—Persembunyian para Elf, waktu sore hari.
"Jadi, apa tujuan kalian sebenarnya menjarah desa ini?" tanyaku kepada Estella, yang merupakan dalang dibalik semua kekacauan ini.
Sekarang, kami berada di sebuah ruangan kecil yang ada di tempat persembunyian para Elf, dan yang berada di sana hanya aku, Alicia, dan Estella.
Jujur saja aku sedikit ragu apakah kami harus membawa Pimpinan Raja Iblis itu ke sini, tapi karena di luar terlalu banyak monster, kami tidak dapat berbicara dengan aman.
Aku juga memaksa Elvy untuk keluar, karena ada kekhawatiran gadis itu akan marah dan tanpa pikir panjang membunuh Estella ketika mendengar motifnya. Meskipun dia sebelumnya menolak karena masalah keamanan, tapi aku mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja karena masih ada Alicia di dekatku.
Setelah aku terus mendesaknya, dia akhirnya pergi meninggalkan ruangan ini dengan enggan. Tapi, sebelum dia keluar dari sana, dia berbalik dan menatapku, matanya tampak khawatir.
"Riku-san, kau janji akan beristirahat, kan?" tanyanya yang mengejutkanku.
Alis mataku terangkat.
Dia benar-benar gadis yang baik, aku tersenyum dan menjawabnya. "Tentu saja, aku pasti akan beristirahat, lagipula aku juga sudah berjanji."
Elvy tampak lega ketika mendengar jawabanku, dan akhirnya dia pergi dari ruangan ini.
Baiklah, mari kita lanjut ke pembicaraan awal kita.
Aku duduk di depan Estella, sambil menyilangkan kedua tanganku, aku bertanya.
"Jadi, untuk apa kau menjarah desa ini? Apa tujuan kalian?" Raut wajahku serius dan aku terus menatap gadis kecil itu dengan tajam.
Tapi—
"Oi, sialan! Jika kau ingin berbicara setidaknya lakukan sesuatu dulu ke wanita ini! Kenapa dia masih mendudukiku?! Aku sama sekali tidak mengerti! Apa kau bodoh?!" teriak Estella yang sampai saat ini masih diduduki oleh Alicia.
"Yah, ini hanya masalah keamanan. Kami masih belum bisa mempercayaimu, aku tidak lagi akan bersikap lembut seperti sebelumnya."
"Cih, padahal aku sedikit berharap kepadamu karena aku dengar kau berhasil mengalahkan kadal yang merepotkan itu. Ternyata kau sama saja dengan wanita ini."
"Itu sedikit kurang ajar untuk menyamakanku dengan wanita ini, tapi terserah lah. Seperti yang kuduga, kalian berkomplotan ya. Apa dia juga Pimpinan Raja Iblis?" tanyaku.
Mendengar itu, Estella tertawa.
"Ahahaha, kadal itu? Pimpinan Raja Iblis? Dia bahkan tidak masuk ke dalam kategori hewan peliharaan Yang Mulia. Kadal itu hanya seorang pengecut, setelah sedikit mendapatkan teguran dari Yang Mulia, dia langsung mengibas-ngibaskan ekornya seperti anjing bodoh," jawab Estella yang mengejek naga itu.
Yang Mulia ya…
Aku pikir dia menunjuk kepada Raja Iblis.
Ini mungkin kesempatan yang langka, aku harus bisa mengorek semua informasi tentang Raja Iblis dari gadis ini.
Bukan berarti aku mau melawan Raja Iblis, hanya saja mungkin ini bisa menjadi informasi yang penting untuk kuberikan kepada Pahlawan lainnya saat kami bertemu nanti.
"Estella… -chan," panggilku yang sedikit bingung apakah harus memberikan tanda hormat atau tidak, karena penampilannya yang anak kecil, itu sedikit aneh jika aku memanggilnya dengan tambahan '-san'.
Yah terserahlah, itu tidak penting saat ini.
Sekarang aku ingin dia mengatakan semua yang dia tau tentang Raja Iblis.
Apapun itu akan sangat berharga untuk para Pahlawan jika mereka tau sedikit saja tentang orang seperti apa Raja Iblis tersebut.
"Umm, Estella-chan, apa kau bisa memberitahuku semua yang kau tau tentang Raja Iblis?" tanyaku, yang berusaha untuk seramah mungkin.
Tapi Estella menyipitkan matanya curiga dan dia menjawab tanpa ragu.
"Tidak."
Yah, aku sudah menebaknya.
"Riku, itu percuma saja. Mereka telah diberi kutukan yang membuat mereka tidak akan pernah bisa mengkhianati Raja Iblis," sahut Alicia, memberikan informasi yang cukup mengejutkan.
Karena itu dia, aku yakin itu bukan candaan. Estella juga mendecakkan lidahnya ketika Alicia memberitahuku rahasia tersebut, sepertinya dia tepat sasaran.
"Serius? Benar-benar merepotkan, aku heran kenapa kalian bisa mengikuti orang yang seperti itu," ujarku yang sedikit penasaran. "Apa mungkin itu artinya kalian mengikuti perintah Raja Iblis hanya karena terpaksa?"
"Tentu saja tidak!" bentak Estella yang spontan menolak pendapatku. "Memang benar, kami diberi kutukan agar kami tidak bisa berkhianat! Tapi, meskipun begitu, kami juga memiliki alasan yang kuat untuk menerima kutukan itu dan menurutinya dengan patuh!" sanggah Estella.
Tatapannya sangat serius, itu membuatku terkejut.
Kenapa dia sangat bersikeras?
"Alasan ya?" seruku bertanya-tanya.
Kemudian, masih merasa kesal, Estella menjelaskannya kepadaku. "Kami setiap Pimpinan pasukan Raja Iblis memiliki alasan tersendiri untuk mengikuti Yang Mulia. Itu adalah keinginan yang sangat penting, dan satu-satunya yang bisa mengabulkan keinginan itu hanya Yang Mulia Raja Iblis seorang! Jadi jauhkan saja pemikiran bodoh yang berasal dari rasa simpatimu itu, dasar bocah!" cibirnya yang meludah.
Aku berkedut kesal dan ingin sekali memberikan pelajaran kepada gadis ini tentang siapa bosnya di sini, tapi aku mencoba untuk menahannya.
"Emangnya apa yang kau inginkan?" tanyaku kembali.
"Heh, apa kau pikir aku akan mengatakannya?" jawab Estella dengan senyuman yang mengejek, dia menolak untuk mengatakan apapun.
Aku menghela nafas lesu.
"Yah, jika kau memang tidak berniat untuk mengatakan apapun, aku tidak akan memaksamu."
Ini sedikit mengecewakan, tapi kurasa aku hanya bisa menyerah.
"Baiklah, mari kita kembali ke pertanyaan pertamaku tadi. Untuk yang ini saja, aku harap kau ingin menjawabnya."
"Huh, apa kau bodoh? Apa kau benar-benar berpikir aku akan menjawabnya? Dengar, meskipun kalian menyiksaku, aku tetap tidak akan mengatakan apapun. Jangan pernah berpikir aku akan menuruti permintaanmu begitu saja," balas Estella dengan wajah sombong yang penuh rasa percaya diri.
"…."
Aku menatapnya.
"He-Hei ada apa dengan tatapanmu itu? Ka-Kau tidak berniat untuk melakukan pelecehan seksual kepada seorang gadis kecil sepertiku, kan? Ya kan? Aku percaya kepadamu, nak! Aku yakin kau bukan seorang lolicon! Aku percaya kepadamu!"
"Kenapa kau malah panik sendiri? Untuk apa juga kau percaya pada musuhmu. Yah, tapi memang benar sih, aku bukan lolicon, jadi kau aman— Hei, Alicia-san, aku serius bukan lolicon, jadi bisakah kau tidak melihatku dengan tatapan seperti itu?"
Serius, aku bukan lolicon.
Yah, aku mungkin tidak membenci anak kecil, tapi bukan berarti aku mencintai mereka dalam arti yang jauh. Aku hanya suka melihat pertumbuhan mereka dari dekat.
"Serius, jadi bisakah kau tidak melihatku dengan tatapan seperti melihat orang mencurigakan seperti itu, Alicia-san."
Ya ampun, tidak bisakah mereka serius sedikit. Jika seperti ini terus, mau sampai kapanpun pembicaraan ini tidak akan pernah selesai-selesai.
"Haaah…"
Aku menghela nafas panjang dengan lelah.
Padahal pembicaraannya belum dimulai, tapi kenapa aku bisa selelah ini?
"Baiklah, mari kembali ke pembicaraan kita sebelumnya. Aku tidak akan melakukan pelecehan seksual apapun kepadamu, tapi sebagai gantinya, aku mungkin akan merebut apa yang kau sebut 'keinginan' itu," ujarku dengan senyuman tipis.
Mendengar itu, Estella mengerutkan alisnya, dia menatapku dengan curiga dan mencoba untuk memikirkan apa yang kukatakan menggunakan kepalanya sendiri.
Melihat reaksi itu, aku sedikit lega, itu artinya dia menganggap serius perkataanku.
Akhirnya aku bisa memulai pembicaraan ini di jalur yang benar.
Ya ampun, mereka benar-benar merepotkan.
"Apa maksudmu?" tanya gadis itu yang terlihat waspada kepadaku.
Aku masih santai dan menjawabnya. "Kau bilang jika kalian semua para Petinggi Raja Iblis memiliki semacam kutukan yang harus menjadi harga untuk mengabulkan 'keinginan' itu, kan?"
"...." Tubuh gadis itu membeku.
Kemudian, aku menggodanya sambil mendekatkan wajahku ke dekat telinganya. "Aku penasaran, apa yang akan terjadi jika aku menghapus kutukan itu?" bisikku.
"….."
Seketika, Estella terdiam, wajahnya terlihat membeku tak berekspresi. Alis mata Alicia terangkat ketika dia melihat perubahan tersebut.
Melihat itu, senyuman lebar mulai terlukis di wajahku.
"Kau seharusnya tau seberapa kuat orang yang saat ini mendudukimu, kan? Biar kau tau, dia bisa saja menggunakan mantra [Break Spell] untuk mematahkan kutukanmu itu," cetusku santai sembari menyipitkan mataku ke arah Estella yang terlihat tegang.
Saat itu juga, wajahnya langsung berubah menjadi semakin pucat.
"Itu mustahil! Bahkan pendeta terkuat di dunia ini ataupun seseorang dengan gelar Saint tidak akan bisa mematahkan kutukan ini! Mustahil akan ada orang yang bisa mematahkan kutukan ini!" sanggahnya yang mencoba untuk tetap kuat.
Tapi, tampaknya dia juga masih sedikit ragu oleh perkataannya sendiri, aku bisa mendengarnya berbicara dengan suara yang gemetar.
"Kau yakin tidak bisa?" tanyaku.
"Ahahaha, apa pun yang kau lakukan itu percuma saja! Bahkan, sekalipun dengan item sihir yang kuat, kutukan ini tidak akan pernah bisa hilang!"
Dia mengatakan itu dengan senyuman berani, tapi aku masih bisa melihatnya yang gemetaran. Dia terlihat sangat ketakutan, dari wajahnya menetes keringat dingin dan dia berusaha keras untuk menyembunyikannya.
Tampaknya ancaman ini benar-benar berhasil.
Aku menepuk tanganku, tersenyum lembut dan berkata dengan suara yang riang. "Oh benar! Jika begitu, kenapa kita tidak mencobanya saja?"
"Huh?"
Mendengar itu, Estella berseru terkejut, tapi aku sama sekali tidak memperdulikannya dan tetap lanjut berkata dengan senyuman yang manis.
"Alicia, bisa kau melakukannya," pintaku.
"Ya ampun, apa boleh buat… [Break—"
"Tunggu! Tunggu dulu! Kumohon tunggu sebentar! Baiklah, aku mengerti! Aku akan menjawab apapun yang kau inginkan! Jadi tolong jangan hapus kutukan ini! Kumohon, aku akan melakukan apapun untukmu! Tolong jangan hapus kutukan ini!" jerit Estella dengan putus asa sebelum Alicia sempat merampalkan mantranya.
"Bagus, aku suka anak yang jujur," ujarku sembari menyeringai layaknya iblis yang berhasil menggoda mangsanya.
Melihat itu, Alicia mendesah lesu.
"Aku jadi bingung siapa penjahatnya sekarang."