Dia adalah mahkluk terkuat, itulah yang biasa dia sombongkan ketika dia menghancurkan kota-kota dan membakar desa-desa. Hidup selama lebih dari 1000 tahun, sampai sekarang tidak ada yang bisa menundukkannya.
Orang-orang menjulukinya sebagai Naga Jahanam, Rodan. Dia suka dengan nama panggilan itu, itu seakan membuktikan akan kekuatannya yang disamakan dengan malapetaka.
Semakin dia terlena dengan nama itu, semakin sering pula dia mendemonstrasikan kekuatannya kepada dunia. Semua itu demi menumpuk rasa takut kepada dirinya.
Tapi, suatu hari dia bertemu dengan mahkluk yang jauh lebih kuat darinya, sesosok mahkluk yang telah berdiri di puncak tatanan dunia. Mencicipi sedikit rasa dari puncak kekuatan itu, Roden langsung bertunduk setia kepadanya.
Itu adalah pertama kalinya dia merasakan kekalahan dan rasa takut.
Setelah kekalahan pertamanya itu, dia akhirnya sadar, bahwa masih ada langit di atas langit. Tapi, terlepas dari itu semua, dia masih merasa bahwa dirinya masih sanggup untuk meraih langit yang sama dengan mahkluk tersebut.
Karena itu, demi mengwujudkannya, dia akan rela melakukan apapun dan menyebarkan lebih banyak ketakutan.
"Hmm, aku mencium bau dari para serangga-serangga itu. Aku tau kalian ada di sana, keluarlah! Atau aku akan membakar kalian semua!" teriak Rodan dengan penuh intimidasi.
"…."
Namun tidak ada respon sama sekali dari pihak musuh.
Mengetahui bahwa dirinya telah diremehkan, dia menjadi semakin marah.
"Baiklah, jika itu memang mau kalian! Aku akan membakar kalian semua!!" Rodan meraung, dan mulai bersiap-siap dengan nafas apinya.
"Matilah!!" pekiknya.
Saat itu, percikan api mulai muncul dari dalam rongga mulutnya. Akan tetapi, ketika dia ingin menyemburkan apinya, tiba-tiba sebuah anak panah melesat dengan cepat ke matanya, dan Roden dengan refleks menghindarinya. Berkat itu, [Dragon Breath] nya gagal diaktifkannya, dan itu membuatnya menjadi semakin kesal dan kesal.
"Kurang ajar! Dasar serangga kecil! Perlihatkan wujud kalian!!" teriak Rodan.
Pada saat itu juga—
'Kresek kresek'
"Akhirnya kau keluar juga," celetuk Rodan ketika dia melihat seorang Elf pria berjalan keluar dari balik semak-semak dan berdiri di depannya dengan tatapan tanpa rasa takut.
"Baiklah, aku akan memuji tekadmu itu karena berani berdiri dihadapanku, tapi apa kau pikir kau bisa menang melawan diriku ini? Ketahuilah posisimu, mahkluk rendahan!"
"…."
Elf itu tidak mengatakan apapun, melainkan dia hanya tersenyum. Melihat itu, Roden tampak terkejut, dia mengernyitkan keningnya dan menatap tajam ke arah Elf tersebut.
"Apa yang lucu, kau sialan?! Apa kau meremehkanku?! Jika begitu, maka kau melakukan kesalahan besar!!" jerit Rodan dengan niat untuk menggunakan nafas naganya lagi, tapi senyuman Elf itu masih tidak menghilang.
Itu membuatnya semakin marah dan marah,
"Akan kupastikan kau menjadi abu, kelas rendahan!!" teriak Rodan dan kemudian menghembuskan nafas apinya dengan penuh amarah.
Tapi, sekali lagi, ketika dia ingin membuka mulutnya, seseorang memanahnya dari arah yang berbeda. Namun, kali ini Rodan berhasil menyadarinya.
"Apa kau pikir trik yang sama akan berhasil lagi?!"
Sebelum anak panah itu mengenai dirinya, dia menggunakan ekornya untuk menangkis anak panah tersebut.
Tapi, ketika dia hendak menghalau anak panah itu dengan ekornya, tiba-tiba anak panah itu memutar haluannya dan menghindari serangan Rodan.
"—?!" Itu membuat Rodan terkejut.
Sayangnya, itu masih terlalu awal untuk sebuah kejutan.
Menggunakan kesempatan ini, Elf yang berada di bawah melemparkan sesuatu kepada Rodan, dan benda yang dia lempar itu meledak ketika anak panah yang sebelumnya menghindari Roden mengenai benda tersebut.
"Keh?! Apa ini?!"
Ketika benda itu meledak, sebuah asap berwarna hijau bertebaran di mana-mana, dan mengganggu penglihatannnya. Namun, itu bukan bertujuan untuk membutakannya, ketika Roden menghirup asap tersebut, dia merasakan tubuhnya terasa sangat berat, dan dia segera menyadari bahwa itu sudah terlambat untuk menghindari efek dari asap tersebut.
"Ini?!"
Itu adalah status negatif kelelahan, yang dapat membuat semua status kekuatannya berkurang selama 30 menit.
Tentu saja itu membuat Roden terkejut, membuat [Debuff Powder] yang dapat memberikan efek negatif selama 30 menit, benda-benda seperti itu seharusnya termasuk ke dalam item langka yang berada ditingkat mitos.
"Bagaimana mungkin Elf seperti mereka dapat memilikinya?!" cetus Roden, yang bertanya-tanya di dalam batinnya.
Dia melihat ke arah Elf yang melempar bubuk tersebut. Di sana, masih dalam senyuman meremehkan, dia mengacungkan jari tengahnya dan berkata.
"Ada apa, kadal bodoh? Bukankah katanya kau ingin membakarku, kenapa kau tiba-tiba terdiam— Oh, mungkinkah yang bisa kau lakukan hanya ngomong besar doang? Pada akhirnya kau tetap sejenis kadal yang hanya bisa ngesot di tanah ya."
Rodan tidak tau maksud dari jari tengahnya, tapi dia masih tau bahwa saat ini harga dirinya sebagai seekor naga telah diinjak-injak.
Otaknya mulai terbakar oleh amarah, dan dia meraung dengan sangat keras.
"SERANGGA SIALANNNNN—!!!"
Kemudian, dengan penuh amarah, dia mulai mengejar Elf tersebut yang telah melarikan diri duluan dengan sangat lincah. Dia benar-benar sangat lincah sampai-sampai Rodan kesulitan untuk mengejarnya.
"Ada apa? Setelah seranganmu berhasil dipatahkan dua kali, sekarang kau hanya bisa menjerit-jerit gak jelas? Kenapa kau gak ganti nama aja jadi cicak hitam? Ahahahaha! Kejar aku jika kau bisa, cicak hitam!" teriak Elf itu dengan nada suara yang tinggi sambil tersenyum lebar.
"Sial, aku pasti akan membakar kalian semua tanpa menyisakan abu kalian sedikitpun!!" teriak Rodan, dan dia langsung menyemburkan nafas apinya ke arah Elf tersebut sembari mengejarnya dengan mati-matian.
****************
Sedangkan di sisi lain, di tempat yang berbeda.
Saat ini, bersama dengan para Elf, aku tengah mengintai kondisi desa Elf yang terlihat sudah habis terbakar dan hanya menyisakan Pohon Suci yang masih bertahan tanpa terkena dampak dari kebakaran sedikitpun.
Melihat ukuran dari Pohon Suci itu, aku menahan nafasku dengan takjub.
Itu benar-benar sebuah pohon yang sangat besar, itu hampir sama dengan gedung pencakar langit tertinggi yang ada di duniaku, mungkin setara menara Eiffel, meskipun aku hanya pernah melihatnya dari gambar saja.
Di bagian terbawah dari Pohon Suci itu terdapat sebuah lubang yang cukup besar untuk menampung ratusan orang, dan saat ini lubang itu dilindungi oleh sebuah perisai sihir, kemungkinan semua Elf yang tersisa ada di dalam sana.
Namun, aku yakin itu tidak akan bertahan lama juga, di luar perisai sihir itu juga terdapat beberapa monster yang sedang mencoba untuk menghancurkan perisai tersebut.
"Baiklah, mari lakukan sesuai rencana. Kemungkinan besar Vampir itu telah sadar jika dia sedang serang, naga itu benar-benar membuat keributan yang gak penting," ucapku dengan suara yang pelan, dan semua orang menggangguk.
Sekarang kami sedang bersembunyi di dalam semak-semak. Tujuan regu kami adalah menyelamatkan para Elf yang berlindung dan kemudian bergabung ke dalam pertarungan melawan naga itu bersama Mila sebagai kartu as kami.
Karena kami perlu melakukannya secepat mungkin, kami tidak memiliki waktu untuk terus bersembunyi di sini, jadi aku segara memberi aba-aba kepada sepuluh prajurit Elf itu untuk berpencar dan masuk ke posisi mereka masing-masing.
Mereka dengan cepat dan sunyi segera pergi mengikuti perintahku. Sekarang di tempat itu hanya tersisa aku, Alicia, dan juga Elvy.
"Nee, Riku, bagaimana caranya kau memprovokasi naga itu agar dia menjauh dari tempat ini? Sebenarnya apa yang kau ajarkan kepada para Elf itu?"
"Tenanglah, Alicia. Mereka benar-benar sempurna, tidak ada celah di dalam ajaranku. Itu adalah cara yang ampuh untuk memprovokasi orang yang harga dirinya tinggi. Aku sudah sering melakukannya di sosial media hanya untuk membuang-buang waktu," balasku dengan wajah yang penuh percaya diri.
"Kau benar-benar. Tidak bisakah kau menjalani hidupmu dengan lebih baik?"
"Riku-san, kamu benar-benar hebat! Naga itu benar-benar sangat marah besar!"
Di saat dewi yang kerjanya cuma bermalas-malasan itu mengatakan sesuatu yang tidak jelas, hanya Elvy yang memujiku.
Seperti yang kuduga, hanya dia yang mengerti diriku.
"Baiklah, cukup sampai di sini ngobrolnya. Ayo pergi," ujarku dengan serius.
Mendengar itu, Alicia hanya menghela nafas panjang dan Elvy menggangguk dengan penuh semangat. Kemudian, setelah memastikan bahwa semua orang telah siap, aku segera berjalan maju keluar dari semak-semak dengan penuh percaya diri.
Di belakangku, Alicia dan Elvy juga mengikuti.
Saat kami dengan terang-terangan menunjukkan keberadaan kami, para monster yang melihat itu segera menandai kami semua sebagai targetnya. Tapi, sebelum mereka berhasil mendekati kami, mereka segera ditembak mati oleh para pemanah yang sudah bersiap-siap untuk melindungi kami dari para monster.
Melihat itu, aku memberikan jempolku kepada mereka, dan mereka juga membalasku dengan memberikan jempol mereka juga.
Ras Elf memiliki keahlian dalam berburu, jadi aku sengaja menempatkan mereka di posisi yang cocok agar dapat mengeluarkan bakat mereka secara optimal.
Jika aku dengan terang-terangan membawa mereka, itu akan sama saja seperti membuang-buang bakat mereka. Jadi ini adalah yang terbaik.
"Baiklah, mari kita lakukan ini," ucapku dengan senyuman lebar. Kemudian, aku memberi aba-aba kepada Alicia untuk memulainya. "Alicia-sensei, sisanya kuserahkan kepadamu!"
"Kau tidak melakukan apapun, jadi kenapa kau bertingkah seperti kau sudah melakukan sesuatu?" cetus Alicia sambil menghela nafasnya.
Ya ampun, dia benar-benar tidak bisa membaca suasananya.
"Sudah cepatlah lakukan, bukankah ini keahlianmu?"
"Ya yah, aku mengerti, aku akan melakukannya. Tidak bisakah kau sedikit sopan ketika sedang meminta tolong kepada seseorang."
Sembari mengatakan hal yang sulit dimengerti itu, Alicia maju ke depanku dengan wajah yang terlihat enggan.
Dia benar-benar orang yang merepotkan.
Berdiri di depan kami, Alicia menarik nafas dalam-dalam.
Setelah itu—
"[Holy Aura]!"
'Bum!'
Udara di sekitarnya meledak.
Seketika tubuh Alicia langsung diselimuti oleh cahaya putih suci yang menyilaukan, dan rambut emasnya berkilau terang ketika itu berterbangan layaknya sebuah gelombang.
Melihatnya yang seperti itu membuatku sekali lagi berpikir, bahwa dia benar-benar seorang dewi asli. Rasanya suasana di sekitarnya tiba-tiba berubah dan menjadi sedikit lebih panas, itu membuatku spontan menelan ludahku. Bahkan, di sampingku, Elvy juga melihatnya dengan mata yang berbinar-binar.
Namun, ini masih belum selesai.
Memejamkan matanya sembari merentangkan tangannya lebar-lebar, Alicia kembali berkata, dengan suara yang lebih keras.
"Wahai jiwa-jiwa yang terkekang, lenyaplah! [Sacred Turn Undead]!"
"Kyyaaaaahhhhhhhh—!!!"
Saat itu juga, terdengar suara teriakan yang keras dari arah belakangku, dan ketika aku dengan cepat memalingkan pandanganku ke arah suara itu.
Apa yang ada di sana adalah seorang wanita cantik dengan rambut merah darah yang panjang dan memakai gaun merah ketat yang indah. Dia terbaring jatuh dengan tubuhnya yang mengeluarkan asap gosong.
—Tunggu, apa dia dari tadi ada di belakang kami?