Aku terus memperhatikan Rodan dari atas pohon bersama dengan Elvy di sampingku.
Jantungku terus berdetak kencang saat melihat naga itu yang terus tercabik-cabik dengan brutal oleh sihir Mila. Ini membuatku berpikir skeptis, apa dia benar-benar bisa mati hanya dengan ini?
Akulah yang membuat rencana ini, tapi aku sendiri masih meragukan keberhasilan dari rencana ini. Rasanya seperti ada yang mengganjal di dalam perutku dan terus membuatku merasakan perasaan buruk yang memualkan.
Apa ini sudah baik-baik saja?
Apa aku ketinggalan sesuatu yang lain?
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu terus berputar-putar di dalam otakku dan membuatku tersiksa karenanya.
Apa ini sudah bagus?
"Riku-san, apa kamu baik-baik saja? Wajahmu terlihat pucat," sahut Elvy yang mengkhawatirkanku.
Aku memberikan senyuman lembut. "Yah, aku baik-baik saja. Maaf, aku membuatmu khawatir," balasku.
Tapi, Elvy masih terlihat mengkhawatirkanku.
Tampaknya wajahku terlihat sangat pucat sampai-sampai aku tidak bisa menyembunyikannya dengan baik.
Ya ampun, aku benar-benar menyedihkan.
"Riku-san, kau sudah berusaha keras selama ini, jadi setelah ini semua berakhir, tolong beristirahatlah dengan benar. Aku dengar kau belum tidur selama dua hari ini, semua orang mengkhawatirkanmu," ujar Elvy sambil menggenggam tanganku dengan erat dan menatapku dengan mata yang sangat cemas.
Mendengar itu, hatiku menjadi sedikit tenang.
"Yah, kau benar. Maafkan aku, setelah ini semua berakhir, aku akan beristirahat dengan benar, jadi jangan khawatir," balasku melepaskan tangannya.
"Kau janji?" tanyanya kembali.
Aku mengangguk. "Yah, aku janji," jawabku.
Mendengar itu, Elvy menghela nafasnya dengan lega.
Itu benar, aku tidak boleh membuat semua orang khawatir.
Aku yakin ini akan baik-baik saja.
Kami telah membuat rencana ini dengan matang-matang, dan bahkan Mila memujiku terhadap rencana ini. Kami juga telah berusaha keras membuat puluhan [Debuff Powder] itu, dan mengumpulkan bahannya juga.
Itu benar, semua orang telah berjuang keras, jadi usaha mereka harus terbayarkan dengan harga yang setimpal.
Aku harus lebih percaya diri lagi.
Semuanya pasti akan baik-baik saja.
Namun—
Layaknya sebuah mimpi buruk yang kejam.
Api yang membara membakar semua harapanku dalam sekejap mata.
'Bum!'
"Apa itu?!" teriak prajurit Elf dengan terkejut begitu melihat api hitam yang pekat meledak dari tubuh naga tersebut dan melenyapkan sihir Mila.
Api hitam itu menyelimuti tubuh Rodan seakan-akan membakarnya.
Melihat dia yang dapat bergerak kembali, tampaknya api hitam itu juga melenyapkan semua efek debuff yang dia dapatkan.
Semua orang yang melihatnya terkejut, termasuk aku.
"Hk?!" Aku mengernyit sakit.
"Baiklah, ini sudah cukup!! Aku akan menghancurkan seluruh tempat ini bersama kalian semua!!" teriak Rodan dengan suara berat yang dipenuhi oleh amarah.
'Deg! Deg! Deg!"
Jantungku berdegub kencang, dan keringit dingin menusuk tulang belakangku begitu naga itu mulai membuka matanya lebar-lebar dan melototiku dengan tatapan yang haus membunuh.
"Tapi, pertama aku akan membunuhmu, manusia sialan!!" teriaknya, dan mengayunkan ekornya yang panjang dengan sekuat tenaga ke arahku.
"…."
Melihat itu, aku hanya bisa terdiam membeku begitu ekor Rodan mengarah langsung kepadaku.
Entah kenapa dunia terasa bergerak dengan sangat lambat, ini perasaan yang sama ketika aku sebelumnya hampir dibunuh oleh singa hitam itu.
Dari bawah, aku dapat mendengar suara Mila yang berteriak histeris untuk menyuruhku menghindar. Tapi, itu sudah terlambat, karena rasa takut, refleksku telah mati, aku tidak bisa bergerak.
Lagipula, itu juga mustahil bagiku untuk menghindari serangan yang secepat ini. Sekalipun aku meminum semua [Buff Potion] yang kumiliki, itu mustahil untukku menghindarinya.
Pada akhirnya, aku tetap orang biasa.
Tidak ada yang bisa kulakukan.
Ekor itu akan menghantamku dan menghancurkan tubuhku tanpa ampun, sebuah akhir yang mengenaskan untuk orang seperti diriku.
Tapi, ini cukup mengejutkan, ternyata pikiranku jauh lebih tenang dari yang kuduga. Aku sama sekali tidak merasakan apapun ketika melihat ekor itu yang sudah berada tepat di depan mataku.
Padahal sebentar lagi aku akan mati, tapi aku sama sekali tidak merasakan adanya rasa takut apapun terhadap kematian.
Ini sungguh perasaan yang aneh.
Yah, kurasa kali ini aku benar-benar akan berakhir. Tidak ada plot armor lagi untuk seorang karakter buangan sepertiku.
Maafkan aku, Alicia.
Aku tidak bisa menepati janjiku padamu.
Kumohon pergilah dan cari Pahlawan yang lain. Aku yakin mereka jauh lebih berguna dan dapat diandalkan dibanding diriku, dan kuyakin di antara mereka juga ada yang ingin menggendongmu.
Selamat tinggal.
....
....
....
....
....
….
….
….
….
….
….
….
Namun, selagi aku memikirkan hal itu, tiba-tiba ada seseorang yang mendorongku.
'Buk!'
"Huh?!"
Aku berseru dengan terkejut. Berkatnya, aku berhasil selamat dari serangan ekor naga itu.
Tapi, saat aku melihat siapa orang yang mendorongku, mataku terbuka lebar.
"El, vy... -chan?"
'Bum!'
Tidak sempat untuk mencerna semuanya.
Tepat di depan mataku, aku menyaksikan tubuh Elvy yang dengan sadis dihancurkan oleh tebasan kuat dari ekor naga tersebut. Bahkan itu tidak memberikannya sedetik pun kesempatan untuk bernafas.
Tubuh Elvy terbelah dua seperti mainan yang dihancurkan, organ dalamnya bertebaran di udara tepat di depan mataku, dan tubuhnya dengan lemah tersungkur di atas tanah mengikuti momentum dari pukulan tersebut.
Sekilas, sebelum dia terhempas dan mati, aku dapat melihatnya yang tersenyum polos kepadaku, dan berkata dengan gerakan bibir yang pelan.
("Aku mencintaimu, Riku-san.")
"Hah! Hah! Hah!"
Pada saat itu juga, tubuhku mulai gemetaran, nafasku terengah-engah, dan tanpa kusadari—
—Keputusasaan yang kejam mulai meremas jiwaku tanpa ampun.
"AAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHH—!!!"