"Elf…" seruku dengan mata yang terbuka lebar.
Memiliki rambut pirang pendek yang sedikit ikal, kulit putih bersih yang terlihat kontras dengan alam, dan telinga runcing mungil yang sangat imut.
Aku terpesona dengan keindahan dari salah satu mahkluk dunia fantasi yang sangat terkenal itu, yaitu seorang Elf.
Ini adalah pertama kalinya aku melihat mereka secara langsung, dan seperti yang kuduga, mereka benar-benar sangat cantik.
Tapi, selagi aku diam terpesona oleh kecantikan dari gadis tersebut, tiba-tiba kami dikejutkan oleh suara raungan keras yang bergema sampai ke seluruh penjuru hutan ini.
"ROOOAAAARRRGGGHHH—!!!"
Saat mendengar suara raungan itu, wajah gadis elf tersebut langsung berubah menjadi pucat.
"Oh tidak, semuanya?!" Dia terlihat sangat panik dan gelisah. Kemudian, dengan menyesal dia membungkukkan kepalanya kepada kami. "Aku minta maaf karena tidak dapat berterima kasih kepada kalian dengan benar, karena aku harus segera pergi ke tempat semua orang. Jika kita bertemu lagi, aku pasti akan membalas jasa ini," ujar gadis elf tersebut dengan terburu-buru dan berniat untuk pergi.
Namun, begitu dia ingin melangkahkan kakinya, tubuhnya terhuyung-huyung seperti orang mabuk dan jatuh berlutut.
"Uuh..."
Saat itu juga, aku dengan refleks langsung berlari ke arahnya dan dengan serius mencemaskannya.
"O-Oi, apa kau baik-baik saja?" tanyaku.
Tapi, aku lupa dengan beban yang ada di punggungku saat ini, dan ketika aku berlari menghampiri gadis Elf tersebut, secara tidak sengaja aku membuat beban itu terjatuh.
"Aduh!"
Ah, aku lupa kalau dia masih ada di sana.
"Kau, apa yang kau lakukan?!" teriak dewi itu memarahiku sembari mengelus bagian pantatnya yang sakit karena aku secara tidak sengaja menjatuhkannya.
"Diamlah! Aku sudah menggendongmu cukup lama, jadi seharusnya kau sudah bisa bergerak sendiri sekarang! Jangan diam di situ saja, cepat bantu aku untuk mengantarnya ke tempat aman!!".
Selagi aku dan dewi itu mulai bertengkar lagi, gadis Elf itu membuka matanya, dan tatapan lelahnya seakan ingin mengatakan sesuatu.
Menyadari hal itu, aku mengabaikan dewi itu yang mulai menggeram dalam mode mengancam seperti seekor kucing yang makanannya akan direbut, dan memutuskan untuk mendengarkan baik-baik apa yang gadis Elf itu katakan.
"Di... Sebelah sana… Seharusnya, semua orang berkumpul di sana…" ucapnya dengan suara yang lemah sembari menunjuk ke suatu tempat.
Aku tidak tau apa yang ada di sana, tapi tampaknya itu akan menjadi tujuan kami selanjutnya, jika ini di dalam game, seharusnya di sana ada tempat yang aman.
Lagipula jalan untuk menuju ke kota telah tertutup berkat api yang semakin menyebar, jika kami memaksakan diri untuk pergi ke kota sekarang, kami pasti akan terbakar terlebih dahulu sebelum bisa sampai di sana.
"Kami-sama!!" teriakku dengan wajah yang serius.
"Ya yah, aku mengerti," balas dewi itu dengan malas, tapi dia langsung mengerti apa yang aku maksud. Dia memberikan gadis Elf tersebut sihir pendukung yang sama seperti yang kami miliki.
Tapi, karena gadis itu sudah terlalu banyak menghirup asap, tubuhnya melemah. Itu mustahil untuk menyembuhkannya secara total hanya dengan sihir penyembuhan.
Jadi, aku memutuskan untuk menggendong gadis Elf itu di lenganku dan mulai berlari ke tempat yang dia arahkan sebelumnya.
Tentu saja, aku melakukannya dengan membawa beban lain di punggungku.
"Sial, kenapa kau tidak bisa lari sendiri?! Bukankah kau sudah pulih!"
"Sudahlah, jangan banyak protes, anak muda. Bukankah ini impian setiap pria untuk bisa menggendong dua gadis cantik sekaligus."
"Setidaknya perhatikan juga kondisiku!!"
Karena itu, aku terpaksa harus memikul beban di punggung dan lenganku sembari terus berlari melewati hutan yang terbakar.
Ya ampun, kenapa aku harus melakukan semua ini?
Tapi, kurasa ini lebih baik daripada harus membiarkan dewi itu berlari sendiri. Sekalipun dia bisa berlari, larinya benar-benar sangat lambat, dan itu hanya akan menghambat perjalanan menjadi lebih lama.
Untungnya, aku telah mendapatkan kekuatan dan stamina yang cukup dari sihir pendukung dewi itu, jadi aku dapat membawa mereka berdua dengan mudah.
Tapi, meskipun begitu, ini benar-benar sulit untuk berlari di hutan sambil membawa dua beban di depan dan belakang. Selain harus memperhatikan jalanannya, aku juga harus memperhatikan pohon pohon yang terbakar dan dahan yang terjatuh.
Aku hanya bisa berdoa kami tidak bertemu dengan monster selama perjalanan ini. Sangat sulit untuk orang amatir sepertiku melakukan ini semua sendirian. Jika aku membuat satu kesalahan kecil saja, sudah dipastikan kami semua akan mati.
Selagi aku memikirkan hal itu.
Akhirnya, apa yang aku takutkan terjadi.
Karena aku tidak dapat melihat jalan dengan baik berkat panas dan asap yang mengepul, kakiku tersandung oleh gundukan tanah dan membuat kami semua terjatuh.
"Aduh!!"
"Kyaa!"
"Uuh!"
Kami bertiga sama-sama terlempat ke atas tanah, dan ketika aku hendak untuk mengambil mereka semua kembali, tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki yang mendekati kami.
"Aku benar-benar memiliki firasat buruk tentang ini," gumamku dengan suram, dan berbalik secara perlahan ke belakang.
Saat itu juga tubuhku langsung gemetar hebat dipenuhi oleh rasa takut dan keputusasaan.
Bagaimanapun, di sana berdiri seekor monster yang sama persis dengan monster yang sebelumnya menyerang gadis Elf tersebut. Monster itu dengan tatapan yang buas mulai mendekati kami dan bersiap untuk menerkam.
Tubuhku seketika terdiam mematung.
"Grrrhh!" Perlahan-lahan, monster itu berjalan mengelilingi kami dan membuat suasananya menjadi semakin tegang.
Keringat dingin mulai mengalir melewati tulang belakangku. Aku menelan ludahku sendiri ketika melihat gigi dari monster itu yang meneteskan air liurnya
Sekarang, apa yang harus kulakukan?