"Rodan telah mati."
Di dalam sebuah ruang rapat yang megah, dengan suaranya yang bergema ke seluruh ruangan, seorang pria dengan pakaian formal layaknya seorang sekretaris mengatakan hal itu, yang mana membuat suasana ruangan langsung jatuh dalam ketegangan. Tapi, tidak hanya sampai di sana, pria itu kembali berkata.
"Tidak hanya itu, aku juga tidak dapat menghubungi Estella," ungkapnya dengan suara yang terdengar sakit.
Mendengar pernyataan tersebut, raut wajah semua orang yang ada di dalam ruang rapat itu berubah, mereka semua terkejut.
"Oi oi, apa maksudmu gak bisa dihubungi?! Apa wanita itu mati?" tanya seorang pria dengan paras liar sambil menatap tajam ke pria sekretaris itu.
Tapi, sama sekali tidak terpengaruh oleh tatapan sinisnya, masih dalam ekspresi tenang, pria sekretaris itu menjawab.
"Aku masih belum bisa memastikannya sampai situ, tapi kita harus memikirkan kemungkinan terburuknya juga."
"U-Umm, jika naga yang bersamanya saja mati, bukankah itu wajar untuk menganggap Estella juga mati?" sahut seorang gadis kecil berambut putih sambil bermain-main dengan boneka kelincinya.
"Apa itu artinya yang dikatakan oleh Raja Iblis tentang ramalan seorang Pahlawan yang akan mengguncangkan dunia itu memang benar? Jika begitu, kita harus segera pergi menemui orang itu dan membunuhnya sebelum dia bertambah semakin kuat," timpal seorang pria bertubuh raksasa dengan suara beratnya.
"Dasar bodoh, inilah kenapa aku benci orang yang langsung bertindak sebelum berpikir. Dia adalah orang yang dapat mengalahkan Rodan dan juga Estella. Lebih baik menyeledikinya terlebih dahulu, setelah itu menyerangnya dengan rencana yang matang, apa kau sudah jatuh sampai sebodoh itu?" sela seorang pria yang memiliki tiga mata di kepalanya, tapi saat ini ketiga mata itu tertutup.
"Aku setuju dengannya. Pergi sekarang tanpa mengetahui seberapa kuat orang itu sebenarnya, itu adalah tindakan yang ceroboh. Sebaiknya kirim pasukan untuk menyelediki orang itu terlebih dahulu sebelum menyerangnya. Aku tidak ingin melawannya jika aku tau dia dapat melukai ibuku," tambah seorang wanita dengan mata tertutup kain, tidak hanya itu, wanita tersebut juga sedang mengandung seorang anak di perutnya yang membengkak seperti bola.
Mereka semua berdebat tentang langkah apa yang sebaiknya mereka lakukan.
"…."
Sedangkan di sisi lain, ada orang yang daritadi hanya diam saja.
Menatap semua orang yang ada di sana dengan mata melankolisnya, dia terlihat sama sekali tidak tertarik untuk mengikuti perdebatan tersebut. Tapi, meskipun begitu, tidak akan ada orang yang mengadilinya hanya karena itu— tidak, mereka hanya tidak memiliki keberanian untuk melakukannya.
Duduk jauh di atas singgasananya yang meliputi kesombongan akan kekuasaan dan kekayaannya, sosok itu menghela nafasnya dan tiba-tiba mengangkat suaranya dengan suara yang terdengar tidak memiliki semangat hidup.
"Kalian terlalu berisik," tuturnya singkat.
"...."
Tapi, hanya dengan satu kalimat itu saja, suasana yang sebelumnya bising oleh orang-orang yang berdebat, kini menjadi sunyi seakan-akan waktu di tempat itu tiba-tiba berhenti.
Itu bukan hanya sekedar kiasan, karena tidak hanya suara mereka yang terdiam, semua orang yang ada di ruangan itu juga sama sekali tidak menggerakkan tubuh mereka sedikitpun, layaknya sebuah patung.
Mereka semua berusaha keras untuk tidak membuat suara sekecil apapun, dan semua itu semata-mata hanya untuk tidak menyulut amarah dari sosok yang duduk di atas singgasana tersebut.
Setelah itu, sosok itu kembali berkata.
"Jangan terlalu heboh hanya karena satu orang Pahlawan saja, tujuan kita bukan untuk membunuh Pahlawan, apa kalian sudah lupa?"
"…."
Tidak ada yang menjawab, karena mereka semua paham jika mereka menjawab pertanyaan dari sosok itu, saat itu juga hidup mereka akan berakhir.
Mereka semua seperti berdiri di tepi jurang, salah langkah sedikit saja akan mengakhiri semuanya.
Bagi mereka, sosok itu adalah seorang dewa.
Karena itu, mereka akan mengikuti seluruh perintahnya dan terus menakutinya sebagai sosok yang agung.
Setiap perkataan adalah perintah mutlak.
Itulah bentuk dari kutukan yang saat ini harus mereka emban.
"Cukup sampai di sini pembicaraannya. Aku ingin kalian menyelidiki pahlawan yang telah mengalahkan Estella dan juga kadal itu. Aku tidak berpikir jika Ratu Vampir itu akan mati dengan mudah, aku yakin kekuatannya hanya tersegel, karena kutukan yang kuberikan masih tetap ada. Dia masih berguna, jadi pertimbangkan rencana untuk menyelamatkannya. Untuk pahlawan yang mengalahkannya, jika kalian pikir kalian bisa membunuhnya, segera bunuh dia pada saat itu juga. Tidak hanya dia, jika kalian melihat siapapun yang menganggu tujuan kita, lenyapkan mereka. Baiklah, itu saja. Aku masih ada urusan penting yang harus kuselesaikan, jadi aku akan pergi," ujarnya yang terus berbicara panjang lebar dengan semua perintah yang dia berikan kepada mereka.
"...."
"Oh ya, kalian sudah boleh bergerak bebas," lanjutnya kembali sebelum dia pergi.
Setelah mengatakan itu, sosok tersebut langsung menghilang di dalam bayangan dan meninggalkan mereka semua.
Pada saat yang bersamaan, semua orang yang daritadi terdiam langsung menarik nafas mereka masing-masing, yang selama ini telah mereka tahan, hanya untuk tidak membuat suara sekecil apapun.
Begitu semua orang sudah kembali tenang. Mereka akhirnya dapat bernafas dengan lega.
"Seperti biasa, tekanan dari orang itu terlalu mengerikan, hanya dengan mendengar suaranya saja buluh kudukku sampai berdiri semua."
"Kau menyedihkan. Tapi, aku juga sedikit paham dengan perasaanmu itu,"
"Seperti yang diharapkan dari orang yang memiliki gelar Raja Iblis. Levelnya terlalu berbeda jauh. Rasanya aku sedikit kasihan dengan para Pahlawan itu karena harus melawan monster seperti dirinya."
"Yah, aku tidak terlalu peduli sih. Selama tujuanku tercapai, aku akan terus mengikutinya,"
"Sudahlah, aku akan pergi. Aku tidak memiliki urusan lagi di sini!"
"Aku juga pergi. Untuk perintah dari Raja Iblis, seperti biasa, kita akan bergerak sendiri-sendiri. Lagipula dari awal kita juga bukan teman."
Mendengar saran itu, tidak ada orang yang keberatan.
Setelahnya, mereka satu per satu mulai mengundurkan diri dari ruangan itu dan kembali ke tugas mereka masing-masing tanpa ada niat untuk berkerja sama.
****************
—Gurun Akare, di sebelah utara Kerajaan Randolf.
Suara desiran pasir bergemuruh di gurun tersebut, layaknya mahkluk hidup, badai gurun yang mengerikan bergerak ke arah seorang pemuda berambut hitam itu.
Namun, berbeda dari kelihatannya, itu bukan hanya sekedar badai gurun biasa.
Memperlihatkan bayangan hitamnya yang besar, seekor monster kalajengking raksasa berlari dengan kecepatan yang mengerikan menuju pemuda tersebut.
Semakin dekat dan semakin dekat.
Tapi, raut wajah pemuda itu sama sekali tidak berubah, memegang pedang berbilah putih yang merupakan sebuah pedang suci, pemuda itu terlihat sangat tenang ketika monster kalajengking raksasa itu mendekatinya.
"Haruto, bersiaplah, dia sudah dekat," ujar seseorang dengan suara feminim dari seorang gadis yang memperingatkan pemuda tersebut.
Suara itu tidak lain berasal dari pedang itu sendiri. Dia merupakan salah satu dari [Sembilan Pedang Surgawi] yang ada di dunia ini, [Pedang Naga Suci], Luca.
Saat pemuda itu, yang dipanggil Haruto, mendengar peringatan dari rekannya, dia menarik nafas dalam-dalam dan bersiap untuk bertarung.
"Luca, ayo kita cepat-cepat selesaikan ini dan kembali ke tempat semua orang," ujar Haruto dengan senyuman berani yang tenang.
"Jangan khawatir, jika itu bersama Haruto, kita pasti bisa melakukannya!" balas Luca yang penuh akan kebanggaan dan rasa percaya diri.
Pada saat itu juga, menggenggam erat pedang sucinya, Haruto menatap tajam ke arah monster kalajengking itu.
"Keeeeiiikkk—!!!" Monster itu berdesis.
Sesaat kemudian—
'Bum!'
Tanpa pikir panjang, Haruto langsung menerjang ke arah monster itu dengan kecepatan kilat. Ledakan kuat terdengar dari langkah kakinya. Dia melesat dengan semua kekuatan yang dia miliki, dan hanya dalam sekejap mata—
'Shing!'
—Dia berhasil membunuh monster itu dengan memotongnya menjadi beberapa bagian.
****************
—Kekaisaran Suci Ein, Ibukota Eintern.
"Berhenti kau pencuri sialan! Kali ini aku pasti akan menangkapmu!" teriak seorang pemilik kios buah ketika dia mengejar seorang anak kecil yang telah mencuri buahnya.
"Hah! Hah! Hah!"
Anak itu dengan sekuat tenaga terus berlari sambil memeluk erat semua buah yang telah dia curi, nafasnya terengah-engah.
Tapi, nasip buruk menimpanya, ketika dia terus berlari, tanpa sengaja dia menabrak seseorang dan membuat dirinya terjatuh.
"Aduh!"
Akibatnya, semua buah yang dia bawa juga ikut terjatuh, mereka berserakan di tanah.
Melihat itu, dia dengan buru-buru mencoba untuk memungut kembali buah-buahnya. Namun, saat itu juga pemilik kios telah berhasil mengejarnya. Dia tersentak ketika tanganya langsung di tarik oleh lengan yang besar.
"Kena kau!"
"Egh! Lepaskan aku!!" jerit anak laki-laki itu yang memberontak dan mencoba untuk melepaskan genggaman tangan pemilik kios tersebut. Tapi, terlalu banyak perbedaan kekuatan di antara orang dewasa dan anak kecil.
"Ahahaha! Sekarang kau sudah tidak bisa kemana-mana lagi! Aku akan menyerahkanmu kepada penjaga agar mereka mengurungmu di penjara, dan aku juga akan mendapatkan kompensasi karena telah menangkap pencuri!" ungkap pemilik kios itu dengan seringai kejam.
Mendengar itu, wajah anak itu langsung pucat.
"Ti-Tidak! Lepaskan aku! Aku tidak ingin dipenjara! Aku masih memiliki adik perempuan yang harus kuhidupi! Tolong lepaskan aku!" jerit anak itu yang mencoba untuk memelas.
"Dasar bodoh, ini salahmu sendiri karena mencuri! Aku tidak peduli dengan alasanmu, aku tetap akan menyerahkanmu ke penjaga! Ayo pergi!" tolak pemilik kios itu dan tanpa belas kasihan dia menyeret anak tersebut secara paksa.
Tapi, anak itu masih terus mencoba untuk melawan. "Lepaskan aku!" Dia putus asa.
Sedangkan orang-orang yang berlalu lalang saat melihat kejadian itu hanya mengabaikannya dan beberapa mulai berkumpul untuk menonton mereka tanpa ada niat untuk menolongnya.
Namun, tiba-tiba seorang gadis kecil muncul dari balik kerumunan tersebut, dan langsung berlari untuk menolong anak laki-laki itu.
"Lepaskan Onii-chan!!" teriaknya sambil mengigit lengan pemilik kios tersebut.
"Khh! Dasar bocah sialan!!" rintih pemilik kios itu, dan kemudian, tanpa pikir panjang dia langsung mengayunkan tinjunya ke arah gadis kecil itu dengan penuh amarah. "Rasakan ini!" pekiknya.
Tapi—
"Kau tidak boleh melakukan itu, paman."
—Seseorang menghentikan tinjunya hanya dengan satu tangan.
"Kau?" Alis mata anak laki-laki itu terangkat ketika dia melihat siapa yang menolongnya.
Orang itu adalah orang yang sebelumnya dia tabrak. Dari suaranya, dia terdengar seperti seorang gadis remaja, tapi anak itu tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas karena dia memakai tudung berwarna putih yang hanya memperlihatkan bagian mulutnya yang tersenyum.
"Siapa kau?! Jangan menghalangiku! Mereka setiap hari terus mencuri buahku! Jadi mereka pantas untuk mendapatkan ini!!" bentak pemilik kios itu kepada gadis tersebut.
"Bisakah anda tenang dulu? Aku yang akan membayar semua buah yang telah mereka curi. Apa segini sudah cukup?" balas gadis itu sembari memberikan kantong yang penuh uang.
Saat pemilik kios mengambil dan membukanya untuk memastikan uang tersebut, matanya terbuka lebar.
"Koin platinum?!" pekiknya dengan terkejut.
Melihat jumlah uang yang dia dapatkan, tubuh pemilik kios itu mulai gemetar ketakutan.
Dia langsung paham ketika melihat puluhan koin platinum yang dia terima, jika orang yang ada depannya sekarang bukan sekedar orang biasa. Karena satu-satunya yang memiliki koin platinum di negara ini hanya seorang bangsawan besar atau keluarga kerajaan saja. Dia menelan ludahnya ketika melihat sosok bertudung putih tersebut.
"Apa itu kurang?" tanyanya dengan nada lembut.
"Ti-Tidak, ini sudah cukup! Tolong maafkan aku! Aku akan pergi sekarang!" jawab pemilik kios itu dengan wajah yang ketakutan dan langsung melarikan diri begitu saja.
Setelah pemilik kios itu pergi jauh, gadis bertudung itu mulai memperhatikan kedua anak yang telah dia selamatkan itu.
"Apa kalian berdua baik-baik saja? Apa paman itu melukai kalian?" tanyanya sambil berjongkok di depan mereka.
Tapi, anak laki-laki itu menatap tajam ke gadis bertudung itu dengan penuh waspada.
"Kenapa kakak menyelamatkan kami? Apa Onee-san ingin sesuatu dari kami? Aku akan melakukan apapun yang Onee-san inginkan, tapi tolong jangan lukai adikku!" ujar anak laki-laki itu sembari melindungi adiknya yang bersembunyi di belakangnya.
Mendengar itu, gadis bertudung itu tersenyum, dia tertawa, yang membuat anak itu sedikit terkejut. Kemudian, gadis itu mengelus kepala anak laki-laki itu dengan lembut.
"Kau benar-benar seorang kakak yang berani. Jangan khawatir, Onee-san tidak akan melakukan apapun kepada kalian, tapi itu jika kalian mau berjanji untuk tidak akan mencuri lagi, jika kalian lapar, kalian bisa pergi ke alun-alun yang ada di pusat kota, kakak selalu membagikan makanan gratis di sana, apa kalian mengerti?" ucapnya.
"...." Anak laki-laki itu hanya terdiam.
Ini adalah pertama kalinya dia melihat ada orang yang mau berbuat baik kepada mereka. Itu membuatnya kembali sadar bahwa di dunia ini yang busuk ini juga masih ada orang baik sepertinya.
"Baiklah, aku berjanji!" ucapnya dengan senyuman yang ceria, menghilangkan sikap waspadanya kepada gadis itu. "Aku tidak akan mencuri lagi!"
"Anak baik!" balas gadis itu tersenyum lebar dan mengacak-acak rambut anak itu.
"Ahahaha! Tolong hentikan itu kak!" Anak itu mengeluh, tapi bukan berarti dia membencinya.
Setelah selesai dengan urusannya, gadis itu berdiri kembali. "Baiklah, Onee-san pergi dulu, masih ada urusan yang harus Onee-san selesaikan. Jaga diri kalian baik-baik, dadah!" ujar gadis itu dan dia segera pergi meninggalkan mereka berdua.
Namun, ketika dia hendak pergi, anak laki-laki itu memanggilnya sekali lagi, dia berteriak.
"Tunggu, Onee-san, tolong beritahu aku namamu!"
Saat itu juga, gadis itu berhenti, dia berbalik dan membuka jubah putihnya. Di sana, dia tersenyum tipis. Rambut hitam panjangnya tergerai lurus di belakangnya, bersama mata violetnya yang indah, dia menatap kedua anak itu dengan hangat.
Melihat itu, kedua anak tersebut langsung terpesona oleh kecantikannya, tidak hanya mereka, bahkan orang-orang yang kebetulan berada di sana juga memperlihatkan reaksi yang sama. Mereka semua terpikat kepada gadis itu, seolah-olah dia adalah malaikat yang baru turun dari langit.
Kemudian, dengan senyuman yang indah, dia berkata, seketika suara manisnya berdering di telinga mereka, seperti sebuah nyanyian peri yang dengan jahil berbisik di hati mereka.
"Hmm~ itu benar. Kalian bisa memanggilku dengan nama 'Shina'. Itu adalah nama dari seorang adik perempuan yang memiliki kakak laki-laki terhebat di seluruh dunia!"
Gadis itu tersenyum lebar.
****************
Ketika itu juga, di saat yang bersamaan.
"Hacchuu!" Aku bersin.
"Ada apa, Riku? Apa kau pilek?"
"Tidak, rasanya kayak ada orang yang lagi membicarakanku… Yah, terserahlah, aku yakin itu hanya perasaanku saja. Mari lanjut mencangkul, masih banyak tempat yang harus kita tanami pohon."
Saat ini, bersama dengan Alicia, aku menanam pohon-pohon kecil untuk memulihkan kembali hutan yang telah hangus ini. Aku berkerja keras untuk membayar semua kekacauan yang telah kami lakukan.
Tapi, ini benar-benar bukan pekerjaan yang mudah.
"Huuaaah!! Alicia-sensei! Alicia-sensei! Tolong aku! Semut ini mengigitku dan tanganku tiba-tiba berubah menjadi batu!!"
"Tunggu, Riku! Itu sarang semut Medusa! Jangan banyak bergerak! Semut-semut itu sudah mengepungmu! [Recovery]! [Recovery]! [Recovery]! [Recovery]…"
"Huaaahhhh—!!"
Seperti yang kalian lihat, ini bukan pekerjaan yang mudah. Di dunia ini, bahkan seekor semut pun bisa membunuhmu.
....
....
....
....
....
....
[Bersambung~]
=Pesan Author=
[Halo semuanya, terima kasih banyak karena telah membaca novelku "Go to Another World with The Beautiful Goddes". Saya selaku Authornya, mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kalian yang terus mendukung karyaku.
Akhirnya selesai juga untuk Arc pertama dari novel ini, [Chaos in the village of the Elf]. Selanjutnya akan mulai masuk ke Arc kedua [The Fallen Heroes], di mana akhirnya Riku akan bertemu dengan teman sekelasnya. Tapi, sebelum itu, akan ada Spin-off tentang Shinomiya Riku yang menceritakan masa lalunya. Cerita ini mungkin akan sedikit berbeda dari cerita utamanya yang santai, karena masa lalu Riku dipenuhi akan kesedihan.
Jika kalian tertarik, kalian bisa membacanya nanti, tapi aku juga tidak akan memaksa kalian, karena cerita Spin-off ini tidak memiliki hubungan apapun dengan cerita utamanya. Nikmati saja apa yang menurut kalian seru.
Jika kalian suka, kalian bisa meninggalkan komentar untuk kubaca, karena komentar kalian adalah satu-satunya penyemangat bagiku untuk bisa terus menulis.
Sekali lagi, terima kasih untuk semua pembaca yang telah membaca karya ini. Semoga kalian menikmati karya-karya author selanjutnya]