Ini gawat!
Ini benar-benar gawat!
Semisalnya saat ini aku bergerak sedikit saja, aku yakin monster itu akan mulai menyerang kami. Sedangkan di antara kami bertiga, tidak ada satupun yang dapat bertarung melawan monster itu.
Tidak seperti sebelumnya, yang mana monster itu tidak menyadari keberadaan kami. Sekarang dia benar-benar melihat kami sebagai mangsa, sehingga membuatku sulit untuk mengambil pergerakan. Jika aku salah dalam mengambil keputusan, maka kami semua akan mati.
Sial, apa semuanya akan berakhir di sini?!
Apa tidak ada cara lain untuk bisa melewati situasi ini?!
Sial sial sial sial sial!
Cepat berpikirlah, Shinomiya Riku! Nyawa semua orang saat ini berada di tanganmu!!
Apa yang harus kulakukan?!
Apa yang harus kulakukan?!
Apa yang harus kulakukan?!
Apa yang harus kulakukan?!
Apa yang harus kulakukan?!
Apa yang harus kulakukan?!
Apa yang harus kulakukan?!
Apa yang harus kulakukan?!
Apa yang harus kulakukan?!
Apa yang harus kulakukan?!
Apa yang harus kulakukan?!
Ini gawat, ini benar-benar sangat gawat!
Otakku terlalu panas untuk berpikir, dan mungkin karena aku telah menghirup terlalu banyak asap. Aku juga mulai merasa pusing.
"Hah! Hah! Hah!" Nafasku juga mulai terengah-engah, mungkin itu karena selama ini aku terus berlari, tubuhku telah mencapai batasnya.
Aku benar-benar tidak tau lagi apa yang harus kulakukan sekarang.
Semua ide yang dapat kupikirkan selalu memiliki akhir yang buruk ketika aku mensimulasikannya di dalam benakku.
Aku memerlukan lebih banyak kartu yang bisa kumainkan, tapi semua stok kartuku sudah habis.
Tidak ada lagi yang bisa dilakukan.
Keparat, padahal aku baru juga bertemu dengan gadis Elf, apa aku akan mati di sini?
Setidaknya sebelum mati aku masih ingin bertemu dengan gadis bertelinga kucing, dan juga seorang penyihir yang imut.
Aku tidak ingin berakhir di sini.
Aku masih ingin hidup.
Tapi, setiap rencanaku tidak memiliki hasil yang dapat membuat kami semua selamat.
Haruskah aku mengorbankan salah satu dari mereka?
—Tidak, apa yang sebenarnya kupikirkan, apa aku bodoh?!
Tapi, tidak ada cara lain untuk kami bisa selamat. Jadi aku harus bisa menilai siapa yang pantas untukku selamatkan di antara mereka berdua.
Benar, aku harus melakukan perbandingannya di antara kehidupan mereka berdua. Ini semua demi menyelamatkan lebih banyak orang.
Jika seperti itu, kurasa aku tidak punya pilihan lain.
"Tolong maafkan aku, Kami-sama, " ujarku dengan suara yang rendah, tanpa menoleh sedikitpun dari monster itu.
Mendengarnya, sang dewi membuka matanya lebar-lebar. "Riku?" Dia terlihat bingung.
Tapi, aku hanya mengabaikannya, dan tersenyum lebar dengan mulut yang getir.
Lagipula, mau bagaimana lagi, hanya ini satu-satunya cara yang dapat kupikirkan.
Ini satu-satunya cara untuk bisa selamat dari situasi ini, jadi apa boleh buat, kan?
Aku mengambil nafas panjang, dan mulai bersiap-siap untuk melarikan diri meninggalkan dewi yang masih tercengang tersebut. Tapi, sebelum aku pergi meninggalkannya, aku mengucapkan sepatah kata kepada dewi itu sebagai ucapan selamat tinggal.
"Kami-sama… Jaga dirimu."
"Tunggu, Riku! Apa yang ingin kau lakukan?!"
Sang dewi berteriak memanggilku, tapi aku tidak memperdulikannya. Aku mulai berlari menjauh dari mereka berdua, dan kemudian—
"Kau, monster sialan!! Mangsamu adalah aku! Daripada dua cewek kurus yang kurang gizi di sana, bukankah aku terlihat lebih enak!! Ini bukan sombong, tapi setiap hari aku selalu memakan makanan mahal yang enak!! Jadi bisa dibilang aku memiliki kandungan lemak dan protein yang lebih banyak dibandingkan mereka!! Ke sinilah, dan dapatkan aku jika kau bisa?!" teriakku dengan sekuat tenaga, yang mencoba untuk memancing monster itu supaya dia hanya menargetkanku.
Mendengar itu, mungkin berpikir bahwa aku memprovokasi dirinya, monster itu mulai berlari ke arahku dengan amarah dari binatang buas. Itu membuatku panik, jadi aku dengan terburu-buru segera melarikan diri dari sana, menjauh dari sang dewi dan gadis Elf tersebut.
Ketika aku terus berlari, dari belakang, aku dapat mendengar suara teriakan dewi itu yang memanggilku dengan putus asa, tapi aku mengabaikannya dan terus berlari.
Tentu saja, kecepatanku dengan kecepatan moster itu tidak dapat dibandingkan, jika bukan karena sihir pendukung sang dewi yang masih tersisa, aku mungkin sekarang sudah menjadi makanannya.
Tapi, untuk sekarang, mari lupakan itu. Sampai saat ini semuanya telah berjalan lancar sesuai rencanaku. Namun, yang jadi pertanyaan sekarang.
—Apa yang harus kulakukan untuk tetap hidup?
Meskipun aku awalnya berniat untuk mengorbankan diriku sendiri supaya mereka dua selamat, aku juga tidak berniat untuk menyerahkan nyawaku dengan mudah tanpa perlawanan apapun.
Karena itu, selagi aku terus berlari menyusuri hutan yang terbakar ini, aku juga memperhatikan sekitarku, untuk mencari apa saja yang bisa kugunakan untuk membunuh monster itu.
Aku juga melihat-lihat isi dari statusku.
Tapi, tentu saja, tidak ada yang bisa kulakukan, karena aku memilih kekuatan Alkemis yang hanya dikhususkan untuk membuat barang yang serba guna. Aku sama sekali tidak memiliki apapun yang bisa kugunakan di sana untuk bisa membunuh monster itu.
Aku mungkin memiliki [Buff Potion] penambah kekuatan yang terlihat bisa berguna.
Tapi, bahkan sekalipun aku menggunakan itu, aku tidak yakin aku bisa menang melawan monster itu sendirian secara langsung. Masih banyak perbedaan kekuatan yang terlalu besar di antara kami.
"Baiklah, kurasa aku tidak punya pilihan lain selain mencoba semuanya!" tegasku dengan senyuman lebar
Ketika itu juga, aku membuat [Buff Potion] penambah kecepatan, dan mulai berlari dengan kecepatan yang lebih cepat daripada monster itu. Namun, tampaknya monster itu juga tidak mau kalah, dia juga semakin meningkatkan kecepatannya dengan memaksakan dirinya.
Aku sama sekali tidak diberi waktu untuk bernafas.
Tapi—
"Dasar bodoh."
Aku menghentikan langkah kakiku secara mendadak di depan monster itu. Sedangkan monster itu, yang terkejut denganku yang tiba-tiba berhenti, tidak dapat menghentikan momentumnya.
Namun, tentu saja, dia juga tidak sebodoh itu. Berpikir bahwa aku sudah menyerah, monster itu mulai membuka giginya yang tajam dan berniat untuk menerkamku sambil memanfaatkan kecepatan momentumnya yang masih terjaga.
Pada saat yang bersamaan juga, aku meminum [Buff Potion] penambah kekuatan, dan begitu kupikir dia sudah masuk ke dalam jarak yang tepat, aku segera memukul pohon yang ada di belakangku sekuat-kuatnya.
Monster itu tidak sadar dengan apa yang ingin kulakukan dan hanya terus berlari.
Yah, memang, aku yang sekarang tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk menumbangkan satu pohon besar ini, karena efek dari sihir pendukung dewi itu telah habis. Tapi, setidaknya itu sudah cukup untuk mematahkan satu dahan pohon yang ada di atas.
Untuk melakukan rencana ini dengan sempurna, aku memerlukan timing yang benar-benar tepat.
Jadi—
"Rasakan ini!"
Mengambil [Debuff Powder] yang dapat memberikan status kelumpuhan di dalam [Inventory]ku, aku melemparnya tepat ke batang hidung monster itu.
Alasan kenapa aku bisa memilikinya, itu karena sebelumnya ketika aku mencari makanan dihutan ini, aku secara tidak sengaja menyetuh buah yang dapat memberikan efek kelumpuhan.
Untuk membuat bubuk dengan efek tertentu, aku juga memerlukan bahan yang memiliki efek yang sama dengan yang kuinginkan, dan tergantung dari bahan tersebut, akan menentukan seberapa kuat efek tersebut.
Untungnya, aku mendapatkan efek yang cukup kuat untuk membuatku lumpuh selama beberapa hari. Tapi, tetap saja, aku tidak tau seberapa kuat efek itu akan mempengaruhi monster tersebut, karena setiap orang memiliki ketahanan yang berbeda-beda terhadap status buruk.
Yah, seharusnya itu bisa menahannya selama beberapa detik. Aku hanya perlu membuat monster itu berhenti bergerakbergerak sebentar saja.
"Groooaaarrrhh!!!" jerit monster itu.
Setelah menerima [Debuff Powder] yang kulempar, monster itu mulai mengerang kesakitan. Namun, itu sudah terlambat, efek dari bubuk itu sudah masuk ke dalam tubuhnya dan membuat seluruh tubuhnya terjatuh lumpuh secara mendadak.
Menggunakan kesempatan ini, aku mulai memberikan pukulan yang keras ke pohon yang ada di belakangku. Hingga akhirnya, setelah aku memukulnya dengan sekuat tenaga selama beberapa kali, dahan yang ada di atas pohon itu patah dan terjatuh.
Melihat itu, aku segera menjauh dari tempat tersebut.
Kemudian—
'Bum!!'
Dengan bunyi yang keras, dahan pohon yang ada di atasku jatuh dan dengan kejam menimpa tubuh dari monster tersebut.
Sebelumnya, selama dalam pelarian, aku sudah memperhatikan dahan-dahan pohon di sekitarku yang terlihat seperti ingin patah untuk kujadikan sebagai senjata.
Tapi, jujur saja, ini adalah sebuah pertaruhan.
Aku tidak tau apakah dengan ini dia akan mati atau tidak. Soalnya dahan yang terjatuh masih belum sanggup untuk menghancurkan tubuh monster itu seperti sebelumnya.
Melihat monster itu yang tertimpa oleh dahan pohon itu dan sama sekali tidak bergerak, aku akhirnya dapat bernafas dengan lega.
"Apa semuanya sudah berakhir?" tanyaku, sambil mendekati monster itu yang sama sekali tidak bergerak, untuk memastikan bahwa dia benar-benar sudah mati.
Akan tetapi—
Sayangnya, itu adalah tindakan yang ceroboh.
Aku sekali lagi terlalu meremehkan dunia ini.
Selagi aku lengah karena merasa lega, menyadari hal tersebut, monster itu tiba-tiba membuka matanya, dan menggunakan kesempatan ini untuk menerkamku.
Begitu dia bangkit, dia langsung melompat menyerangku. Sama sekali tidak memberikanku waktu untuk bereaksi.
"ROOAARRHH!!"
"Sial!"
Aku segera berbalik, tapi itu jelas sudah terlambat.
Gigi dan cakarnya yang mengerikan telah siap untuk mengoyak dan mencabik-cabik tubuhku tanpa ampun. Sudah tidak ada waktu lagi untuk melarikan diri ataupun menyusun rencana, karena tidak ada jarak yang cukup untukku bisa melakukan apapun.
Ini adalah akhirnya.
Semuanya sudah sia-sia.
Aku hanya bisa pasrah kali ini.
Namun, anehnya aku sama sekali tidak merasa menyesalinya. Aku bahkan cukup terkejut dengan diriku sendiri, ternyata aku lebih tenang daripada yang kuduga.
Saat ini, aku tersenyum tipis dengan puas.
Ya ampun, aku benar-benar sial.
Aku pikir aku bisa hidup dengan lebih baik jika di dunia ini, aku tidak percaya semuanya akan berakhir menjadi seperti ini.
Benar-benar mengecewakan.
Mendekati akhir hidupku, itu membuatku kembali mengingat semua yang terjadi selama ini.
Semua ingatan yang kulakukan di dunia ini tiba-tiba terlintas di dalam benakku dalam sekejap, bagaikan sebuah film panjang yang dipercepat.
Apa ini yang dinamakan kilas balik sebelum kematian?
Meskipun banyak hal-hal kacau yang terjadi, tapi—
"—Itu menyenangkan."
Serius, dibandingkan dengan kehidupanku yang dulu. Itu benar-benar sangat menyenangkan. Jika bisa, aku ingin bersama dengannya sedikit lebih lama lagi.
Oh ya, aku juga lupa jika aku masih belum mengetahui siapa namanya.
Sialan, ini benar-benar akhir yang buruk.
Jika setelah ini aku bereinkarnasi ke dalam dunia fantasi yang berbeda. Saat itu, aku pasti akan memilih kekuatan cheat yang kuat, dan kali ini...
... Aku pasti akan melindungi semua orang.
….
….
….
….
....
....
....
....
....
....
"[Wind Blade]!!"
Namun, begitu aku sudah memejamkan mataku dengan putus asa. Angin yang kencang menghempaskan tubuh monster itu yang mencoba untuk menerkamku, dan mencabik-cabiknya sampai mati.
Itu membuat mataku terbuka lebar dengan terkejut.
"—?!!"
Kemudian, dari kejauhan aku mendengar suara teriakan yang sangat familiar.
"Riku, aku tidak akan pernah memaafkanmu jika kau mati di sini, kau tau?! Bukankah kau sudah bersumpah akan memulangkanku kembali ke kayangan!! Jadi, jangan pernah berpikir untuk mencoba mati di sini!! Itu masih terlalu cepat 1000 tahun untukmu bisa berlagak keren di depanku!!"
"Kami-sama?!"
Di sana, bersama dengan beberapa Elf dan juga gadis Elf yang sebelumnya kami selamatkan, sosok sang dewi dapat terlihat dengan begitu anggun ketika rambut indahnya yang berwarna emas berkibar di lautan api yang menyala-nyala.
Melihat itu, senyuman tipis terlukis di bibiku.
'
"Ya ampun, dia benar-benar dewi yang sangat merepotkan."