menyentuh gelembung itu, seketika itu juga tubuhku terlempar kebelakang akibat keterkejutanku atas serangan yang tiba-tiba itu.
Benar-benar gila, ketika aku kembali membuka mataku di tempat itu. Serangan dari plasma surya masih terlihat jelas di depan mata ku seperti sedotan kecil berwarna merah melesat ke arahku dengan cepat.
"Mustahil ... Bisa menembus ruang dan waktu? Serangan macam apa ini!!" Aku menjawab dalam pikiranku sambil melihat serangan itu dengan wajah khawatir.
Sebelum aku terjatuh, tiba-tiba sebuah portal hitam muncul tepat di belakangku dan membawaku keluar dari tempat itu dengan cepat.
Itu benar bisa membuatku aman, tapi kenapa harus selalu dipindahkan seperti ini?
*BRUK!*
Aku terjatuh ke dimensi lain yang berbeda.
"Ini pasti bohong ... Aku berpindah lagi?"
Kejadian ini membuatku terdiam dan melamun dan terus bertanya pada diriku sendiri. Tapi, aku tidak menemukan jawabannya sama sekali. Aku bingung dan tidak tahu harus berbuat apa lagi dengan apa yang selalu terjadi padaku.
Aku hanya bisa berpikir bahwa tempat ini adalah surga yang menunggu kedatanganku.
Ya, surga.
Aku harap itu benar, karena tak ada kata lain yang bisa kuucapkan selain sebuah harapan palsu yang bisa menjadi kenyataan.
Menghela nafas, mencoba berpikir dengan tenang. "Tenangkan dirimu Yoru ... Mungkin ini tempat yang bagus dan nyaman untuk dirimu sendiri ... Semoga itu benar ... Semoga saja aku tidak mati untuk yang ke 3 kalinya lagi."
Aku berdiri dan mulai melihat sekelilingku.
Aku melihat batu besar berwarna abu-abu datar dan segenggam awan putih besar melayang di atas langit. Aku mencoba berjalan ke arah lain dan melihat ke bawah. Aku tidak menemukan apa pun, hanya menemukan awan putih lain yang menghalanginya.
Aku mendongak, seperti langit dunia pada umumnya ... semuanya tampak biru dengan awan putih.
Apakah ini benar-benar Surga?
Tiba-tiba ....
Batu besar lainnya muncul seolah membawaku pergi ke suatu tempat. Mereka terus muncul dari kanan dan berputar ke atas seperti membuat menara.
1... 2 ... 3 ...
Eh? Aku tidak ingin menghitungnya.
Aku sangat penasaran dengan tempat disana, aku memberanikan diri untuk memanjat batu-batu besar itu satu persatu, karena tidak ada pilihan lain selain melewatinya. Aku tidak peduli seberapa banyak batu yang bisa membawaku kesana, karena itu sudah menjadi pilihanku karena ingin melakukannya. Benar-benar tidak ada cara lain selain melewati beberapa bebatuan yang masih tak terhitung jumlahnya.
Mungkin inilah surga yang kuharap bisa membuatku tenang setelah aku mati. Mungkin ini terlihat bodoh karena mengharapkan sesuatu yang belum pasti menjadi milikmu.
Tapi, tak ada salahnya jika seseorang berharap meski itu menyakitkan, bukan?
Mungkin tidak?
Uh ... Aku tidak mengerti.
2 jam telah berlalu, aku berhasil mencapai puncak menara dari tempat ini. Aku telah melewati 500 batu besar untuk sampai ke tempat ini. Tapi, di depanku hanya ada gerbang raksasa yang sudah menungguku.
"Sekarang bagaimana? Aku harap ini benar. Tidak mungkin jika aku bermimpi dan pura-pura mati, 'kan?"
Gerbangnya polos seperti batu yang tidak dihias sama sekali, hanya ditempelkan beberapa daun hitam dan bunga warna biru di sekelilingnya.
Aku mendekati gerbang raksasa itu, gerbang itu perlahan terbuka dengan sendirinya seperti pintu otomatis yang bisa dibuka kapan saja.
Mungkin dia bisa mengalahkan hati manusia.
Aku hanya melihat terowongan yang gelap.
"Lorong gelap? Apakah aku akan dikejar monster dan lari sambil mengambil koin?" Menghela nafas, mencoba untuk tidak peduli. "Tidak, aku tidak ingin menjadi karakter utama dalam sebuah game."
Aku mencoba berjalan beberapa langkah ke depan.
Tiba-tiba, banyak obor tak terhitung menyala dan memperlihatkan sebuah tangga menuju ke atas.
"Tunggu ... Sepertinya aku lupa membawa pisau" Berpura-pura mencarinya.
Ini adalah sesuatu yang sangat aku benci ketika ingin melakukannya.
Aku melihatnya jengkel. Emosiku sedang berada pada puncaknya dan ingin meledak. Tapi, aku hanya bisa berekspresi melalui tanganku.
Memberikan jari tengah tangan kananku ke depan.
Jari tengah yang sangat bagus.
Amarahku tak bisa dibendung lagi, aku menutup kepalaku dengan tudung jaket sweaterku.
"Aku pasti akan membuatnya menderita!" Nada kasar keluar dari mulutku.
Itu benar, Anda harus merasakannya. Ya, jika Anda seorang atlet, hal ini pasti akan terlihat mudah. Tapi mau bagaimana lagi, aku hanyalah seorang pengangguran yang selalu berada di rumah.
Menyedihkan, bukan?
Tidak ada yang bisa memahami bagaimana perasaan seseorang setelah melintasi 500 batu besar untuk mencapai puncak menara dan menaiki tangga lagi untuk mencapai puncak lagi.
Itu benar, aku tidak suka dengan cara yang seperti ini. Tapi, aku terpaksa harus bisa melakukannya.
Aku terus berjalan menaiki tangga. Tidak ada binatang sama sekali yang keluar dari lorong, hanya dinding batu dan tanah kering di semua sisinya.
Keheningan dan kegelapan menyelimuti tempat ini.
Jika ini adalah sebuah gua, aku pasti akan melihat banyak kelelawar di dalamnya. Tapi, ini tidak terjadi sama sekali dan berbeda dari apa yang kukira.
Aku telah menaiki 10.001 anak tangga.
"Anak tangga yang ke 10.002 .... " Lanjut mengoceh jengkel di dalam pikiranku. "Bajingan! Aku benar-benar ingin menghancurkannya menjadi abu!"
Lalu ....
Terdengar suara gemerincing koin yang jatuh dari atas tangga. Aku mendengarnya dan berhenti.
*Clingg! Clingg! Clingg!*
Suara yang sangat kecil dan tumbuh nyaring perlahan memenuhi lorong.
Tiba-tiba, koin itu berhenti tepat di depan kaki kananku. Itu adalah koin emas, aku menatap koin itu datar. Aku masih belum mengambilnya, koin emas itu masih berada di dekat kaki kananku.
Ini masih belum seberapa untuk bisa membuatku senang.
Aku masih memandangnya, membuatku seperti patung yang hanya terpaku pada kekayaan yang akan datang.
Wajahku terus menatap datar pada koin itu dengan rasa hampa, kemudian aku mendengar suara gemerincing koin lain yang jatuh dari atas tangga. 4 koin emas muncul di dekat kakiku dan meningkat menjadi 5.
Ini tidak banyak ....
Masih belum ....
Aku yang melihatnya masih terdiam dan menatap 5 koin emas itu. Aku masih menatapnya dengan wajah datar tidak percaya.
Lalu ....
Terdengar suara ribuan koin bergemerincing seolah-olah terjatuh secara tidak sengaja dari atas.
"Sudah kuduga ... Terlalu mudah ... Sepertinya dia tahu kelemahanku, luar biasa!!!"
Aku menundukkan kepalaku sedikit dan meninggalkan kesan senyuman jahat dari bayang-bayang kegelapan.
"Hahha ... Aku menang! Aku kaya!"
.
.
*************