—Aku gagal.
Aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal, aku gagal—
....
Aku telah gagal.
....
"TIDAAKKKKKKKKKKKK—!!!"
Selagi aku meratapi kematian Elvy dengan tatapan yang kosong, suara jeritan yang menyakitkan berdengung keras memekakkan telingaku.
Saat aku menoleh ke sumber teriakan itu, aku melihat Mila yang dengan histeris mulai berlari ke arah setengah tubuh bagian atas milik Elvy. Sembari menangis dengan keras dia memeluk tubuh gadis itu yang dingin.
Sedangkan aku, terbaring di atas tanah, hanya bisa menatap mereka dari jauh.
Karena dorongan Elvy sebelumnya, aku terjatuh dari atas pohon dan mengalami patah tulang di kaki kiriku, sehingga membuatku sulit berjalan.
Kakiku terus menjerit dengan rasa sakit yang luar biasa ketika aku perlahan-lahan mulai merangkak ke arah tubuh Elvy juga, tapi aku sama sekali tidak memperdulikannya. Mata kosongku hanya terus menatap ke arah mayat Elvy yang telah terpotong dengan kejam.
Aku tidak menjerit, bahkan air mata setetespun tidak keluarkeluar dari mataku.
Ini benar-benar mengejutkan.
Sejak kapan aku mulai berhenti menangis?
Mungkinkah sebenarnya aku bukan manusia?
Ya ampun, apa yang kupikirkan, Ini bukan saatnya untuk memikirkan sesuatu yang tidak penting seperti itu. Aku harus segera bangun dan memberi perintah kepada para prajurit Elf itu untuk mundur.
—Tapi, kenapa aku harus melakukannya?
Karena aku telah gagal, jadi aku harus mundur, dan kemudian membuat rencana lagi untuk menyerang naga itu.
—Huh? Apa yang kupikirkan?
Elvy mati, dan naga itu masih hidup.
Benar, karena itulah aku harus mundur dan memikirkan kembali rencana lain untuk mengalahkannya. Ini masih terlalu cepat untuk menyerah, aku harus segera bergerak.
—Aku harus pergi ke tempat Elvy terlebih dahulu.
Tapi, untuk apa? Bukankah dia sudah mati?
—Apa aku bisa menghidupkannya kembali dengan [Heal Potion] tingkat tinggi milikku?
Tidak, itu mustahil.
—Lalu, apa yang harus kulakukan?
Elvy sudah mati, dan orang yang sudah mati tidak akan pernah bisa hidup lagi.
—Tapi, aku tidak ingin dia mati. Apa yang harus kulakukan untuk menghidupkannya kembali?
Elvy sudah mati. Dia sudah tidak tertolong lagi.
Sebaiknya aku harus segera bangun dan memberi perintah kepada para Elf untuk mundur.
—Setelah itu, aku juga harus pergi untuk menyelamatkan Elvy.
Huh? Untuk apa aku menyelamatkannya?
Bukankah dia sudah mati?
Menyerahlah, dia sudah mati.
—Tidak, dia masih bisa diselamatkan.
Tidak! Diamlah! Elvy sudah mati!
Sial, kepalaku terlalu banyak menerima informasi dan tidak bisa berpikir dengan jernih di saat seperti ini. Segalanya terasa sangat tidak penting ketika keputusasaan ini bersemayam di jiwaku.
Aku tidak bisa terus seperti ini.
Aku harus melakukan sesuatu untuk bisa menyusun semuanya kembali.
Aku sadar dengan itu, tapi—
"Elvy..."
—Tidak, bukan itu, dia sudah mati. Aku harus bisa berhenti untuk memikirkannya lagi dan fokus untuk mengatasi kekacauan ini terlebih dahulu.
"Elvy... Elvy..."
Sial sial sial! Betapa bodohnya aku! Berhenti memikirkan sesuatu yang tidak penting!
Ayolah, aku harus bergerak!
Aku tidak memiliki waktu untuk memikirkan sesuatu yang sudah tidak ada.
Aku harus segera mundur sekarang juga.
—Elvy mati.
"Elvy, Elvy, Elvy..."
—Elvy mati, Elvy mati, Elvy mati, Elvy mati, Elvy mati, Elvy mati, Elvy mati, Elvy mati, Elvy mati...
Mati, mati, mati, mati, mati, mati, mati, mati, mati, mati, mati, mati, mati, mati, mati, mati, mati, mati, mati, mati, mati, mati, mati, mati, mati, mati, mati, mati, mati, mati, mati, mati, mati...
Uuh, sial, kurasa ini percuma saja.
Tubuhku tidak ingin bergerak sesuai dengan yang kupikirkan. Pikiran dan perasaanku terpecah belah, aku tidak bisa mengendalikannya dengan benar.
—Apa yang harus kulakukan?
Apa yang harus kulakukan?
….
….
….
….
….
….
("Riku, pergilah dan kalahkan naga itu!")
"Ali… cia…"
Ketika aku mulai tenggelam dan tenggelam di dalam keputusaaanku sendiri, dengan cahaya yang menghangatkan, suara Alicia menyadarkanku kembali dari dalam kegelapan yang kejam itu.
"?!" Mataku terbuka lebar.
Layaknya sebuah fatamorgana, aku dapat melihat siluet Alicia yang tersenyum lembut kepadaku.
Melihat itu, aku menarik nafas dalam-dalam, dan kemudian menampar wajahku dengan keras.
'Plak!'
Setelah itu, dengan tatapan mata yang tegas, aku akhirnya mendapatkan kembali akal sehatku.
"Ya ampun, dewi itu benar-benar ngerepotin saja. Kalo dah gini kan, aku terpaksa harus menghajar naga itu sampai dia mampus," cetusku dengan semangat yang membara, dan mulai bangkit kembali dengan semua kekuatan yang kumiliki.
Aku mengambil [Heal Potion] dari [Inventory]ku dan meminumnya dengan cepat. Di saat yang bersamaan, patah tulang di kaki kiriku pulih, dan aku dapat bergerak kembali dengan leluasa.
"Ini lebih baik," celetukku.
Setelah itu, aku mengatur nafasku sebentar, dan berdiri dengan tegap. Kemudian, begitu aku mulai mengambil nafas dalam-dalam, aku langsung berteriak sekeras mungkin.
"INI MASIH BELUM BERAKHIR!! KITA BELUM KALAH!! JANGAN MENYERAH!! BERTARUNGLAH!! JANGAN MENYERAH!! KITA MASIH BELUM KALAH!!!" jeritku dengan sekuat tenaga.
"—?!"
Mendengar suara teriakanku tersebut, mereka semua tampak terkejut.
Aku tidak tau apakah itu cukup berdampak untuk membuat semua orang mendapatkan kembali ketenangan mereka atau tidak.
Tapi...
Sepertinya aku tidak perlu khawatir tentang itu.
"Kalian dengar itu?! Kita masih belum kalah! Komandan Riku menyuruh kita untuk bertarung! Ini masih terlalu cepat untuk kita menyerah! Kerahkan semua yang kalian miliki! Perlihatkan semangat prajurit kalian kepada naga itu! Kita masih belum kalah!" teriak Rezim dengan senyuman lebar yang penuh akan semangat juang.
Saat mendengar itu, semua orang mulai mengangkat suara mereka satu per satu.
"Oooohhh, kita masih belum kalah!!"
"Mari kita tunjukkan kepada naga sialan itu kekuatan kita yang sebenarnya!!"
"Hidup Komandan Riku!!"
Melihat semua orang yang mulai termotivasi kembali, aku tersenyum. Pada saat itu juga, aku memberikan jempolku kepada Rezim, dan dia juga membalasku dengan jempolnya.
Baiklah, kurasa aku bisa menyerahkan bagian sini kepadanya. Dia benar-benar teman yang bisa diandalkan.
"Kalian benar-benar menjengkelkan!! Tidak bisakah kalian mati dengan tenang!! Menganggu saja!!" teriak Roden saat dia mulai mengamuk lagi dan menghancurkan semua yang ada di sekitarnya tanpa pandang buluh.
Untuk sekarang, kelompok Regim akan menahan naga itu, jadi selama waktu itu aku harus menyelesaikan urusanku juga secepatnya.
Memastikan bahwa semuanya sudah aman, aku segera berlari secepat mungkin.
Tujuanku adalah tubuh Elvy yang saat ini telah menjadi mayat dingin. Aku mengambil bagian bawah tubuhnya dan dengan hati-hati membawanya berlari ke tempat tubuh bagian atasnya, yang saat ini berada dipelukan Mila.
Wanita itu masih menangisi kematian Elvy dengan raut wajah yang mengerikan, tubuhnya dipenuhi oleh luka-luka dan kotoran, yang membuatnya kehilangan keanggunannya sebagai seorang wanita dewasa.
Aku segera menghampiri wanita itu dan meletakkan tubuh bagian bawah Elvy di dekat tubuh bagian atasnya. Tapi, pada saat aku ingin mengambil tubuh bagian atasnya dari Mila, dia memukul tanganku.
"Jauhi tangan kotormu itu dari Elvy, dasar manusia!" ujarnya sambil melototi dengan tajam, yang membuatku tanpa sadar menahan nafas.
"—Hk?!"
Itu adalah ancaman yang serius.
Aku dengan jelas merasakan hasrat membunuh yang besar dari balik kata-katanya.
Ya ampun, ini benar-benar merepotkan.
Padahal di sini aku sudah tidak memiliki waktu lagi untuk mengurusinya. Saat ini semua orang tengah berjuang keras menahan naga itu, jadi aku harus secepat mungkin melakukan tugasku.
"Mila-san, kumohon dengarkan aku sebentar!!"
"Tidak! Pergilah! Tinggalkan aku sendiri!!" teriak Mila menolak dengan keras.
Mendengar itu, aku mendecakkan lidahku dengan kesal, dan kemudian tanpa ragu—
'Plak!'
—Aku menampar muka wanita itu dengan keras.
"Huh?"
Dia terlihat terkejut, matanya terbuka lebar.
Tapi, aku mengabaikannya dan menarik kerah bajunya dengan kasar sambil menatapnya dengan kesal.
"Dengarkan aku, Mila-san!! Aku memiliki cara untuk menghidupkan Elvy kembali!! Tapi, ini bukan cara yang terbilang manusiawi! Aku tidak peduli kalian ingin mengutukku atau menghinaku karena telah menggunakan cara ini kepada teman kalian! Tapi, hanya ini satu-satunya harapan kita untuk bisa memenangkan pertarungan ini!!"
Aku membenturkan kepalaku dengan keras ke kepala Mila dan mengatakan itu tepat di depan wajahnya.
"…."
Awalnya, Mila hanya terdiam membisu.
Tapi, perlahan-lahan, dia mulai mendapatkan kembali ketenangannya.
Dia melepaskan tanganku dari kerah bajunya, itu membuat alis mataku terangkat dengan heran. Namun, mengabaikan reaksiku, dia mulai menarik nafas dalam-dalam sambil menghapus air matanya.
Setelah itu—
'Plak! Plak!'
"Eh?!"
—Wanita itu tiba-tiba menampar pipinya sendiri dan langsung berdiri dengan cepat.
"Yosh, Onee-chan akan berusaha lebih keras lagi loh~!!" teriaknya sambil mengepalkan kedua tangannya tinggi-tinggi.
Melihat itu, aku hanya bisa terdiam.
Tapi, kemudian dia menepuk pundakku, dan berkata dengan senyuman lembut.
"Onee-chan akan mempercayaimu sekali lagi! Onee-chan tidak tau apa yang ingin kau lakukan. Tapi, jika itu bisa menyelamatkan El-chan dan semua orang! Lakukan lah! Jika kau dikutuk karena itu, Onee-chan juga akan mengemban kutukan itu bersamamu!!" ucapnya.
"…."
Mataku terbuka lebar ketika mendengar itu.
"Kalau begitu, Onee-chan juga akan ikut mengulur waktu untukmu! Akan Onee-chan buat naga itu membalas perbuatannya karena telah membuat adik manis Onee-chan menjadi seperti mainan!!" ujarnya dan mulai berjalan ke arah naga itu.
Saat itu juga, Mila mulai merampalkan sihirnya sekali lagi, tapi kali ini bukan sihir tingkat mitos. Karena dia telah kehabisan banyak kekuatan sihir akibat pertarungan sebelumnya, dia hanya bisa menggunakan sihir tingkat tinggi.
Tapi, itu saja sudah cukup untuk memberikan dampak yang kuat kepada naga itu.
"Terimalah kesedihan dari Onee-chan, dasar naga jelek!" ejek Mila dengan air mata yang masih terbenam di wajahnya.
Di saat yang bersamaan, puluhan sihir [Wind Blast] muncul dan menyerang naga itu bertubi-tubi.
'Bum! Bum! Bum!'
Melihat itu, mataku terkagum-kagum.
Mereka semua benar-benar sangat luar biasa.
"Baiklah, kurasa di sini aku juga akan memulai tugasku," ujarku dengan senyuman lebar, dan mulai membuka panel status yang kumiliki.
Di sana, aku menekan kolom skill.
'Klik'
Tiba-tiba panel baru muncul dan memperlihatkan isi dari skill yang kumiliki saat ini.
[Skill: System Alchemist (lv.100/100)]
Aku membukanya, dan aku langsung menekan fitur baru yang sudah terbuka dari skillku tersebut.
Di sana dengan jelas tertulis—
[Penciptaan Homunculus]