Chereads / Haruskah Aku Menikahi Ibu Tiriku? / Chapter 3 - Bab 3 - Harapan

Chapter 3 - Bab 3 - Harapan

Adi sangat marah mendengar permintaan reni, adi tentu saja menolak rencana mengadopsi seorang anak. Karena bagi adi, dia masih di masa subur dan reni di usia matang untuk memiliki seorang anak.

"Reni! sadarlah, kamu masih muda dan kita masih subur, aku tidak mau mengadopsi anak!"

"Mas, aku menginginkan anak yang kemarin yang mirip bayu anak kita. Aku selalu kepikiran dia setiap malam, aku ingin merawat anak itu untuk mengobati rasa kehilangan bayu mas."

"Hal itu tidak bisa menjadi alasan untuk mengganti anak kita, seharusnya kamu berfikir dan mengikhlaskan anak kita."

Plakk!!!

Tanpa sadar adi menampar pipi reni, saat itu juga reni terlihat kecewa dan menangis sambil berlari menuju ke kamar.

"Kamu sudah tega ya mas, sudah berani memukul ku?! aku kecewa!"

"Reni maafkan aku, ren! reni! maafkan aku sayang... aku khilaf maafkan aku"

Adi sangat menyesali perbuatannya, adi terlihat frustasi dengan tindakannya itu. Dia menangis memikirkan bayu dan reni, dia terlihat bingung karena semuanya sudah terjadi.

Di pagi hari, reni belum juga keluar dari kamar. Reni sangat marah dan kecewa, dia hanya duduk di atas kasur sambil melamun. Dia masih menangis karena tamparan dari suaminya, hal itu sangat tak terduga karena adi yang dulu sangat lembut dengan reni.

Adi mengetuk pintu tapi tidak di jawab, dia lalu membuka pintu yang sudah tidak terkunci itu. Adi terlihat sedih melihat reni seperti itu, dia terlihat berantakan dan kelopak matanya membengkak karena menangis sepanjang malam.

"Sayang maafkan aku ya, aku tidak sadar telah memukulmu. Aku sangat menyesal sayang."

Reni hanya terdiam dan memalingkan wajahnya, tapi adi tetap mendekatinya demi menenangkan hati reni. Meskipun begitu reni tetap diam membisu, adi bingung harus bagaimana dan akhirnya adi memutuskan untuk membiarkan reni sendiri dulu.

Tiga hari telah berlalu, tetapi reni masih bersikap dingin dengan adi dan jarang sekali berbicara. Tapi reni tetap memenuhi kewajibannya sebagai istri, seperti memasak, membuatkan minuman, dan lain-lain seperti istri pada umumnya. Tapi sikap reni yang dingin itu membuat adi sedikit kesal, tapi juga membuat adi merasa bersalah karena telah menampar reni.

"Sayang? kamu kok bersikap dingin terus sih? aku minta maaf, aku mengaku salah..."

"....."

Reni tetap saja diam dan meninggalkan adi di meja makan, adi hanya bisa menahan rasa kesalnya dan pergi untuk berangkat kerja.

Di dalam kamarnya, reni selalu memeluk foto bayu sambil duduk di sebelah jendela kaca. Sambil membayangkan menggendong anaknya, dia sangat merindukan anaknya yang telah tiada. Sambil memandangi foto bayu, reni teringat dengan anak itu(riko) dan mulai berfikir untuk menemuinya.

Tanpa pikir panjang, di jam sepuluh siang reni bersiap-siap untuk pergi menuju rumah anak itu(riko). Dia pergi menggunakan motor, agar lebih mudah memasuki gang kampung menuju rumah riko. Di saat memasuki jalan utama kampung, reni melihat riko sedang berjalan dengan temannya(fadli).

...

Riko sedang membawa pakaian kotor di kantong plastik, pakaian kotor itu merupakan milik pelanggan nenek untuk di loundrykan.

"Riko kamu sudah bicara dengan nenek tentang sekolah kamu?"

"Iya sudah kok, besok siang katanya mau ke kelurahan untuk ngurus surat apa gitu aku gak ngerti. Ibu kamu yang bantu nenek untuk ngurus berkasnya, katanya sih sekolahnya bisa gratis sampai SMA."

"Bagus dong, nanti kan bisa berangkat bareng terus hahaha. Udah mau sampai nih, aku pulang dulu ya...nanti sore main bola lagi."

"Iya nanti aku ke rumah kamu dulu."

Riko lalu pulang dan memberikan cucian kotor kepada nenek, dan kemudian riko menjaga warung seperti biasanya. Beberapa saat kemudian, datanglah seorang wanita dewasa berhenti di depan warung. Riko mengira itu mungkin orang yang ingin belanja, tapi saat wanita itu melepas helmnya, riko sedikit mengenal wajah wanita itu.

"Kaya tahu orang itu, tapi siapa ya? hmmm."

"Apa ini rumahnya riko?"

Saat wanita itu bertanya, riko mulai ingat kejadian kemarin yang seorang wanita tiba-tiba memeluknya. Dengan sedikit bingung riko hanya mengamati saja.

"Iya saya riko, mbaknya yang kemarin memeluk saya kan?"

"Iya kamu benar, saya mau minta maaf sama kamu karena mungkin kamu takut dengan kejadian kemarin."

"Tidak apa-apa kok mbak, saya baik-baik saja kok."

"Riko ada tamu ya?"

"Iya nek ada tamu"

Nenek fatimah segera keluar untuk menemui tamu, tapi nenek bingung karena tamu nya adalah seseorang yang belum pernah di kenalnya.

"Maaf.. ada perlu apa ya mbak?"

"Maaf ibu perkenalkan nama saya reni, saya kesini mau menemui riko. Karena beberapa hari yang lalu saya tiba-tiba memeluk riko, jadi saya kesini untuk meminta maaf sama riko"

"Ohh gitu, kok tiba-tiba memeluk riko? memangnya ada apa dengan riko mbak?"

Reni kemudian menjelaskan tentang anaknya yang meninggal, dan wajah riko yang hampir mirip dengan anaknya 'Bayu'.

Mereka mengobrol hingga siang, dan akhirnya reni berpamitan untuk pulang.

"Ibu maaf kalau saya ngerepotin, saya ijin pamit dulu ya bu."

"Iya tidak apa-apa kok mbak, hati-hati di jalan."

Nenek fatimah terlihat sedih setelah mendengar cerita reni, karena nenek juga pernah kehilangan anak satu-satunya. Nenek tanpa sadar memeluk riko, rasa sayangnya ke cucunya sangatlah besar.

"Mbak reni kasihan ya nek, anaknya sakit terus meninggal."

"Iya nak, semoga mbak reni di beri ketabahan."

"Tapi kok wajah anaknya hampir mirip riko ya nek, dari fotonya cuma beda di rambut saja. Rambut ku tebal dan rambut anaknya tipis."

"Menurut nenek sekilas memang mirip, tapi kalau di perhatikan lagi tentu beda soalnya tidak sedarah."

Kemudian nenek kembali bekerja dan riko menjaga warung kembali, riko masih terlihat bingung karena riko masih terlalu dini untuk memahami orang dewasa.

....

Reni yang telah menemui riko dan nenek merasa lega, meskipun hanya sebentar di sana tapi hal itu sedikit mengobati rasa rindunya terhadap anaknya. Reni belum berani berbicara langsung kepada nenek, kalau reni ingin mengadopsi riko karena suaminya tidak mau mengadopsi anak.

Dari cerita nenek, reni mengetahui tentang ibunya riko yang telah meninggal saat melahirkan. Mungkin ini adalah peluang bagi reni untuk mengadopsi riko, tapi hal itu juga belum tentu bisa untuk mengadopsi riko. Karena riko merupakan keluarga satu-satunya bagi nenek, mungkin saja nenek akan menolak atau riko yang menolak untuk di adopsi. Dan tentu saja adi pasti menolak permohonan reni, tapi bagi reni yang paling penting adalah ijin dari suaminya. Tapi, reni masih marah dengan adi tentang kejadian yang kemarin.

.....

Di pinggiran jalan, adi menikmati segelas kopi di angkringan dan menghisap sebatang rokok. Adi sangat bingung dengan keadaan ini, dia terus memikirkan tentang reni dan bayu. Adi sangat memahami, jika seorang ibu yang kehilangan anak pasti akan sangat sedih. Tapi, kehadiran bocah yang mirip bayu itu(riko) sangat mengganggu bagi adi.

Adi lalu segera pulang karena sudah malam, sepanjang perjalanan pulang dia selalu kepikiran masalah yang rumit ini. Saat sudah sampai rumah, adi langsung menuju ke kamar untuk berbicara kepada reni. Saat membuka pintu, reni duduk di samping jendela sambil melamun. Adi sangat sedih melihat reni selalu memeluk foto bayu, reni terlihat frustasi dan masih terlihat menangis. Adi langsung memeluk reni dari belakang, meski reni sedikit menolak tapi adi tetap memeluknya.

"Sayang, jangan menangis terus nanti kamu sakit kalau begini terus."

"Aku kangen dengan anak kita mas."

Adi merasa kasihan dengan reni, dia mulai berpikir lagi tentang keinginan reni untuk mengadopsi anak yang mirip bayu itu. Adi tidak bisa melihat reni seperti itu terus, meski berat adi akan menerima permintaan reni.

"Aku ingin membicarakan lagi tentang anak yang mirip bayu itu, apa kamu memang ingin mengadopsi anak itu?"

"Iya mas aku sangat ingin mengadopsinya, tadi siang aku sudah ke rumah dia dan bicara dengannya. Nama anak itu Riko."

Adi sedikit terkejut karena reni sudah bertindak sejauh itu, bagi adi itu sudah kelewatan tapi adi hanya bisa menahan rasa kesalnya.

"Sayang begini ya, kalau kita akan mengadopsi anak itu belum tentu orang tuanya setuju. Dan anak itu belum tentu mau di adopsi, kita juga harus memikirkan perasaan orang tuanya."

"Ibunya sudah meninggal setelah melahirkan riko, lalu ayahnya sudah lama pergi meninggalkan riko. Sekarang yang merawatnya hanya neneknya."

Adi sedikit terdiam mendengar cerita itu.

"Mas ijinkan aku mengadopsi riko, aku sangat ingin merawatnya."

Adi sangat bingung harus bagaimana, tapi melihat reni yang penuh harapan itu membuat adi luluh hatinya.

"Baiklah aku mengijinkan mu mengadopsi riko, tapi jangan pernah lupain bayu anak kandung kita ingat itu."

"Aku tidak mungkin melupakan Bayu, terimakasih ya mas sudah mengijinkan ku mengadopsi riko. Besok kita langsung ke rumah riko ya mas, aku tidak sabar ingin segera menemuinya."

Melihat senyuman reni kembali, membuat adi sangat senang meski keadaan ini sangat berat baginya.

"Tapi kita harus bisa meyakinkan neneknya dan riko, kita tidak mungkin bisa langsung mengadopsinya kita harus memikirkan caranya."

"Iya mas kamu benar, tapi aku akan berdoa semoga di beri kemudahan untuk besok. Semoga nenek dan riko mau menerima kita mas.

Perasaan adi sangat campur aduk, dia menahan semua perasaannya memberatkan hatinya. Tapi melihat reni yang bahagia itu, adi mengabaikan semua perasaannya demi kebahagiaan istrinya.