Chereads / Bocil 3 Tahun ini adalah Penjahat / Chapter 17 - Chapter 17: Judgement Day

Chapter 17 - Chapter 17: Judgement Day

Suasana diruangan utama menjadi sunyi.

Rachel membeku dengan wajah pucat membiru. Para pelayan juga tidak tahu harus berbuat apa, dan para prajurit...

"Apakah dia gila?"

"Aku sudah hidup cukup lama, tapi omong kosong ini tidak gagal mengejutkan-ku"

"Nyonya Rachel ternyata seperti itu? Itu membuatku merinding"

"Nona, apakah anda baik-baik saja?", itu adalah Enzo

Dia berlari ke arahku yang berpegangan pada Heidi dan Betty. Dia mengecek kondisiku dengan seksama dan menatap ayahku.

"Tidak ada luka"

Rachel terkejut mendengarnya. Mengulurkan tangannya yang gemetar kepada Ayah, dia segera membuat alasan.

"Ah Jenderal, ini, jadi... kalau Anda mau mendengar penjelasanku, Anda akan mengerti..."

"Mulut itu-"

BOOM-!

Itu adalah tekanan penghancur yang mencekam. Itu adalah bentuk dari Anugerah Ayah. Vas yang ditempatkan di setiap sudut ruangan retak dan pecah berkeping-keping.

"-tutuplah"

Rachel, para pelayan, dan bahkan para prajurit menjadi kaku seolah-olah mereka terbenam ke tanah. Ayah berjalan perlahan melewati Rachel. Dan dia mengulurkan tangannya ke arahku.

'Kenapa? dia mau memelukku?'

Bagaimana kalau Anugerahnya yang meledak-ledak itu akan mengkoyak tubuh kecilku!

Ketika monster yang muncul di Gunung Hadix hancur menjadi serpihan karena Anugerah Ayah, jantungku berdebar kencang. Dari pada kagum, lebih tepat kalau dibilang debaran ketakutan atas kekuatan mematikan itu.

Tapi akan aneh kalau aku menghindarinya disini. Jadi aku memberanikan diri memeluk Ayah.

"Katakan padaku. Apa yang terjadi?"

Kemudian wajah Nyonya Rachel semakin memucat

"Jenderal, dengarkan saya-"

"Nwonya Rachel merwendahkanku dan pewayan. kakak-kakak baikk pada-ku. jadii Nwonya Rachel marah"

"Apa lagi"

"saya mauu menolong kakak-kakak. karwena. karwena itu adalah tugas Tuaan. tapi. kata kata Nwonya Rachel tidak baik"

"...."

"menyebutkuu darwah kotor… . .", jariku menunjuk ke Nyonya Rachel

"....!", Rachel mengerutkan keningnya

Dan Enzo melototinya.

Para prajurit tertawa terbahak-bahak

"Wow itu gila", itu adalah pria setinggi 3 meter, Mosco.

"Saya hanya ingin menunjukkan rasa terima kasih-ku kepada Jenderal karena telah menjadikan-ku sebagai Kepala Pelayan dengan mempertimbangkan jasa almarhum suami-ku, maka saya memberi peringatan pada anak itu"

"sa-saya... Jenderal, percayalah pada saya-!"

Pria kurus bertubuh model terkekeh, "Mata Jenderal memang berbeda"

Mosco mendengus, "Seingatku, dia memiliki mata itu ketika dia akan membunuh orang di medan perang"

Para prajurit membuka mulutnya satu per satu, para pejabat pun juga

"Pemikiran yang salah..."

"Aku bahkan tidak tahu dari mana ide itu muncul..."

"Aku merasa malu melihatnya...."

Wajah Nyonya Rachel merah terbakar mendengar komentar orang-orang. Dia tampak seperti ingin bersembunyi di lubang tikus.

Ayah berkata, "Aku mengizinkan pembukaan Ruang Penghakiman"

"Tuan-!"

"Seharusnya kau tanamkan rasa hormatmu pada Putriku jauh ke dalam setiap tulangmu"

"Tuan, ampuni saya. Tolong ampuni saya, Tuan! Saya mohon! Jangan lupakan jasa suami-ku... lepaskan! lepaskan!"

Para pelayan menyeretnya pergi

'Oooh...'

Aku melihat Nyonya Rachel menjeritkan nama Ayah sambil di seret.

Ruang Penghakiman adalah ruangan yang dibuka ketika Pelayan menyebabkan kerusakan besar pada Kastil. Ruangan dimana Pemiliknya tidak berpartisipasi namun membiarkan para pelayan menghakimi satu sama lain.

'Dia sudah mencambuk banyak pelayan sampai saat ini, akan sulit untuknya keluar dengan selamat'

Itulah yang disebut pembalasan karma.

Diam-diam aku melambaikan tanganku ke Rachel, yang berteriak putus asa

'Selamat tinggal!'

***

Pada malam hari. Setelah makan malam, aku menemukan sekotak obat disediakan didalam kamar.

"Apa inii?"

Ketika aku bertanya pada Heidi, dia terkekeh. "Tuan memberitahu saya untuk menyiapkannya. Beliau khawatir Nona Muda mungkin terlalu shock dengan kejadian hari ini"

"...."

Aku menyentuh pembungkus obatnya.

'Sepertinya Ayah adalah orang baik. mungkin....ugh'

Apa yang barusan kupikirkan!

Aku menampar kedua pipiku dengan kedua tangan.

"Astaga, Nona! anda akan melukai pipi anda yang berharga...!"

"Lebih baik memukul Enzo!"

"Benar!"

Tengah para pelayan panik, aku tenggelam dalam pikiranku.

'Apakah aku mengharapkan kasih sayang sebuah keluarga lagi? Aku hampir saja jadi si bodoh yang tidak belajar dari pengalaman'

Ketika kamu mengharapkan cinta yang tidak akan terbalas, kamu hanya akan menjadi anjing yang menggoyang-goyangkan buntutnya. Bukankah itu yang kualami ketika aku menginginkan ibu dan ayah tiriku mencintaiku sebanyak mencintai adikku?

'dan bahkan ketika aku sedang melawan penyakitku....'

"Kenapa Hyemin-kita harus menghadapi ini? Apakah ibu membuatmu terlalu menderita sampai-sampai kau jatuh sakit. Ini semua salah ibu"

Aku melihat ke arah ibuku yang menangis dan memelukku ketika aku sakit. Aku punya harapan tinggi pada ayah tiriku, yang selalu datang ke rumah sakit bersama ibu di akhir pekan.

'Mungkinkah aku ada didalam hati kalian berdua'

Kupikir menjadi sakit tidaklah buruk.

"Jadi berapa jumlah Asuransi Jiwa yang dia miliki?"

"Mari kita bicarakan di mobil"

"Memang sangat menyakitkan ketika seorang anak sakit, tapi kita harus memprioritaskan yang lebih penting. Berapa banyak modal yang diperlukan ketika memulai bisnis? Sepertinya Seeun-kita tidak akan bisa belajar keluar negeri"

"Semuanya baik-baik saja. Apakah dia akan bisa melewati ini?"

- sampai aku mendengar pembicaraan yang mereka rahasiakan

Tidak ada yang tahu berapa banyak air mata yang berjatuhan setelah aku mendengarnya.

> Pemutusan Kontrak

Setelahnya, Asuransi Jiwa sepenuhnya batal. Secara alamiah ibuku dan ayah tiri memutar mata mereka.

"Bagaimana seseorang bisa begitu menyusahkan!"

"Mati bersamamu? Apa bagusnya? Bukankah kau tinggal mati saja dengan tenang? Yang hidup harus tetap hidup!"

"Unnie, benar-benar yang terburuk"

Perasaanku sudah hancur sehancur-hancurnya, dan kata-kata mereka tidak lagi menyakitiku sama sekali. Dan gelombang tagihan terus berdatangan.

"Kalau kau sudah mengatakan semua yang kau mau, pergi. Pintunya ada disana"

-dan memberiku banyak sekali obat-obatan.

Pokoknya, aku tidak percaya dengan pepatah yang mengatakan Orang Tua mencintai Anak Mereka tanpa syarat. Itu adalah kesimpulan yang datang dari pengalaman.

'Aku harus bekerja keras untuk menjaga hubungan baik dengan Ayah'

Aku mengepalkan tinju kecilku dan memutuskannya.

"Nona"

Saat itu, Heidi berbicara

"Hmm?", aku menatapnya

"Nyonya Rachel telah di usir. Ini semua berkat Nona Muda, saya sangat, sangat berterima kasih"

"Ya Nona! Dia pasti juga melakukan penggelapan dana internal yang besar. Jenderal mengorek setiap kesalahannya dan akan membuatnya membayar atas segalanya"

"Di Ruang Penghakiman, Para Pelayan memperlakukannya dengan sangat keji, iya kan?"

"Aku merasa hidup kembali karena sudah memukul balik orang seperti itu"

Aku menganggukkan kepalaku kepada mereka berdua.

"Ngomong-ngomong, siapa kepala pelayannya sekarang?"

"Yah...seharusnya pelayan dengan pengalaman terlama akan mengambil alih?"

Heidi menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Betty.

"Kalau itu Tuan Morris, dia baru saja ditendang keluar. Semua kaki-tangan Nyonya Rachel harus diusir"

"Kalau begitu setengah dari pekerja akan di usir"

"Setidaknya setengah sisanya adalah orang-orang baik. Kita hanya akan repot dari sekarang"

"Yah, aku tahu itu"

Heidi dan Betty tersenyum.

Lebih baik menjadi sibuk dari pada tidak mendapatkan kebenaran.

'Kepala Pelayan'

Mencari orang baru tidak akan mudah. Dengan keadaan dimana begitu banyak pelayan diberhentikan, rumah tangga Kastil tidak akan berfungsi dengan baik.

'Kalau tidak ada yang terampil mengatasinya ....ah!'

Aku punya ide bagus.

Aku terkekeh saat melihat ke arah taman.

***

Keesokan harinya. Aku pergi ke taman pagi-pagi dan melihat sekitaran.

'Tidak ada?'

Aku terus mencari-cari, akhirnya aku melihat pria tua yang membawa karung dari kejauhan.

'Itu Michelan'

Aku berlari kearahnya

"Hallooo!"

"Halo Nona Muda", Michelan menyapaku dengan senyum ramah

"Kakek ada disinii, syukurwah!"

"Ya?"

"banyakk sekali pelayan keluar, Kakek jaangan pergwi!"

Mata Michelan sedikit membesar, tapi dia langsung tertawa dan mengucapkan, "Terima kasih"

'Sepertinya dia sudah mengetahui situasinya?'

Michelan bukan pekerja tetap dari Kastil ini. Dia adalah pekerja sementara dari luar. Dia tidak tampak bergaul dengan para pekerja, tapi tampaknya sudah mengetahui apa yang sedang di alami kediaman?

"Apa ada yang memberwi tauu mu?"

Ketika ditanya, Michelan tersenyum dan menjawab, "Tidak, saya belum mendengar kabar apa pun"

"Kakek tauu bagaimanya pelayan pergii?"

"Lihatlah"

Aku menoleh ke arah jari Michelan menunjuk. Ada bekas seretan di tanah.

"Dari bentuk dan ukurannya, seperti bekas gesekan tas yang di tarik"

"Oh"

"Tidak baik kalau Pemilik melihat jejak seperti itu, jadi seharusnya segera dibersihkan. Tapi bekasnya masih ada sampai matahari terbit"

"...."

"Jadi menurut saya kurangnya tenaga kerja karena banyak pelayan yang di keluarkan"

Mulutku hampir jatuh ternganga. Seperti detektif saja, yang seperti ini hanya bisa dilihat Anime bergenre aksi dengan pistol dan obat-obatan terlarang.

'Benar-benar pelayan terbaik Ratu!"

Dia orang yang gesit, dia juga bisa melawan balik bahkan ketika Janda Permaisuri mencoba menyentuh Alhmarhumah Ratu.

'Dia adalah orang yang tepat untuk Kastil ini'

Orang yang kau butuhkan disaat-saat kacau seperti sekarang. Dia setia dan mempunyai kemampuan yang hebat. Dia adalah Kepala Pelayan Utama yang sempurna.

"Kalau Kakek jadii kepawa pelayan, saya akan tenangg"

"Ya?"

"Bahkan tau etyiket parwa bangsawaan. Kakek pandaii. Kakek kerwen"

"Terima kasih atas pujianmu"

'Bukankah kau sangat tertarik dengan pekerjaan sebagai Kepala Pelayan?'

Sepertinya perlu lebih meyakinkan lagi untuk dia mempertimbangkannya.

"Kakek mau jadii Kepawa Pelayan?"

"Nona Muda, bolehkah saya mengatakan sesuatu yang lancang?"

"Ya"

"Akan banyak orang yang mengirimkan surat lamaran, orang-orang serakah akan mencari keuntungan disituasi ini"

Sepertinya dia tidak bisa mengambil alih posisi karena khawatir dia akan menjadi salah satu dari kelompok serakah. Tapi itu membuatku semakin menyukai Michelan.

'Dia orang yang blak-blakan juga lurus!'

Lihatlah kesetiaannya yang begitu indah. Kalau orang sepertinya bekerja pada-ku, aku akan bisa meninggalkan kediaman-ku tanpa khawatir.

Aku berkedip seperti anak kecil, "Tapi apakah kakek mau...?"

"Saya bermaksud tetap pada posisi saya"

"Kenapaa?"

"Itu....", Mata Michelan meredup untuk sesaat. Tapi segera, dia memasang wajah ramah lagi seperti sebelumnya. "Maafkan saya Nona. Saya sibuk dengan pekerjaan, saya harus pergi"

"Eh..."

"Semoga harimu menyenangkan", dia menyapaku dengan sikap sempurna dan pergi.

Aku berpikir sambil melihat punggung Michelan. Sepertinya dia tidak membenci pekerjaan mengurus rumah tangga. Tanpa mendapat jawaban iya atau tidak, aku malah diberi saran untuk tidak menyelamatkan orang yang membutuhkan.

'Kalau dia bisa berpikir begitu, aku tidak perlu khawatir'

Aku tersenyum dan menyusun rencana. Lalu berlari ke Ruang Makan.

Ketika tiba di Ruang Makan lantai satu, aku melihat Ayah sedang makan. Enzo bersama dengannya.

"Jangan hanya diam disitu"

Ketika aku masuk, Enzo menundukkan kepalanya

"Nona Muda, selamat pagi. Anda sudah bangun rupanya"

Aku mengangguk dan duduk. Segera, Satu pelayan mendekat.

"Haruskah saya bawakan sarapan anda?"

"....", Aku melihat ke arah pelayan, dia salah tingkah ketika menatap mataku. "Tentwu"

Pelayan itu segera ke dapur

'Terlalu sopan'

Tangan orang itu gemetar. Tentunya melihat banyak pekerja di usir kemarin, dia khawatir dia akan terusir juga. Kalau tidak salah, semua pelayan yang berpas-pasan denganku pagi ini sangat berhati-hati ketika melihatku.

"S-Selamat pagi Nona Muda"

"Beritahu kami apapun yang anda butuhkan!"

Ada bagusnya menendang keluar Nyonya Rachel.

'Kita hanya membutuhkan Kepala Pelayan yang baik disini'

Kalau itu Michelan, dia akan bisa merekrut pekerja-pekerja yang bagus untuk mengisi kekurangan disini.

Ayahku yang sedang membaca koran, melirik padaku. "Dimana kau pagi ini?"

"Di tamaan"

"Ada apa dengan taman"

Percakapan mulai ke arah yang diinginkan. Aku berkata-kata dengan polos, berpura-pura menjadi anak yang tidak tahu apa-apa.

"Di tamann. Ada Kakek yang bekerjwa disana"

Tapi Ayah tiba-tiba diam.

Aku mengedipkan mataku dan Enzo memanggil Ayah, "Jenderal?"

Ayah mengerutkan keningnya dan berkata, "Aku tidak suka kata Kakek. Terutama Tua Bangka itu"

"...."

"...."

Rupanya, kebencian Ayah terhadap Duke lebih parah dari kebenciannya pada umat manusia.

"Baiklaah. Bukan Kakek, tapii Michelan!"

"Michelan"

"Uh huh! Nama Kakek itu Michelan. Sayaa belajar huruwf baru lagi, juga, juga, dia menyapa dengan baiik!"

Enzo bertanya, "Menyapa?"

Setelah mendengarnya, aku bangun karena aku mau menunjukkannya sekarang.

Aku meletakkan satu tangan diantara dagu dan pusar juga satu kaki kebelakang.

"Inii!"

Enzo tetap dengan wajah kebingungannya, "Sapaan macam apa itu?"

Enzo yang merupakan prajurit, tidak akan tahu. Ketika aku akan menjawab, kening Ayah sedikit berkerut.

"Itu adalah sapaan kepada Bangsawan. Di masa sekarang hanya digunakan oleh Bangsawan lansia dan Keluarga Kekaisaran"

"Bagaimana seorang tukang kebun tahu sapaan seperti itu?"

"....jadi namanya Michelan"

Ya, Michelan yang merupakan pelayan Almarhum Ratu.

'Ayah akan mengetahuinya'

Akhirnya, makanan bagianku keluar dan aku kembali ke mode tidak tahu apa-apa mengambil sendok.

Ayah berpikir untuk waktu yang lama. Dan menyeringai.

"Kalau itu benar adalah Michelan, dia cukup hebat untuk sampai di Kastil-ku"

"Ya?", Enzo bertanya-tanya, tapi aku terkekeh didalam.

Benar. Kalau itu adalah Michelan, kemampuannya bagus, dan dia yang tercepat dalam mengetahui informasi Istana Kekaisaran. Kalau dia menjadi Kepala Pelayan di kastil ini, seperti mendapatkan Kartu Joker yang bisa digunakan tanpa batas.

"Kau, pergilah ke taman dan temui orang bernama Michelan-"

Tapi saat itu.

"Oh"

Itu adalah gumpalan yang banyak. Aku segera menutup mulutku, dan sesuatu menetes diantara jari-jari pendekku

'Darah...?'

Cairan yang membasahi bajuku berwarna merah terang. Apakah ini sebabnya aku tidak merasa sehat untuk beberapa hari belakangan.

"Elliotte?"

"Ayyah ueph-", aku ingin memberi tahunya tapi duniaku menjadi terbalik

"Elliotte!"

Aku terjatuh dari kursi.

Hal terakhir yang ku-lihat adalah Ayah berteriak.