Chereads / Haruskah Aku Menikahi Ibu Tiriku? / Chapter 6 - Bab 5.2 - Kerja Keras

Chapter 6 - Bab 5.2 - Kerja Keras

Reni menemukan tempat yang cocok untuk mendirikan toko busananya, lokasinya tidak jauh dari toko ibu santi. Keadaan sekitar tempat itu terbilang masih ramai, sekitar seratus meter dari pasar dan tiga ratus meter dari toko ibu santi. Bangunan yang cukup besar untuk sebuah toko pakaian, meski harga sewa yang lumayan mahal tapi fasilitasnya cukup bagus.

"Duh uangku sisa sedikit, masih banyak yang harus di kerjakan. Bagaimana ini ya?"

Reni sangat bingung dan sedikit panik, karena uang tabungannya sisa sedikit. Masih banyak barang yang harus dibawa menggunakan mobil, tak lama setelah itu dua mobil pick up datang membawa barang-barang yang tersisa.

"Maaf pak, ini yang minta membawa ini siapa ya?"

"Ibu santi mbak, ibu yang minta tadi pagi. Beliau juga ikut kesini, tapi ikut mobil yang di belakang."

Reni terkejut mendengar hal itu, dia tidak tau harus bagaimana. Uangnya sisa sedikit, dia bingung harus menggantinya dengan apa. Lalu terdengar suara ibu santi memanggil reni, reni pun bergegas menuju asal suara itu.

"Kamu kenapa gak bilang kalau ingin mengecek bangunannya? Ibu sudah nyuruh orang lho buat nganterin barang."

"Maaf bu saya lupa, soalnya dari rumah langsung datang kemari. Uang mobilnya nanti saya ganti bu, saya lagi gak bawa uang."

"Tidak usah, jangan khawatir ini juga banyak barang dari ibu. Mesin jahitnya ada dua, pakaian toko, patungnya juga ada, meja, dan kursi juga ibu bawa lho."

"Terimakasih ibu, jadi ngerepotin."

"Sudah ah, ayo beres dulu."

Reni hanya bisa bilang terimakasih, dia tidak tahu harus bagaimana. Ketulusan ibu santi, membuat reni bingung harus membalasnya dengan apa. Reni sangat menyayanginya seperti ibunya sendiri sejak dulu, tapi reni malu jika harus bergantung dengan ibu santi terus. Dia berjanji dengan dirinya sendiri, suatu hari nanti reni akan membalas kebaikan ibu santi.

Tiga berikutnya reni bersiap untuk membuka toko, reni sangat bahagia impiannya sudah terwujud. Berkat usaha, bantuan, dan doa dari orang-orang yang mendukungnya, mimpinya bukanlah hanya sekedar mimpi. Dia pun dengan semangat mempromosikan toko barunya, di mulai dari unggahan media sosial, orang sekitar, dan teman-temannya.

Tapi tentu saja, langkah awal sebuah usaha belum tentu berjalan mulus seperti apa yang di harapkan. Seminggu pertama tidak ada satu pun baju yang terjual, karena barang yang ada di toko masih sangat sedikit. Tapi reni tidak berkecil hati, dia juga membuat desain baru yang lagi trend di kalangan remaja. Reni tidak hanya menjual gaun dan pakaian feminim, dia juga menjual berbagai jenis kaos di sablon dan jaket untuk pria dan wanita

Berkat usaha dan inovasinya, sedikit demi sedikit dagangannya laku keras. Desain gambar kos dan jaketnya di minati para kaula muda. Dia sangat bahagia dengan hal itu, reni selalu berkreatifitas dan membuat berbagai karya terbaiknya. Reni juga selalu mengikuti event bazar di berbagai acara, berkat itu namanya semakin di kenal oleh banyak orang. Ibu santi dan kedua orang tuanya sangat bangga dengan reni, gadis yang tak kenal lelah dalam berusaha.

Reni membuat perayaan kecil-kecilan sebagai bentuk rasa syukur atas kemajuan toko busananya.

"Selamat ya nak, ibu sangat bangga dengan mu"

"Terimakasih, berkat doa ibu dan bapak reni bisa menggapai apa yang reni impikan."

Reni sangat bersyukur dengan semua ini, dia memeluk kedua orang tuanya dengan erat. Dia juga memeluk ibu santi dan suaminya Pak Hendra, yang sudah di anggap sebagai orang tua reni. Saudara iparnya juga datang untuk memberikan selamat kepada reni, reni berharap masa depan akan terus bahagia dengan orang-orang yang menyayanginya.

Saat reni berusia dua puluh satu tahun, usahanya semakin sukses berkat ketekunannya dalam belajar hal baru. Gaun pengantinnya dilirik oleh beberapa artis, karena hal itu nama reni melambung tinggi di berbagai media sosial. Toko busananya sering di kunjungi wartawan, membuat tokonya semakin ramai di kunjungi pembeli.

Hingga suatu hari, reni dapat undangan dari perkumpulan desainer pemula. Reni sangat bahagia mendapat undangan itu, ini adalah kesempatan baginya untuk menuju kesuksesan.

Menurut peraturan undangan itu, setiap peserta di wajibkan membawa satu set gaun pesta rancangannya sendiri, dan membawa model untuk memakai gaun rancangannya. Batas waktunya cuma 1 satu bulan dari sekarang.

Reni sangat panik, gaun terakhirnya sudah terjual. Dia sangat bingung harus bagaimana, setelah beberapa kali berfikir dan tidak menemukan jawabannya, reni berkonsultasi dengan ibu santi. Reni dengan cepat menuju ke toko ibu santi, dengan harapan ibunya bisa memberikan solusi. Reni telah sampai ke toko ibu santi, dengan sedikit panik dia bergegas menuju ke ruangan ibunya.

"Permisi ibu.."

"Iya, kok kamu pucat gitu? Ada apa ren?"

"Maaf ibu, saya mau minta saran dengan ibu. Saya dapat undangan oleh perkumpulan desainer pemula, syaratnya harus bawa satu set gaun pesta rancangan sendiri. Tapi saya bingung, gaun terakhir saya sudah terjual. Kalau mau buat lagi, waktunya pasti enggak cukup. Saya harus bagaimana ibu?"

"Tenang dulu, kamu gak seperti biasanya lho ren. Masih ada ibu, jadi buat santai saja. Ibu bantu jahit gak apa-apa, bahannya pakai punya ibu saja masih banyak jenis kainnya."

"Maaf ibu, ini pertama kalinya dapat undangan resmi. Saya terlalu panik, gak bisa mikirin desainnya kalau begini. hufft.."

"Ibu ngerti, kamu di sini dulu buat desainnya dengan yakin. Ibu akan bantu, sebentar ibu carikan bahannya yang cocok."

Reni mulai menenangkan pikiran dan hatinya, dia mulai mendesain gaun pesta dengan selembar kertas. Keseriusannya sangat luar biasa, lukisan dari pensilnya menciptakan berbagai lekukan yang indah. Konsentrasi yang sangat tinggi terlihat dari ekspresi wajahnya, bagaikan seorang desainer profesional sedang menciptakan karya yang indah.

Ibu santi yang melihat pemandangan itu, mengurungkan niatnya untuk memberikan secangkir teh yang ada di tangannya. Ibu santi pun pergi meninggalkan reni, ibu santi menutup pintu ruangannya agar reni tidak terganggu.

Tiga jam pun berlalu, tak terasa malam semakin larut. Reni terlalu fokus membuat desain gaunnya, dia memutuskan untuk menginap di toko ibu santi.

"Aduhh, capek banget.. Udah malam lagi."

"Kamu sudah selesai?"

Reni terkejut mendengar suara ibu santi, dia lupa kalau dia sedang membuat desain di toko ibu santi.

"Maaf ibu, saya lupa kalau ini di tokonya ibu."

"Tidak apa-apa, mungkin kamu sudah terbiasa di sini hingga lupa kalau ini toko ibu. Ruangan ini kan tempatmu belajar dulu, waktu masih magang."

"Iya bu, tempatnya nyaman masih seperti dulu rasanya."

"Kamu tidur di sini saja, ibu akan menemani kamu. Ibu sudah bilang sama orang rumah, kalau ibu sedang membantumu membuat gaun."

"Iya bu, maaf merepotkan ibu."

Mereka terus mengobrol hingga malam, reni mengingat kenangan ketika masih magang di toko itu. Reni, menceritakan semua kenangan masa lalu dengan ibu angkatnya itu. Suasana hangat itu sangat membahagiakan bagi reni, berkat dorongan ibu santi dan doa orang tuanya, kerja kerasnya menjadikannya wanita sukses.

Reni pun tertidur sambil memeluk ibu santi, hari yang melelahkan bagi reni dan juga malam yang indah.