Sudah hampir setengah jam berlalu sejak pertarungan antara kelompok William dan monster aneh milik para Demon berlangsung. Kelompok William secara perlahan mulai melemah. Sebagian besar dari mereka sudah kelelahan. Di sisi lain Monster-monster itu tidak mempunyai perubahan sedikit pun. Sebanyak apapun mereka melancarkan serangan, itu sia-sia. Bahkan tubuhnya tidak ada lecet sedikit pun. Pada akhirnya mereka pun terpojok.
"Huh ... huh ... huh ..." Ares dengan nafas terengah-engah mencoba untuk bertahan dan mengangkat pedangnya lagi. Perlahan dia mendekati William yang nampak tidak beda jauh dengan dia, kemudian bertanya, "Bagaimana sekarang, William. Kita tidak bisa meneruskan pertarungan ini. Monster-monster bukan tandingan kita."
William pun membalasnya, "Ya, aku tahu itu." Dia sudah tahu jika situasi mereka dalam bahaya. Sesaat, dia melihat ke belakang dan memperhatikan Orang-orangnya. Mereka kelihatan begitu kelelahan.
Kami sudah mencapai batas kami. Apa yang harus kami perbuat sekarang? Dia sudah putus asa. Coba saja tadi kami menerima undangan dari petualangan kelas S tadi, mungkin kita bisa mempunyai peluang untuk kabur atau mungkin mengalahkan monster-monster ini.
William memiliki penyesalan lain. Sepertinya sebelum mereka pergi mencari sarang para Demon, ada seorang petualangan kelas S, datang dan menawarkan dirinya untuk ikut bersama dengan mereka. Akan tetapi, William menolaknya.
Tidak ada pilihan lain ....
William beranjak dari tempatnya dan meninggalkan semua anggotanya. beberapa saat dia pun telah berdiri di tengah lapangan. Seluruh monster yang ada di lapangan seketika mengelilinginya.
Tapi sebelum monster itu menyerang, Rezgar memberikan aba-aba dan membuat semua monster itu diam di tempat. Setelah itu dia bertanya. "Ohh, kenapa tidak dilanjutkan pertarungannya?" Memasang wajah tersenyum melengking tajam.
William pun menjawab, "Kami mengakui kekalahan kami. Jadi saya, pemimpin dari kelompok ini akan menyerahkan kepala saya kepada kalian. Tapi sebagai jaminannya, tolong bebaskan mereka." Menunjuk ke arah timnya.
Seluruh anggota yang mendengar pernyataan William terkejut bukan main. William menyerahkan nyawanya dan meminta jaminan untuk membebaskan mereka.
"William, apa yang kamu katakan??" ucap Ares dengan heran.
Mendengar hal itu, Rezgar malah tertawa terbahak-bahak. "Hahahahaha!!!" Lalu dia berkata, "Setelah kalian membunuh begitu banyak bawahanku, kamu menyatakan menyerah dan meminta membebaskan anggotamu semudah itu? Tidak, tidak tidak. Yang hanya kuinginkan adalah melihat kalian semua mati secara perlahan."
Permintaan William ditolak mentah-mentah. Tidak ada niatan Rezgar mengampuni mereka bila mereka menyatakan menyerah. Tujuannya hanya untuk menikmati pertunjukan ini.
"Sekarang perintahkan lagi seluruh orangmu untuk menyerang. Jika tidak, maka aku yang akan menyuruh mereka (monster) untuk menghabisi kalian semua," lanjut ucapnya.
William hanya diam dan kembali ke dalam barisannya. Sesampainya di sana, Ares pun berkata, "Tidak kusangka jika kamu sampai melakukan hal segila itu."
William tersenyum dikit lalu membalasnya, "Yah, kalian semua adalah tanggung jawabku. Tentu saja menyelamatkan kalian sudah menjadi tugasku sebagai pemimpin di sini. Tapi-"
"Tidak apa-apa." Ares menepuk bahunya. "Kita semua akan selalu bersama-sama. Bertarung hingga titik darah penghabisan. Betul tidak teman-teman?"
"Iya betul itu!"
"Kita akan selalu bersama-sama!!"
"Iya, kami akan terus mengikutimu, Tuan William!"
"Walaupun aku takut, tapi setidaknya aku tidak sendirian."
....
Dukungan dari anggota tim lainnya membuat William menjadi bahagia. "Kalian ..." Setidaknya moral tim dia telah meningkat. William pun mencoba untuk kembali bersemangat dan mencoba mengangkat pedangnya ke atas.
"Baiklah, kita akan mencoba lagi! Kal-!"
Tapi belum selesai dia mengakhiri kalimatnya, angin kencang seketika muncul dan memenuhi lapangan. Angin tersebut bukan berasal dari siapapun yang ada di sini. Hal itu pun mengejutkan semua orang.
"Eh, apa yang terjadi? Kenapa ada angin kencang muncul??"
"Apakah ada di antara kalian yang menggunakan sihir angin?"
"Kayaknya tidak ada deh."
"Mungkin saja mereka sedang membuat rencana baru?"
Di sisi lain, para Demon juga terkejut akan hal ini. Namun hanya sementara saja. Sebagian besar dari mereka tahu maksud dari kejadian ini.
"Yah, ternyata mereka akan menyerang," ucap Rezgar. Dia menebak jika tim William akan kembali menyerang menyerang dengan rencana lainnya, walaupun itu tidak akan berguna.
Akibat dari kejadian itu, jarak pandang mereka menjadi rendah. Lapangannya langsung tertutupi oleh debu-debu. Namun, kejadian itu tidak berlangsung lama. Anginnya mulai melemah dan akhirnya menghilang.
Lalu, muncullah sesosok asing di tengah lapangan. Dia saat ini sedang berdiri saling berhadapan dengan salah satu monster yang ada di sana.
"Siapa orang itu?" ucap William.
Orang itu bukanlah berasal dari timnya. Terlihat begitu jelas dari cara berpakaiannya yang begitu lusuh. Dia tidak melihat satu pun di antara timnya.
**
"Hmm, jadi seperti ini bentuk monster ini jika dilihat dari dekat ... menarik."
Rupanya orang yang muncul di tengah lapangan adalah si Tenzo. Saat ini dia tengah memperhatikan bentuk fisik dari monster ini. Singkat cerita sebelum dia tiba di tempat ini, Tenzo masih berdiri di pintu masuk, menonton pertarungan mereka. Kemudian ada bagian dimana William menyatakan kalau dia menyerah dan kembali dengan hasil yang kurang memuaskan.
Tenzo melihat di situ jika mereka sudah tidak memiliki kemenangan. Semua serangan mereka tidak berefek apapun kepada monster monster ini. Jadi dia berniat untuk mengambil alih tempat ini sekalian menguji monster-monster ini. Dia tertarik dengan daya tahan mereka yang begitu hebat.
Di sinilah sekarang dia yang sudah melihat monster itu sepenuhnya.
Di sisi lain tempat Rezgar, setelah badai angin tersebut menghilang, dia melihat ada seseorang yang muncul di tengah lapangan. Dia pun bertanya tanya tentang siapa orang itu.
"Siapa orang itu??"
Karena sedari tadi orang itu hanya diam saja menatap monsternya, membuat Rezgar kesal.
"Oi! Siapa kamu?!"
Namun, tidak ada balasan yang diberikan. Jelas dia semakin emosi. Dia langsung menunjuk ke Tenzo dan berteriak,
"Ya, aku tidak peduliin siapa dia. Sekarang kalian semua pergi dan habisi orang itu beserta yang lainnya, cepat!!"
Setelah perintah itu, semua monster mulai bergerak mendekati Tenzo. Satu monster yang ada di hadapannya juga ikut bergerak dan langsung melancarkan serangan. Tapi sebelum hal itu terjadi, Tenzo menatap tajam ke arah dia, dan langsung mengeluarkan aura misterius dari tubuhnya.
Ayo, mari kita lihat sampai di mana kamu bisa bertahan.
Seketika tubuh monster itu langsung terbelah menjadi dua bagian dengan cara yang mengerikan. Seperti sebuah tebasan, namun sangat kasar dan bahkan itu bekas tebasan itu terus terusan terurai dan pada akhirnya monster itu terjatuh di tanah. Tubuh monster itu tidak mengalami apa-apa lagi. Setelah ditunggu-tunggu, monster itu tidak kembali bangun. Hal itu membuat Tenzo duduk jongkok untuk memeriksa keadaannya.
Secara tidak langsung kejadian itu mengejutkan banyak orang. Suasana di lapangan itu menjadi lebih kacau. Rezgar pun tidak luput dari rasa terkejut.
"Mustahil! Bagaimana dia bisa mengalahkan monster ku!?"
Salah satu monster yang dianggap sebagai ciptaan terbaik menurutnya kalah begitu saja oleh orang asing yang tiba-tiba saja muncul di tengah lapangan ini. Yang lebih mengejutkan lagi, orang tersebut tidak menunjukkan suatu pergerakan dengan niatan menyerang. Monster itu secara tiba-tiba saja kalah di hadapannya. Tentu saja dia tidak percaya sebab dia tahu sendiri kemampuan yang dimiliki oleh monsternya. Jika ada yang bisa mengalahkannya, maka dia adalah orang yang sangat berbahaya.
Kembali ke Tenzo. Dia tengah jongkok menatap ke arah monster itu. Monster tersebut tidak mengalami luka sedikit pun. Keadaannya masih sama ketika monster itu berdiri. Selama dia memeriksa, wajahnya semakin menunjukkan tanda ketidakbahagiaan.
"Heh, ekspetasi ku terhadap monster ini terlalu besar. Pada akhirnya aku hanya menemukan lawan yang lemah," ucapnya dengan nada lesu.
Hanya sesaat setelah ucapan itu berakhir, ada sekitar tiga monster yang mendekatinya. Tenzo masih tidak bergerak dari tempatnya. Wajahnya mulai menghitam. Tidak lama berselang, tiba-tiba ada bayangan yang mengelilingi ketiga monster itu dan meninggalkan sebuah tebasan tepat di leher mereka masing-masing. Ketiga monster itu pun langsung roboh ke tanah. Tenzo hanya bisa menghela nafasnya menunjukkan kekecewaan besarnya.