"Aku benar-benar minta maaf!!" teriakku dengan sangat keras sembari bersujud di hadapan sang dewi yang secara tidak sengaja kubawa ke dunia ini.
Melihat itu, sang dewi menghela nafasnya. "Sudahlah, kesampingkan itu untuk nanti. Sekarang sebaiknya kita segera pergi dari hutan ini, karena suaramu mungkin saja para monster akan datang," ujarnya dengan serius.
Yah, seperti yang diduga dari sang dewi, tidak hanya dadanya, dia juga memiliki hati yang besar.
"Tentu saja, kau akan bertanggung jawab untuk membawaku pulang, kan, anak muda? Meskipun itu harus mengorbankan nyawamu sendiri, kan?" lanjut dewi itu sembari melihatku dengan senyuman paksa yang menakutkan. "Aku akan menghukummu dengan menyegel bagian bawahmu untuk selamanya jika kau gagal."
"Aku, Shinomiya Riku, bersumpah untuk melindungi anda apapun yang terjadi!!" Mendengar ancaman yang mengerikan itu, aku segera melantangkan sumpahku dengan sangat keras.
Tampaknya dia tidak berniat untuk mengesampingkan masalah ini begitu saja. Sebaiknya aku berhati-hati mulai sekarang untuk tidak membuat dia marah.
"Baiklah, anak muda— tidak, aku akan memanggilmu Riku saja, apa kau tidak masalah?" tanya dewi itu sembari dia membantuku untuk berdiri.
"Tentu saja, apapun keinginan anda, Kami-sama. Anda bebas memanggilku dengan sebutan atau hinaan apapun. Budak ini siap untuk melakukan apapun demi anda," jawabku dengan tatapan polos yang penuh percaya diri.
Dewi itu terlihat agak jijik, tapi dia tampaknya tau jika aku hanya bercanda, jadi dia tidak menganggapnya terlalu serius.
"Tidak, kau tidak perlu sampai sejauh itu. Yah, karena sekarang aku sudah ada di sini, aku hampir tidak memiliki kekuatan untuk bertarung, jadi aku hanya bisa bergantung denganmu."
Tidak memiliki kekuatan?
Apa maksudnya itu?
Mungkinkah?
"Kau sepertinya bingung, tapi seperti yang kau tebak. Aku sudah tidak bisa lagi membaca isi pikiranmu, kekuatanku untuk melihat melalui apapun telah hilang. Meskipun aku masih memiliki beberapa sihir penyembuhan, dan sihir lainnya, tapi aku hampir tidak bisa menggunakan kekuatan ilahiku. Ini benar-benar menyebalkan."
"Kenapa?" tanyaku yang masih kebingungan.
"Yah, aku sendiri juga kurang tau. Tapi, yang jelas, aku sudah tidak bisa menggunakan kekuatanku sebagai seorang dewi lagi, untuk itulah aku akan bergantung kepadamu, Riku," ujar sang dewi dengan senyuman lembut sambil menatapku.
"…."
Aku memikirkan kembali apa yang dia katakan.
Karena penalti turun ke dunia manusia, dia tidak bisa lagi menggunakan kekuatannya. Jika seperti itu, artinya aku harus menjadi penjaganya selama aku berada di dunia ini, apa begitu?
Aku harus melindunginya dari bahaya apapun dan terus bersamanya untuk mencari cara membawanya kembali pulang ke kayangan.
Apa itu artinya kami harus pergi berpetualang bersama?
Ya ampun, ini benar-benar merepotkan.
Tapi...
Yah, apa boleh buat, ini juga salahku sendiri karena telah membawanya ke sini, jadi aku harus bertanggung jawab untuk melindunginya.
Benar, apa boleh buat, kan?
"Kau sepertinya kelihatan sangat senang." Seakan membaca ekspresiku, sang dewi tersenyum jahil sembari menatap wajahku.
"Ti-Tidak, bukan seperti itu!" Itu membuatku terkejut, dan aku dengan buru-buru segera memalingkan pandanganku darinya.
Dewi itu tertawa kecil ketika dia melihat reaksiku yang seperti perjaka. Meskipun aku memang seorang perjaka.
Sial, apa dia berbohong kalau dia sudah tidak bisa membaca isi pikiranku lagi?
"Baiklah, untuk sekarang mari kita bekerja sama untuk keluar dari hutan ini dengan selamat," ujar sang dewi sembari melihat daerah di sekitarnya.
Saat ini, kami berada di sebuah hutan belantara yang bahkan aku sendiri dapat merasakan hawa yang sangat berbahaya di sekitar hutan ini. Instingku terus berteriak untuk segera keluar dari hutan ini.
Tapi, serius, sebenarnya di mana kami diteleportasi, kan?
Saat aku memikirkan hal itu dengan wajah yang bingung, dewi itu menjelaskannya di sebelahku.
"Kemungkinan besar ini karena kau keluar dari lingkaran sihir itu, jadi titik koordinatnya berubah, sehingga itu membawa kita ke hutan ini."
"Umm, apa kita tidak bisa keluar dari sini menggunakan sihirmu?"
"Maksudmu sihir teleportasi? Sayangnya aku gak punya. Satu-satunya cara kita untuk keluar dari sini hanya dengan usaha kita sendiri."
"Begitu ya…" Ini membuat perutku sakit.
Hutan ini benar-benar mengerikan.
Tapi, berbanding terbalik dariku yang pesimis, dewi itu tampaknya lebih optimis memikirkan masalah ini. Dia mengibaskan rambut emasnya dengan tangannya dan tersenyum dengan penuh percaya diri.
"Yah, jangan khawatir, Riku. Aku ada di sini untuk membantumu, meskipun kita tidak bisa keluar dari sini secara instan, setidaknya aku tau jalan keluar dari hutan ini."
"Eh, benarkah? Bagaimana caranya?"
"Fufu, kau tidak boleh meremehkanku. Meskipun aku tidak bisa memakai kekuatanku sebagai seorang dewi. Aku masih memiliki sebagaian dari kekuatanku. Aku masih bisa meminta bantuan kepada para roh yang ada di sini untuk memandu kita ke jalan keluar yang aman."
"Ooh, seperti yang diharapkan dari mantan dewi!"
"Siapa yang kau sebut 'mantan'?! Aku masih tetap seorang dewi!"
Mantan dewi itu memarahiku untuk sesuatu yang tidak kumengerti, jadi aku hanya mengabaikannya dan berdiri untuk melihat daerah di sekitarku.
Aku menyentuh salah satu dari batang pohon yang ada di sana.
"Seperti yang kuduga, ini bukan pohon yang kukenal. Sepertinya kita benar-benar berada di dunia lain, aku juga tidak pernah melihat tanaman yang seperti ini."
"Itu adalah bunga Lulu, itu beracun jadi sebaiknya tidak kau sentuh."
"Be-Begitu ya."
Tampaknya dunia ini lebih keras dari yang kuduga, aku harap aku bisa sampai ke kota dengan selamat sebelum aku mati karena keracunan bunga.
"Hei Riku, ayo kita pergi. Aku sudah berbicara dengan para roh yang ada di sini, tampaknya mereka tau jalan keluar yang aman dari para monster."
Mendengar hal tersebut, aku segera mengikuti dewi itu dari belakangnya sambil berhati-hati untuk tidak menginjak tanaman aneh yang tampak beracun.
****************
Untungnya, selama perjalanan tidak ada satupun masalah yang terjadi.
Seperti yang diduga dari mantan dewi, sekalipun dia kehilangan beberapa kekuatannya. Dia tetap seorang dewi yang bisa diandalkan.
Meskipun awalnya aku pikir ini akan menjadi perjalanan yang penuh tantangan, ternyata ini lebih mudah dari yang kupikirkan. Sesuai yang dikatakan dewi itu, para roh tampaknya menutun kami ke jalur di mana kami tidak akan bertemu dengan monster yang berbahaya.
Itu benar-benar sangat membantu, tapi entah kenapa ini sedikit membosankan.
Padahal aku sekarang berada di dunia lain, dunia fantasi di mana ada pedang dan sihir, jadi setidaknya aku ingin melihat seperti apa monster-monster yang ada di dunia ini.
Yah, jika kami terus mengikuti alur ini, kurasa kami akan sampai ke kota dengan cepat tanpa masalah sama sekali— atau, itulah yang kupikirkan.
'Buk!'
Selagi aku tenggalam di dalam pikiranku sendiri, tanpa ada angin yang berhembus, dewi itu tiba-tiba terjatuh tepat di depan mataku.
"Kami-sama!" Itu membuatku terkejut dan segera berlari menghampirinya. Aku dengan hati-hati mengangkatnya di lenganku. "Apa kau baik-baik saja?! Apa yang terjadi, Kami-sama?!"
"Hah.. hah, Riku…." rintihnya dengan lemah. Itu membuatku menjadi semakin panik.
Ugh, wajahnya sangat pucat.
Apa yang sebenarnya terjadi sampai bisa membuatnya menjadi seburuk ini?
"Apa ini serangan monster?! Ini buruk, jika kita terus berada di sini…"
Mungkinkah ada monster kuat yang menyerangnya dari jarak jauh?
Atau mungkin itu tipe monster yang tak terlihat?
Sial, aku terlalu meremehkan dunia ini! Jika saja aku lebih berhati-hati!! Ini pasti tidak akan terjadi!
Padahal aku sudah bersumpah untuk melindunginya! Kenapa di saat seperti ini aku malah gagal untuk melindunginya?!
Keparat!
"Riku… Tenanglah, ini, bukan… Monster…."
"Kami-sama! Tolong jangan bicara lagi, mungkin ini sejenis racun, jadi sebaiknya anda tidak banyak bergerak!"
Pertama-tama, kami harus mencari tempat yang lebih aman. Terlalu berbahaya untuk terus berada di sini jika monster itu masih belum diketahui keberadaannya.
"Ti-Tidak… Riku, dengarlah… Aku, hanya… Lelah….."
...
"…."
...
'Buk!'
"Aduh! Kenapa kau melepaskanku?!"
Hanya lelah? Apa maksudnya hanya lelah?
Apa hanya karena lelah dia bisa menjadi seburuk ini?
Kita bahkan belum ada berjalan lebih dari 10 menit dari titik awal, jadi bagaimana bisa dia menjadi seperti orang sekarat hanya dengan berjalan sebentar?
"Kami-sama, kau… hanya lelah? "
"Uuh, aku terlalu meremehkan dunia ini. Aku tidak percaya kekuatanku akan menjadi selemah ini ketika aku berada di sini. Maaf, Riku, tapi bisakah kau menggendongku untuk melanjutkan perjalanan, kakiku tidak mau bergerak."
"Kami-sama, boleh aku menanyakan sesuatu?"
"Huh, apa? Sekarang kita tidak memiliki waktu untuk itu, cepatlah gendong aku."
"Yah, aku tau itu. Tapi, sebelum itu, tolong jawab aku dengan jujur, kapan anda menggerakkan tubuh anda terakhir kali?" tanyaku.
"Menggerakkan tubuh? Apa yang sebenarnya kau tanya, kan?"
"Umm, yah, maksudku, kapan anda berolahraga terakhir kali?"
"Olahraga? Untuk apa dewi sepertiku melakukan hal semacam itu? Seorang dewi sekelas diriku tidak perlu melakukan sesuatu seperti diet atau olahraga hanya untuk sehat," jawab sang dewi seolah-olah itu adalah hal yang wajar.
Mendengar itu, aku mengangguk paham. "Terus, kapan anda terakhir kali makan dan minum?" tanyaku lagi.
"Oi, Riku, apa kau meremehkanku? Aku seorang dewi loh. Aku bahkan tidak memerlukan makan, minum, dan tidur hanya untuk hidup. Kami para dewi berbeda dengan mahkluk hidup seperti kalian, kau tau."
"…."
Setelah dewi itu mengatakan hal itu dengan wajah yang bangga, aku menghela nafas panjang dengan penuh penyesalan.
"Sepertinya dia akan menjadi lebih menyusahkan dari yang kupikirkan."