Chereads / Go to Another World with The Beautiful Goddess / Chapter 22 - Chapter 21: Mempertemukan kembali dirimu dan diriku

Chapter 22 - Chapter 21: Mempertemukan kembali dirimu dan diriku

Dalam menciptakan Homunculus, aku memerlukan tiga bahan.

Pertama, tubuh dari mayat yang masih segar.

Kedua, bahan dari seekor monster.

Terakhir, aku memerlukan batu filsuf.

Tapi, untuk bisa membuka fitur tersebut, aku juga memerlukan skill [System Alchemist]ku berada di level maks. Untungnya, berkat poin obatku yang melimpah dan bahan yang dikumpulkan para Elf, aku bisa menaikkan level skillku dengan cepat.

Jujur saja, jika bisa aku tidak ingin menggunakan cara ini. Karena ini adalah kekuatan yang terbilang tidak manusiawi.

Aku dapat membangkitkan orang yang sudah mati, itu mungkin terdengar hebat. Namun, sebagai gantinya, aku harus mengubah tubuh dari orang itu menyatu dengan tubuh dari seekor monster. Rasanya kayak aku mempermainkan tubuh dari mayat seseorang secara seenaknya. Hanya memikirkannya saja itu sudah membuatku mual.

Ngomong-ngomong, ini juga adalah rencana yang sebelumnya pernah aku bahas dengan Alicia, dan rencana yang kutolak dengan keras.

Aku tidak percaya sekarang aku malah harus menelan ludahku sendiri.

Ya ampun, ini menyebalkan.

"Maafkan aku, Elvy-chan. Kau bebas untuk mengutukku atau apapun itu nanti. Tapi, tolong izinkan aku untuk menggunakan tubuhmu sebagai wadahnya," ujarku dengan penuh rasa bersalah.

Saat itu juga, aku mulai melakukan penciptaan Homunculus. Di sini aku akan menggunakan Elvy sebagai syarat dari mayat segar, dan untuk bahan dari monsternya. Aku membuka [Inventory]ku, dan di sana aku mengambil item yang sebelumnya pernah kudapatkan ketika sedang mencari makanan.

[Gigi sang Naga Kehancuran, Ragnarok]

Dari namanya yang mengerikan, seharusnya dia merupakan monster yang kuat. Aku akan menggunakan itu sebagai syarat bahan monsternya.

"Sekarang hanya tinggal batu filsufnya."

Aku membuka [Padu Bahan] dan mencari batu filsuf dari semua daftar barang yang bisa kuciptakan. Di sana, aku menemukannya di bagian paling bawah, dan aku langsung menekannya.

[Batu Filsuf]

[Batu legendaris yang diharapkan dapat mengubah material apapun menjadi emas dan juga dapat memberikan keabadian. Pencarian terakhir sebagai seorang Alkemis sejati.]

[Bahan yang diperlukan: 100.000 poin mana]

"Uuh…"

Melihat jumlah bahan yang diperlukan untuk membuat satu batu filsuf, bahuku merosot dengan murung.

Aku tidak percaya itu akan semahal ini, aku memang memiliki jumlah poin mana yang cukup untuk membuatnya, tapi itu akan hampir menghabiskan semua poin mana yang kumiliki.

Saat ini jumlah poin mana yang kumiliki sekitar 102.493. Itu semua berkat bahan-bahan dari monster yang dikumpulkan oleh para Elf itu dan juga Crsyta yang sebelumnya kudapatkan. Jika di sini aku membuat satu batu filsuf, itu akan menguras poin manaku dalam jumlah yang banyak.

"Aarrggh! Terserahlah! Aku tidak memiliki waktu lagi untuk ragu!"

'Klik!'

Aku menekan tombol [Mulai Padu], dan beberapa detik kemudian batu filsuf itu berhasil dibuat, dengan mengorbankan sejumlah poin mana yang banyak.

Pada saat itu juga, aku mulai meletakkan semua bahan-bahan yang kuperlukan itu menjadi satu di dekat tubuh Elvy dan membuka kembali [System Alchemist]ku.

Di sana aku tanpa ragu langsung menekan fitur [Penciptaan Homunculus].

"Aku tidak percaya aku akan menggunakan batu filsuf yang telah kuinginkan selama ini untuk sesuatu yang seperti ini. Ini sedikit menyakitkan."

[Apakah anda ingin menciptakan Homunculus?]

[Yes/No]

Melihat panel itu muncul di depanku, aku menarik nafas dalam-dalam.

Setelah memastikan bahwa aku sudah siap sepenuhnya, aku menekan tombol [Yes].

'Klik!'

"—Wooh!!"

Pada saat yang bersamaan, tubuh Elvy dan semua bahan yang kuletakkan itu tiba-tiba tertelan oleh asap hitam yang bergejolak seperti angin topan, itu membuatku terkejut.

Aku sedikit mundur ke belakang ketika melihat asap hitam itu yang mulai menjadi semakin besar dan besar.

Menyaksikan semua kejadian itu, aku menahan nafasku.

"Apa ini berhasil?"

Tapi, selagi aku memikirkan hal itu, Rodan mulai memperhatikan apa yang sedang kulakukan. Dia menatapku dengan tajam.

Saat aku merasakan hawa dingin yang menusuk dari tatapan naga itu, dengan cepat aku berbalik melihatnya.

Di sana, meskipun dia terus menerus diserang oleh para Elf, seolah-olah semua serangan itu hanya sebatas gigitan semut baginya, dia menatap lurus tepat ke arahku tanpa memperdulikan semua serangan para Elf.

"Aku tidak tau apa yang sedang kau rencanakan, tapi jangan pernah berpikir jika aku akan membiarkanmu begitu saja! Aku tidak akan lengah lagi seperti sebelumnya, kali ini akan kupastikan aku membunuhmu!!" teriak Rodan dan tanpa pikir panjang dia langsung mengeluarkan nafas apinya kepadaku.

Melihat itu, aku tertawa kaku.

"Ini gawat."

Saat ini aku tidak bisa meninggalkan tempat ini karena penciptaan Homunculus itu masih belum selesai. Sedangkan aku tidak memiliki kekuatan untuk menahan serangan dari nafas api naga itu.

"Serius, apa yang harus kulakukan?"

Selagi aku memikirkan hal itu, Rodan telah siap dengan nafas apinya.

Ini gawat, ini benar-benar gawat!

"Tu-Tunggu! Mari kita bicarakan ini baik-baik!! Aku yakin kita bisa menyelesaikan ini dengan bicara! Kunci dari kedamaian itu adalah komunikasi! Jadi jika kita saling berkomunikasi, aku yakin kita bisa saling mengerti!!" jeritku dengan terburu-buru, yang mencoba untuk mengulur waktu.

Tapi—

"Tidak ada yang perlu dibicarakan denganmu!! Matilah kau bocah sialan!!" pekik Rodan, dan dia langsung menyemburkan nafas apinya ke arahku.

Di saat yang bersamaan, aku merasakan hawa dari api panas itu yang mulai mendekatiku.

Sial, apa masih belum selesai?

Aku menoleh ke belakang, dan asap hitam itu masih belum menghilang, aku mengernyit.

Itu artinya penciptaannya masih belum selesai, jika aku meninggalkannya di tengah jalan, itu akan mengacaukan penciptaannya, jadi aku tidak bisa melarikan diri begitu saja.

Apa yang harus kulakukan?

Tapi, selagi aku terus mengkhawatirkan hal itu, tiba-tiba sebuah notifikasi muncul di depanku.

[Selamat! Penciptaan Homunculus anda berhasil!]

Melihat itu, senyuman lebar terlukis di wajahku.

Seketika—

'Bum!'

Sebelum aku terkena semburan api tersebut, aku memejamkan mataku, dan saat itu juga, aku menyadari bahwa kakiku sudah tidak menyentuh tanah lagi. Tubuhku terbang dengan ketinggian yang sangat memusingkan.

Saat ini, seseorang menggendongku di rangkulannya layaknya seorang putri, dia tersenyum lembut dan berkata dengan suara familiar yang sangat kurindukan.

"Apa kau tidak terluka, Riku-san?" tanya Elvy, dengan wajah polosnya seperti biasa.