Di dalam kegelapan.
Begitu gelap gulita dimana aku tidak bisa melihat satu jari pun.
'Apakah ini mimpi'
Tidak ada yang memberi tahuku sih, tapi aku tahu ini tidak nyata. Karena ada sensasi yang sama sekali berbeda dengan dunia nyata. Sensasi yang aneh, seolah-olah melayang di udara, seolah-olah tenggelam dalam air dan terambang di tengah-tengah.
Berapa lama aku akan terus terombang-ambing disini?
Cahaya seperti kunang-kunang menyebar dari ujung jari kaki ke atas.
'Ah, aku tetap terlihat seperti Elliotte yang berusia tiga tahun'
Aku mengangkat kepalaku dan melihat sekeliling.
Beberapa saat kemudian, sebuah pemandangan mulai terbuka. Aku berdiri di antara semak-semak berduri. Mawar merah mekar sempurna di seluruh semak-semak itu.
"Akhirnya jalan terlihat...Oh?"
Tanpa membuat usaha ekstra, suaraku bisa keluar dengan benar.
'Kurasa ini benar-benar mimpi'
Suaraku masih sangat muda, tapi pengucapannya benar
'Baiklah. Mari kita jelajahi jalannya'
Disini sangat gelap dan dingin. Aku terus berjalan ke arah depan untuk beberapa waktu. Walaupun gelap tapi tidak menyesakkan untukku.
Berapa lama aku berjalan?
Dari kejauhan, aku melihat sebuah pintu memancarkan cahaya. Langkahku menjadi sedikit lebih cepat. Yang pada akhirnya, hampir berlari.
Akhirnya aku akan mencapai pintu dimana cahaya keluar.
[Bukan yang itu]
-seseorang meraih pergelangan tanganku. Wajah orang yang memegangiku diselimuti kegelapan. Hanya siluet dan tangan yang menjulang. Seperti ada sosok seorang wanita dalam kegelapan itu.
Ditangannya ada luka, tapi dia terlihat sangat muda.
[Jangan takut, percayalah padaku]
"...."
[Meskipun aku tidak bisa memberitahumu semuanya, aku adalah-]
"Eomma"
Aku mengulurkan jariku dan menunjuk padanya.
Pola ini sering terlihat di dalam novel. Biasanya disaat-saat seperti ini, orang-orang yang mengatakan hal seperti 'Bukan disana' atau 'Kemarilah' hampir selalu adalah tokoh ibu yang sudah meninggal.
[Nak, aku-]
"Sebenarnya memiliki kekuatan yang luar biasa, tapi sayangnya anda sudah mati, dan ini adalah cara anda mengawasiku dengan berdiam di jiwaku?"
[....]
Dia terdiam sejenak. Untuk beberapa alasan, ada kekonyolan dalam keheningan.
[Maaf mengecewakanmu. Aku bukan ibumu-]
"Aku pun bukan Elliotte"
[....]
"Jadi apakah ini adalah pola untuk Karakter malang yang mati dengan tragis, memikat-ku yang dari dunia lain, berharap dengan jiwa-ku bisa mengubah kehidupannya?"
[....]
Masih tidak ada yang bisa dikatakan
"Kalau bukan ibunya, kau adalah Dewa"
[....]
"Aku sebenarnya adalah anak pilihan yang dihadiahkan oleh Tuhan kepada Kekaisaran ini, dan aku sedang dalam mode perlindungan Dewa, apakah seperti itu?"
Wanita itu diam cukup lama. Setelah tidak berbicara untuk beberapa saat, dia melepaskan tanganku dan meraih dahinya. Seolah mengatakan 'Aku tidak paham lagi... Haa'
[Ya benar. Pergilah]
"Apa, Kenapa? Bukan satu dari ketiganya? Beri aku petunjuk, aku tahu semua jenis pola fantasi-"
[Pergilah]
Pemilik suara mendorongku ke sisi lain
"Kalau tidak, biasanya ada hal-hal yang meresahkan! Beritahu aku dan aku akan menyampaikannya-"
[Pergi!]
Dimana dia mendorong-ku, ada pintu baru. Aku tidak sengaja melangkah ke pintu.
'Apakah waktuku benar-benar habis seperti ini?'
Apa-apaan
Apa yang sebenarnya terjadi
Aku datang kesini dengan muntah darah, tapi apa gunanya kembali sekarang?
Aku mencoba berbicara, tapi tidak ada satu pun suara yang keluar seolah-olah semua suara dunia telah dilahap.
Penglihatanku menjadi semakin kabur. Menandakan sudah waktunya untuk kembali. Aku hanya bisa mendengar suaranya sebelum mataku tertutup.
[Aku tidak bisa memberitahumu apa-apa. Tapi aku yakin kau melakukannya dengan baik]
'Bajingan yang tidak bisa dipercaya'
Yah kepercayaan tidak berguna, jadi beri aku informasi.
Bagaimana melewati kehidupan yang keras ini tanpa informasi!
[Kepribadiannya itu... tidak seharusnya seperti itu]
Jadi kau hanya akan menonton dari sini. Apa maksud kata-katamu itu?
Kenapa kau selalu menyimpan petunjuk penting ditempat seperti ini?
Beritahu aku juga!
* * *
HEUK!
Aku membuka mataku. Setelah aku sadar, rasa sakit yang tajam segera menghujami-ku. Rasanya seperti dipukuli di seluruh bagian tubuhku.
"Ughh...", itu sangat menyakitkan sehingga aku mengerang
"Nona!"
"Anda sudah sadar?"
Aku bisa mendengar suara keras dari mereka, Heidi dan Betty, pelayan yang selalu bersama.
Aku mengerang dan berbalik.
"kenapa sakiit sewkali...?"
Perkataanku kembali ke lidah anak kecil yang biasanya.
'Apakah aku hanya bisa berbicara dengan benar di mimpi?'
Saat aku memikirkannya, aku mendengar suara berderak disebelahku. Aku menoleh untuk melihat pelayan mengaduk-aduk isi mangkuk kecil dengan sendok. Pelayan yang telah selesai mengaduk mangkuk beberapa kali, mengulurkan sendok kepadaku.
"Minulah. Ini adalah obat"
Itu adalah cairan kental mirip bubuk teh hijau yang dicampur dengan sedikit air. Sepertinya banyak khasiatnya, tapi aku meminumnya sambil menutup hidung dan mataku.
Beberapa saat setelah mengkonsumsinya, aku merasa jauh lebih baik.
'Kupikir aku akan mati'
Berbaring di tempat tidur dan menghela nafas, para pelayan bertanya dengan hati-hati.
"Apakah anda baik-baik saja sekarang?"
"Uhh"
Mata Heidi dan Betty membesar
"Bagaimana ini, Nona akan mati...."
"Jangan ucapkan hal sial macam itu. Apa kau lupa betapa marahnya Jenderal kepada dokter?"
Ayah marah?
Aku berkedip dan melihat ke arah pelayan.
"Apa yang terjadwi?"
"Benar-benar mengerikan. Kastil telah sepenuhnya jungkir balik. Betapa ketakutannya saya selama lima hari ini kalau-kalau saya melakukan kesalahan...."
"Wima hari?"
"Ya, Sudah Lima hari berlalu sejak anda pingsan"
Para pelayan terisak dan memberitahu apa yang telah terjadi. Setelah aku pingsan di Ruang Makan, Ayah langsung memanggil dokter. Tapi para dokter tidak tahu mengapa aku tidak sadarkan diri atau penyakit apa yang ada pada-ku.
Pelayan saling bergumam, 'mungkinkah Nyonya Rachel menggunakan racun?'
Bahkan tabib dari Kastil Duke tidak dapat menemukan penyebabnya. Karena itu bukanlah kutukan atau deviasi sihir.
Saat itu, ada seseorang yang mengajukan diri untuk membantu
"Nama saya Michelan. Mungkin saya bisa membantu Nona"
Ayah tetap skeptis, tapi tidak ada cara lain. Bahkan aku sudah mengungkapkan identitas Michelan. Jadi dia tidak akan menganggap mantan enteng ucapan Kepala Pelayan Istana Kekaisaran.
Tapi pemeriksaan secara menyeluruh tetap dilakukan. Pertama-tama dia menyicipi obat yang diberikan oleh Michelan, kemudian menggunakan dokter dan tabib untuk memeriksanya secara menyeluruh.
"Nona Muda bangun setelah meminum obat yang dibawa oleh pria tua bernama Michelan!"
'Ternyata begitu'
Aku harus berterima kasih kepada Michelan. Bisa saja aku mati kalau Ayah menolaknya.
'Tapi apa penyebab tubuh Elliotte ini tiba-tiba sakit?'
Saat aku memikirkannya, pintu tiba-tiba terbuka.
"Ayyah!"
Aku segera bangun dari tempat tidur. Aku sedikit pusing karena aku bangkit dengan mendadak, mataku rasanya berputar-putar. Tetap saja, dengan cepat aku mengumpulkan tenaga dan melesat ke Ayah.
"...."
Ayah menatapku tanpa mengatakan sepatah kata pun
'Apakah dia kesal karena dia meminta tabib didatangkan dari Kastil Utama?'
Ayah adalah orang yang paling benci menundukkan kepalanya kepada Kakek. Bagaimana kalau aku terus mengusiknya?
'Mari minta maaf dulu'
Lebih baik menyadari kesalahanmu dan meminta maaf dari pada bersikap tak acuh.
"Maaf saya sakiit"
"....ku-mohon jangan katakan itu"
Aku tercegang dengan jawaban Ayah. Saat dia diam tapi wajahnya menakutkan seperti ini dia mungkin benar-benar marah.
Lalu Ayah menghela nafas, "Tidak apa-apa karena kau sudah sadarkan diri"
"Makanlah obatmu, makan yang cukup, dan mintalah apa pun yang kau butuhkan",
Ayah menoleh ke arah pelayan, "Kalau ada permintaan dari Kamar Elliotte, prioritaskan"
"Baik Jenderal!"
"Yaa...."
Setelah mengatakannya, Ayah berbalik. Sepertinya dia akan pergi keluar.
'Kau pasti sangat kesal'
Begitu juga ibuku, yang merawatku selama aku berjuang melawan penyakit. Meskipun Ibu hanya bersikap peduli sebelum aku membatalkan Asuransi Jiwa-ku. Pastinya dia harus menyembunyikan kekesalannya sepanjang hari merawat-ku.
'Tidak'
Aku tidak boleh menjadi anak yang menyebalkan. Aku memegang kaki Ayah saat dia hendak meninggalkan ruangan.
"Saya sudah tiidak sakit lagi!"
"..."
"Saya tidak akan mwengganggumu lagi.. sungguh!"
"..."
"Jangan benci akuu..."
Para pelayan di kamarku dan para prajurit yang berjaga di pintu semuanya terdiam. Dan Ayah-
'Eh...?'
Kenapa dia diam saja?
"Kubilang hentikan ucapan macam itu"
"...."
Ayah menekuk lututnya dan melakukan kontak mata denganku. Mata yang indah itu bergetar.
"Kubilang itu tidak diperlukan"
Seolah-olah jauh di dalam dia telah tersakiti. Aku mencengkram rokku dengan kuat.
Dia tampak sedih, dan itu membuatku tertekan juga, karena aku bisa merasakan ketulusannya mengkhawatirkan-ku. Aku merasa air mataku akan jatuh kalau aku salah langkah lagi, jadi aku mengencangkan daguku.
'Kenapa kau berkata demikian?'
Membuat orang berharap
Aku sudah melepaskan harapan dari orang tuaku setelah aku meninggal, jadi kenapa membuat aku mengharapkannya lagi?
Aku tidak mau percaya begitu saja
Aku tidak mau berharap
Berapa banyak luka yang harus kutelan?
'Aku sudah melewatinya, Aku seharusnya sudah tahu'
Tidak ada yang namanya cinta tanpa syarat.
Sekarang aku telah melakukan semuanya dengan baik, aku sudah bekerja keras untuk di akui, untuk menarik perhatianmu.
Mungkin aku akan jadi menjengkelkan lagi nanti.
"Aku benar-benar tidak tahu bagaimana memperlakukanmu", Ayah menghela nafas
'Lihat itu. Dia sudah mulai kesal-'
"Aku tidak pernah mempelajarinya"
"...."
"Jadi jangan berusaha berlebihan. Kenapa tidak serahkan saja semuanya padaku?"
"...."
"Maafkan aku, anakku yang malang"
Pernyataan bahwa Daymond adalah yang terbaik di Astra adalah salah.
Dia adalah pria yang lebih buruk daripada Kakek dan paman-paman yang busuk.
Itu karena dia mendorong pintu yang kututup rapat, dan menanamkan harapan disana.
"Uhh...."
Pada akhirnya, aku menutup mata dengan kedua tanganku dan menangis.
Ayah memelukku dengan canggung.
***
Daymond berbaring di atas tempat tidur dan memperhatikan anaknya yang sedang tidur. Itu adalah perasaan yang aneh.
Sampai aku kembali dari medan perang.. aku tidak pernah berharap bahwa aku bisa memiliki perasaan ini.
'Kupikir aku tidak akan terikat pada siapa pun'
Semua saudara memiliki ibu yang berbeda. Sejak usia dini, semua saudara sudah saling meracuni saling membunuh. Di antara mereka, Daymond yang kehilangan ibunya sejak usia dini, hidup berkecukupan dan dia juga tidak berbakat.
Bagi saudara-saudaranya, dia adalah orang pertama yang harus mereka tangani.
'Aku tidak boleh mati sia-sia. Aku akan membuat mereka membayar kembali dengan harga yang pantas'
Aku hidup dengan pola pikir itu.
Karena tanpa ada yang melindungiku-
Saudara-saudara selalu berusaha menjatuhkanku-
Berusaha menarik orang dai sisinya untuk menari di tangan mereka dan membuatnya berkhianat-
Satu-satunya teman yang dia percayai dan mati di tangannya.
Karena itu, Daymond tidak membuka hatinya untuk siapa pun.
Dan hari itu datang.
Perintah memasuki medan perang yang dikeluarkan oleh Ayahnya sendiri.
Di medan perang itu, Daymond di kutuk oleh ahli nujum musuh.
Rasa sakit yang membakar jantung. Beberapa hari setelah berkelana di ambang kematian, seorang wanita memasuki baraknya.
"Kamu...siapa"
"Sumber kutukan ini"
"Apa kau bilang..."
"Dengar, Daymond Astra. Aku akan mengambil kekuatanku yang kau telan dan kau juga ingin hidup"
"...."
"jadi ini adalah kesepakatan"
Setelah itu, aku kehilangan kesadaran.
Ketika aku bangun keesokan harinya, Orang itu tidak ada dimanapun.
Rasanya tubuhku telah bersih.
Dan 10 bulan kemudian.
"Jenderal! Jenderal-! ini pesan mendesak dari Kastil Utama"
"Ada apa"
"Dikatakan bahwa anak Jenderal telah lahir"
"....omong kosong"
Menurut informasi yang didapatkan prajurit itu, dikatakan bahwa seorang dari rakyat jelata terang-terangan mengunjungi Kastil.
Dan dia berkata, 'Daymond Astra adalah ayah dari anak ini, jadi tolong persiapkan keperluan untuk persalinan'
Dan anak yang lahir itu adalah Elliotte.
Baron Moro bilang wanita itu meninggal saat melahirkan. Ketika aku menanyakan tentang pakaian yang wanita itu kenakan saat ke Kastil, memang benar dia adalah wanita yang kulihat saat aku dikutuk.
Itu adalah pertama kalinya hal aneh seperti itu terjadi.
'Elliotte'
Kau adalah anak dariku yang tidak pernah berpikir untuk menikah.
Aku tidak tahu berapa waktu berlalu begitu saja.
Suatu hari, sebuah foto tiba di medan perang.
"Apakah ini foto Nona Elliotte?"
"Coba kita lihat. Oh, dia memiliki warna rambut yang sama dengan Jenderal"
"Mata merah ini juga mirip"
"Bahkah sudut mata mereka-"
"...Hentikan, berisik"
Aku mengusir para prajurit yang berkerumun di foto anak itu.
Aku menempatkannya secara acak di satu sisi meja. Karena situasinya mendesak, tidak ada waktu untuk mengkhawatirkan hal-hal seperti itu.
Aku membuka peta...
'Dia terlihat sedikit mirip denganku?'
Ekspresi wajahnya mirip denganku semasa kecil. Sepertinya wanita itu tidak mengandung anak orang lain. bahkan tidak ada kemiripan denganya.
"Kabarnya anak anda dikirim ke Menara #12. Bukankah keterlaluan untuk garis keturunan Jenderal! Ayo hubungi Kastil Utama segera-"
"Biarkan saja"
"Ya?"
Sebaliknya, itu adalah hal yang baik. Saudara-saudaraku masih berusaha mencari kelemahanku. Kalau aku membuat kegaduhan karena seorang anak, mereka akan berpikir anak itu adalah kelemahanku dan mengincarnya...
'Kenapa aku harus peduli padanya'
Anak yang tidak diinginkan
Lebih mirip sebuah kecelakaan untukku
'Lebih baik aku tidak memikirkannya'
Itu akan lebih baik untuk anak itu. Aku berpura-pura tidak tahu terhadap hatiku.
.
Suatu hari, beberapa surat tiba
"Apakah ini surat pertama yang dia tulis?"
"Apa yang dia tulis?"
"Itu [ASTRA]"
"Oh Wow-!"
"Jangan berisik, fokus pada rapat"
Aku mengabaikannya, tapi aku terusik pada surat-surat di sisi lain meja itu.
'Anak-anak normal seharusnya menulis nama orang tua mereka terlebih dahulu'
ASTRA
apa yang dilakukan tua bangka itu?
Aku kesal sepanjang pertemuan
'Bisa saja dia menuliskan nama ayahnya, bukan cuma Astra, mungkin aku melewatkannya'
Setelah pertemuan selesai, aku melirik ke arah surat itu.
Tapi tidak ada.
"Enzo"
"Ya"
"Siapa yang membersihkan barak?"
"Yah disini kotor, jadi saya berinisiatif....!", Enzo menjawab dengan bangga. "Saya tidak bisa melakukannya sebaik palayan, setidaknya barak sedikit lebih bersih..."
"Keluar dan lari 30 putaran mengelilingi perkemahan"
"Ya? Oh tidak, tapi kenapa tiba-tiba!"
"Aku tidak akan mengulang kata-kataku"
.
Suatu hari, potret seorang anak lebih besar tiba.
"Hei, anak itu tumbuh besar"
"Kalau kau tumbuh di keluarga Bangsawan, kau akan bahagia sejak usia dini. Aku dibesarkan dijalanan, jadi ketika aku masih muda, sulit sekali mendapatkan makanan"
"Pipinya tembam"
"Ya, pipi tembamnya sangat lucu"
'Apakah mata mereka rabun?'
Anak itu terlalu kecil.
Tulang pipinya memang tidak terlalu menonjol dibandingkan dengan anak-anak lain
Apakah tua bangka itu membiarkan seorang anak kelaparan?