Chereads / Haruskah Aku Menikahi Ibu Tiriku? / Chapter 1 - Volume 1 - Bab 1 : Kehidupan Lambat

Haruskah Aku Menikahi Ibu Tiriku?

🇮🇩Aguzta_setia
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 6.6k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Volume 1 - Bab 1 : Kehidupan Lambat

Bab 1

Kehidupan Lambat

Saat jam menunjukan pukul sembilan malam, reni dan riko masih asik menonton tv bersama.  Mereka menonton film romantis kesukaan reni, tapi belaian tangan riko yang mengarah ke leher belakang reni membuatnya sedikit terkejut. Riko menoleh menatap reni yang merasa geli itu, tapi reni hanya menganggapnya sebagai gurauan saja. Tapi entah mengapa, reni mulai merasakan hembusan nafas di telinganya yang sedikit berat itu.

Tangan riko mulai merangkul pundak reni, berlanjut memegang pipi dan telinga reni.

"Riko kamu kenapa sih? Mama tuh geli, jangan gitu dong."

Riko hanya diam saja, tapi tangan kanan itu mulai menarik kepala reni menuju ke bahu riko. Reni hanya mengikuti dan tidak merasa curiga, tapi reni mulai merasakan perasaan aneh. Tangan riko mulai menuju ke arah pinggang sampai perut, belaian itu membuat reni sedikit menolak dan mulai tumbuh curiga. Dan benar saja, tangan itu mulai memegang payudara sebelah kanan reni.

"Riko jangan nakal lho ya, nonton tv sana."

"Riko cinta mama."

"Iya mama juga cinta riko."

Reni hanya menganggap kata-kata itu sebagai perasaan anak ke ibunya, tapi reni terkejut dengan kedua tangan riko memegang pipinya, dan menolehkan wajah reni ke arah riko. Mereka saling bertatap muka, reni menatap riko dengan heran.

"Kamu kenapa?"

Sunggunh terkejutnya reni ketika bibir riko mengarah bibir reni, dengan cara paksa riko mencium bibir reni dengan tangannya menahan kepala reni.

Reni memberontak dam menolak perlakuan riko, tapi riko tetap dengan paksa menciumi bibir reni.

"Riko! Ja....ja..jangan ahh!"

Riko menghiraukan perkataan reni, malahan dia semakin mendekap reni dengan kuat. Reni tetap memberontak, tapi riko mulai menindih reni di atas sofa di depan tv itu. Tangan riko mulai meraba payudara reni, dan memaksa membuka kancing piyama yang di pakai reni.

"Riko jangan! Aku ini ibu mu, kamu tidak boleh seperti itu dengan ibu mu."

Riko mulai menutup mulut reni dengan tangannya, agar suara teriakannya tidak di dengar orang lain. Riko mulai mencium leher hingga kuping reni, riko membisikkan sesuatu hal yang sangat konyol bagi reni.

"Mah aku mencintaimu, aku ingin memilikimu seutuhnya."

Reni sungguh tak percaya mendengar hal itu, dalam hatinya riko tetap seorang anak tidak lebih dari itu. Reni terus memberontak, agar dia bisa lepas dari jeratan riko. Tapi hal itu sia-sia, reni mulai menangis dan berusaha memberontak.

Entah setan apa yang memasuki riko, sungguh teganya dia melakukan hal itu kepada ibunya.

>>>>

Di umur enam tahun, Riko lulus sekolah TK (taman kanak-kanak) dan bersiap mendaftar untuk memasuki sekolah dasar. Seperti hari-hari biasanya, nenek Fatimah mengantar riko untuk bersekolah setiap pagi.

Saat berangkat sekolah, Nenek dan riko selalu berjalan kaki karena rumahnya tidak terlalu jauh dari sekolah.

Riko adalah anak yang pendiam, meskipun begitu dia memiliki teman dekat yang bernama Fadli Fernanda. Saat sampai di depan sekolah, riko sudah di tunggu oleh fadli.

"Riko kita satu sekolah lagi, nanti kita duduk sebangku ya?"

"Iya tidak apa-apa, aku senang kalau kamu duduk sebangku denganku."

Mereka berdua sangat akrab, beberapa orang menganggap mereka seperti kakak beradik. Karena mereka selalu bermain bersama setiap hari. Orang tua fadli juga sangat baik sama riko, mereka bahkan sering membelikan baju atau kebutuhan sekolah riko. Nenek fatimah pun merasa tidak enak dengan kebaikan orang tua fadli, karena nenek tidak bisa membalas kebaikan itu.

Nenek fatimah merupakan seorang janda, yang umurnya 60 tahun. Nenek fatimah adalah orang sederhana, nenek memiliki usaha warung kecil dan usaha laundry untuk mencukupi kebutuhannya dan riko. Meskipun di usia tua, dia tetap sabar dan kuat karena satu-satunya keluarga cuma riko.

Ibu riko merupakan anak tunggal, saat ibu riko meninggal nenek fatimah sangat terpukul. Karena anak satu-satunya meninggal, dan meninggalkan riko yang masih bayi.

Nenek teringat dengan kenangan itu, dia hanya bisa menangis dan berdoa. Suami nenek fatimah meninggal karena sakit, namanya adalah Suherman pekerjaannya adalah tukang bangunan. Mereka memiliki anak perempuan bernama Siti Alfizah, dan suaminya bernama Anton Rahmayadi yang merupakan orang tua riko.

Ayah riko pergi merantau ke luar kota, sebulan sekali selalu mengirimi uang untuk riko, tapi beberapa bulan berlalu ayahnya tidak memberi kabar lagi. Saat nenek berkunjung ke rumah orang tua anton, orang tuanya memberi kabar bahwa anton telah menikah lagi. Hal ini membuat nenek kecewa, karena ayahnya melupakan riko.

Nenek hanya bisa pasrah menghadapi cobaan ini, riko adalah penguat hati nenek fatimah. Riko di rawat dengan penuh kasih sayang, nenek rela bekerja keras demi riko. Nenek memutuskan untuk menjual rumah peninggalan suaminya, uang itu untuk membangun usaha warung kecil dan digunakan untuk rumah juga.

Lima tahun berlalu, seperti biasa di sore hari riko dan fadli bermain sepak bola di pinggiran desa bersama teman sebaya. Riko di beri kabar oleh tetangganya bahwa nenek sedang sakit, riko dan fadli langsung berlari untuk pulang karena khawatir. Sesampainya di rumah, disana sudah ada orang tua fadli yang menemani nenek.

"Tante nenek dimana?"

"Nenek sedang istirahat, nenek tidak apa-apa nanti pasti sembuh kok."

Riko sangat khawatir dengan neneknya, karena dialah satu-satunya keluarga yang tersisa. Air matanya sedikit menetes di pipi, tapi riko langsung di peluk oleh Rosidah ibu fadli untuk menenangkan hati riko.

"Doakan nenek agar cepat sembuh, nenek hanya kecapekan nanti pasti sembuh."

"Terimakasih ya tante telah membantu nenek."

Riko duduk di samping nenek, dia menggenggam erat tangan nenek. Rosidah sangat sedih melihat riko seperti itu, karena riko harus menjalani kehidupan yang berat.

Di usia nenek yang sudah tua, riko pasti akan sangat sedih kalau suatu hari nanti nenek pergi meninggalkan riko.

"Riko, kamu makan dulu ya...tante sudah membawakan makanan untuk kamu dan nenek."

"Iya tante, terimakasih banyak."

Malam pun berlalu, fadli tidur di rumah riko untuk menemani riko menjaga nenek. Keesokan paginya, nenek telah sehat kembali ran beraktifitas seperti bisa. Riko sangat senang, karena nenek sehat kembali. Sejak saat itu, riko lebih sering membantu nenek untuk pekerjaan rumah. Walaupun kadang dilarang oleh nenek, tapi riko tetap membantu meskipun sedikit berat.

Setahun kemudian riko telah lulus sekolah dasar, tapi dia bingung akan melanjutkan sekolahnya atau tidak. Karena biaya masuk terbilang mahal bagi keadaan nenek sekarang, dengan perasaan bingung riko bercerita dengan fadli.

"Fadli, aku bingung harus bagaimana.. Biaya masuk SMP mahal, aku bingung mau nerusin sekolah atau enggak. Aku kasihan dengan nenek, kalau harus bayar mahal."

"Jangan begitu, kamu harus melanjutkan sekolah demi masa depan kamu. Aku akan tanya ibu ku, mungkin ibu mau bantu kamu."

"Jangan! Aku gak mau merepotkan orang tuamu terus."

Meskipun dilarang, Fadli pun tetep kekeh untuk bicara dengan ibunya. Mereka pun pulang setelah melihat pengumuman kelulusan, fadli dan riko berhenti di tempat biasa mereka main.

"Riko, nanti sore kamu sibuk gak? Temenin aku, aku mau bola plastik lagi yang kemarin rusak"

"Iya nanti aku temenin, bolanya tipis banget yang kemarin ya? Nanti aku ijin dulu sama nenek."

Setelah minta ijin ke nenek, riko pergi ke toko seberang jalan raya. Mereka membeli bola plastik, mereka lalu kembali pulang lewat jalan memutar langsung ke lapangan kecil. Tapi saat di pertengahan jalan, riko terkejut karena ada wanita dewasa berteriak ke arah riko. Wanita itu memeluknya dengan erat, dengan memanggil nama orang lain.

"Bayu!!! Tunggu mama!"

"hahh..."

Riko dan fadli pun bingung, melihat perilaku wanita itu yang tiba-tiba memeluk riko dan menyebut nama 'Bayu'.

Riko tidak tahu harus bagaimana, tapi ada satu laki-laki dewasa lagi yang menghampirinya dari belakang wanita itu.

Bersambung....