Reni merupakan anak dari keluarga yang sederhana, ibunya berprofesi sebagai penjahit keliling dan ayahnya sebagai buruh serabutan.
Reni adalah seorang wanita yang tangguh, di usia lima belas tahun dia sudah melangkah ke dunia kerja. Di usia yang masih muda itu, dia memulai karirnya dari penjahit keliling bersama ibunya. Di saat itu dia hanya sekedar membantu ibunya saja, tetapi berkat pelatihan yang ibunya berikan dia cepat menguasai dasar dalam menjahit.
Reni merupakan anak yang pintar, dia selalu rangking satu saat masih sekolah SMP. Dia mendapatkan beasiswa berkat kepintarannya itu, reni bertekad untuk mengembangkan keterampilannya sebagai desainer. Dia masuk ke SMK jurusan tata busana, dia selalu belajar dengan giat dengan sepenuh hati. Saat kelas dua SMK, dia mulai mempelajari desain untuk pakaian pernikahan. Reni juga memiliki teman yang sama pintarnya dalam membuat desain pakaian, dia adalah Anik, Anggraeni, dan Syifa.
Mereka membuat kelompok belajar untuk tugas sekolah, salah satunya adalah desain pakaian pernikahan. Kelompok reni berhasil menjadi yang terbaik, dan karya mereka di pilih untuk mengikuti kontes Karya Busana Pelajar. Tapi karya mereka hanya mendapat peringkat delapan dari dua puluh kelompok sekolah, tapi bagi reni dan teman-temannya itu merupakan sesuatu yang membanggakan.
Reni di kenal dengan keramahannya, dan juga wanita yang cantik yang di kagumi banyak laki-laki. Tapi dia menutup hatinya untuk tidak berpacaran dengan siapa pun, dia hanya berfokus untuk sekolah untuk mewujudkan mimpinya. Tidak hanya alasan itu juga, dia juga harus berkerja sebagai penjahit di rumahnya. Karena sibuk untuk sekolah, dia sudah tidak berkeliling lagi untuk mencari pelanggan. Dia hanya bisa melayani pelanggannya di rumah, hal itu pun tidak menurunkan jumlah pelanggannya bahkan semakin bertambah jumlah pelanggannya.
Saat memasuki semester dua, reni mulai magang di toko busana tidak jauh dari sekolahnya. Di sana dia banyak belajar hal baru, seperti mengatur keuangan toko, pesanan baju/gaun, dan pelayanan pelanggan. Pemilik toko itu bernama Ibu Santi, dia sangat baik dengan reni dan mau mengajarinya menjadi pengusaha.
"Reni kamu sangat pintar menjahit dan membuat desain baju, setelah lulus sekolah kamu mau bekerja dengan saya?"
"Terimakasih ibu, tapi saya bingung karena di rumah saya juga punya usaha menjahit dengan ibu saya. Nanti saya bicara dulu dengan ibu saya, boleh kan bu?"
Reni tampak ragu untuk menerima tawaran ibu santi, karena di rumah juga harus membantu ibu nya. Tapi reni juga menginginkan pekerjaan lain, karena tidak setiap hari ada permintaan menjahit untuknya.
"Baiklah tidak apa-apa, tapi ibu berharap lho kepada kamu. Nanti ibu ajarin cara buka usaha toko busana, ibu juga mau bantu kalau kamu mau. Karena jahitan mu bagus dan rancangan baju kamu juga menarik, mungkin suatu hari nanti kita bisa bekerja sama."
Reni sangat senang dengan pujian itu, dia mulai berfikir untuk membuka usaha toko busana. Dia mulai mempelajari langkah awal untuk membuka toko, tapi karena kendala uang dia mulai berfikir untuk bekerja dengan ibu santi untuk mengumpulkan uang.
Saat di rumah, reni memikirkan kembali tentang masa depannya, dia tidak mungkin melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi karena faktor ekonomi. Baginya, kesempatan untuk bekerja di bidang yang di impikan reni tidak akan datang dya kali. Reni akhirnya mau untuk berkerja dengan ibu santi, ibu reni juga mendukung reni untuk bekerja dengan ibu santi.
"Kamu terima saja tawaran ibu santi, jangan sia-siakan kesempatan ini. Ingat reni, ini adalah awal dari menggapai cita-cita mu menjadi desainer. Tapi maaf ya, ibu tidak bisa membantu kamu untuk kuliah. Ekonomi saat ini sedang sulit, maaf ya nak."
"Ibu jangan khawatir, kalau soal kuliah bisa sambil kerja. Tapi lebih baik reni bekerja sambil membantu ibu dan ayah, biaya kuliahnya sangat mahal belum tentu reni bisa bayar walaupun sambil kerja hehehe."
Reni dan ibunya pun mengobrol sampai malam, ibunya sangat perhatian dengan reni karena dia adalah anak tunggal. Tapi ibunya selalu mengajari reni untuk tetap semangat, meski dalam kehidupan yang sederhana ini.
Reni pun akhirnya bekerja dengan ibu santi, saat pulang sekolah reni di perbolehkan langsung bekerja deng ibu santi. Reni melakukan itu demi cita-citanya sebagai desainer dan pengusaha toko, reni selalu di ajari cara menjahit gaun dengan benar oleh ibu santi. Hal itu tak butuh waktu lama bagi reni, dia langsung menguasai berbagai teknik menjahit gaun dengan berbagai pola yang rumit.
"Wah cantiknya, gaun ini bisa maha lho kalau terjual. Jarang banget model kaya gini, lebih terlihat moderen tapi klasiknya tetap ada gitu lho."
"Terimakasih ibu, ibu kan yang mengajari saya, saya masih harus banyak belajar lagi hehe."
Gaun pengantin buatan reni pun akhirnya terjual dengan harga tinggi, dia sangat senang desain yang dia buat di minati banyak orang. Akhirnya, reni mendapatkan uang lebih untuk tabungan masa depan.
Meski berat pulang sekolah langsung berkerja, tetapi bagi reni itu adalah keberkahan. Berkat itu, beban biaya hidup keluarganya berkurang. Orang tua reni selalu khawatir dengan kesehatan reni, tetapi melihat tekat dan kebahagiaan reni, orang tuanya mengurungkan niatnya untuk melarang reni bekerja. Ibu santi dan keluarganya sangat baik ke keluarga reni, dan sudah menganggap reni sebagai anaknya sendiri, kebaikan ibu santi sangat luar biasa. Bahkan, ibu reni juga sering di minta untuk menjahit pesanan pelanggan ibu santi.
Hari demi hari pun berlalu, tak terasa reni memasuki semester kedua kelas tiga SMK. Reni sudah memutuskan, untuk memilih berkarir daripada harus masuk universitas. Meski ibu santi mau membantu, tapi reni tetap menolaknya. Karena ibu santi sudah sering membantu reni dan keluarganya, reni sangat sungkan dengan bantuan ibu santi. Bukan hanya itu saja, biaya masuk universitas sangatlah mahal, dan tabungannya di tujukan untuk mimpinya ingin membuka toko busana. Ibu santi sangat menghargai keputusan reni, reni hanya ingin menggapai mimpinya menjadi pengusaha.
Reni akhirnya lulus sekolah, dia merupakan murid yang berprestasi. Mulai dari pelajaran umum hingga olahraga, dia sangat populer di kalangan para laki-laki sekolahnya. Tapi, hingga lulus sekolah pun dia tetap menolak menjalin hubungan dengan laki-laki manapun.
Dua tahun berlalu, berbagai jenis gaun dan baju wanita telah di buat reni. Desain buatan reni, sedikit demi sedikit menjadi terkenal di kalangan gadis remaja. Reni selalu mengunggah baju buatannya itu di berbagai media sosial, berkat hal itu baju buatan reni di lirik oleh banyak orang. Hingga, beberapa nama brand terkenal mau bekerja sama dengan reni. Reni pun sangat bahagia dengan hal itu, reni pun selalu bekerja keras membuat berbagai desain baju dengan berbagai model.
Ibu santi yang melihat reni sukses sangat bahagia, sedikit dorongan lagi bagi reni untuk melangkah menjadi pengusaha.
"Reni, mungkin ini sudah saatnya kamu membuka toko busana sendiri. Kamu sudah termasuk sukses lho, akan sia-sia kalau kamu terus berjalan di tempat."
"Tapi tabungan saya belum cukup, tabungan saya mungkin hanya bisa menyewa bangunan saja belum sama modal isinya ibu. Saya, masih menabung untuk modal bahan baju dan mesin yang di butuhkan nantinya."
"Tidak apa-apa, uang kamu buat nyewa bangunan saja. Tentang isinya dan lain-lain biar ibu yang bantu, kamu pasti lupa kalau ibu mau ngajari kamu buka usaha."
"Tapi saya tidak enak dengan ibu, ibu sudah sering sekali bantu saya dan keluarga saya. Dan juga, tentu saja sangat mahal untuk isi toko nantinya."
"Loh kamu lupa lagi ya? Ibu kan pernah bilang, kalau kamu dan ibu bisa bekerja sama. Kamu itu juga anak ibu, jangan sungkan untuk bergantung dengan ibu. Jangan khawatir dengan anak-anak ibu di rumah, mereka semua sudah menerima kamu dan mereka juga sudah sukses berkat usahanya. Tidak ada tapi-tapi lho, ini kesempatan kamu untuk sukses."
"Terimakasih ibu."
Reni pun menangis memeluk ibu santi, dengan bantuan ibu santi dia dapat membuka toko busana impiannya. Reni memberitahu keluarganya, orang tuanya sangat bahagia dan bersyukur dengan hal itu.
Bersambung==part 2